Muhasabah akhir Ramadhan : Masihkan Kita Disibukkan Fatamorgana Dunia, sementara Dzikir Kita Hampa?



Oleh : Ummu Hanif, Pengamat Sosial Dan Keluarga

           Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 hijriyah, pusat-pusat perbelanjaan mulai ramai oleh masyarakat yang ingin membeli pakaian baru, atau pun makan bersama teman atau keluarga di restoran. Tingkat pengunjung dan penjualan tenant di mal pun menunjukkan kenaikan yang signifikan.

"Tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan pada bulan April sampai dengan awal Mei ini memang lebih tinggi daripada bulan - bulan sebelumnya," kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja kepada detikcom, Kamis (6/5/2021).

Dihubungi terpisah, Dewan Penasehat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta mengatakan, memang ada kenaikan jumlah pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan. Hal itu pun membuat transaksi di ritel-ritel juga naik sekitar 40% jika dibandingkan bulan Januari-Februari 2021.

Demikianlah relaitas kaum muslimin di dalam bingkai sistem kapitalis. Penghujung Ramadhan lebih banyak diiisi kegiatan penuh suka cita dalam bingkai fatamorgana kesenangan dunia. Padahal sebagaiamana yang dicontohkan Rosulullah, sahabat dan ulama salaf, adalah momen setiap hamba yang beriman untuk mengevaluasi diri dalam rangka menyempurnakan ketaatan total kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk menanggalkan semua pakaian kemaksiatan, dan berganti dengan pakaian kesucian yang berhiaskan magfirah-Nya.

Betapa malu seorang hamba-Nya apabila para malaikat menemukan dirinya di tempat keramaian dunia, sementara dalam dzikir dirinya hampa. 

Apakah tujuan Ramadan untuk membelanjakan uang melebihi dari hari-hari biasa, merasakan nikmat sesaat dengan menumpuk utang, menunjukkan keindahan ragawi untuk menutupi porak-poranda ukhrawi, berlelah-lelah dan berdesakan memperebutkan bangkai dunia dengan melalaikan uswah Rasulullah saw., serta mencampakkan malam-malam yang penuh kemuliaan? 

Kalau kita buka lagi lembaran sejarah, para masa Rosulullah, justru Ramadhan menjadi moment luar biasa untuk berjual beli dengan Allah. Ada peristiwa besar terjadi pada bulan Ramadan, yang sangat jauh dari fatamorgana dunia. Sebut saja persiapan Perang Khandaq yang dilakukan pada Ramadan 5 H. Persiapan ini dilakukan dengan menggali parit (khandaq) di sekeliling Kota Madinah. Fathhu Makkah, terjadi pada bulan Ramadhan. Perang Tabuk, perang luar biasa kaum muslimin melawan Romawi, yang merupakan peperangan yang terakhir yang dihantarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, pun terjadi pada bulan Ramadhan (meski diawali sejak rojab)

Demikianlah gambaran kualitas kepribadian para sahabat. Setiap langkah yang mereka lakukan selalu bertolak ukur pada keridaan-NYA. Dengan penyempurnaan ketaqwaan individu dalam bingkai kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dengan pelaksaan syari’at islam secara kaffah, terwujud peradaban manusia yang luhur, kehidupan yang adil, sejahtera, penuh kemuliaan, dan kesucian di berbagai bidang. Sehingga, manusia mampu meraih kebahagiaan hakiki dan cita-cita tertinggi.
Wallahu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak