Oleh : Ummu Aqeela
Sekarang ini kita berada di penghujung bulan Ramadhan. Insya Allah, satu atau dua hari lagi kita memasuki Id al-Fitri. Umat Islam telah melakukan ritual besar selama satu bulan penuh, yaitu shiyam ramadhan, plus seluruh rangkaian ibadah dan amal kebajikan lainnya, seperti shalat-shalat sunnah, tadarrus al-Qur’an, shadaqah, dan lain sebagainya. Maka hari ini atau bulan Syawal, kita digolongkan oleh Allah menjadi orang yang mendapat kemenangan dan kembali ke fitrahnya. Idul fitri ada karena adanya shiyam ramadhan, maka tidak ada nilai dan identitas fitri jika tidak ada pelaksanaan shiyam ramadhan.
Selama bulan Ramadhan hingga Syawal, seluruh karunia ditumpahkan oleh Allah kepada umat Islam. macam karunia itu adalah:
Pertama, Rahmat, yang telah diturunkan pada putaran sepuluh pertama (al-‘asyr al awwal);
Kedua, Maghfirah, yang telah diturunkan pada putaran sepuluh kedua atau pertengahan (al-‘asyr al-ausath);
Ketiga, Pembebasan, yang telah diturunkan pada putaran sepuluh terakhir (al-‘asyr al-awakhir);
Keempat, Lailatul qadar, yang diturunkan pada malam-malam ganjil, yang nilainya lebih baik dari seribu bulan setara dengan 83 usia manusia;
Kelima, Zakat fitrah, yang dapat membersihkan dosa-dosa dan mengembalikan fitrah manusia;
Dengan berbagai keutamaan diatas dibanding bulan lain, pastinya kaum muslimin menjalani aktivitas ini dengan maximal. Berpuasa, sholat tarawih, sholat tahajjud, membayar zakat, memperbanyak dzikir dan sedekah serta memburu ibadah lainnya. Memang sangat spesial, karena Ramadhan bulan kemuliaan dan Idul fitri bulan kemenangan. Kemenangan yang sudah sangat dirindukan, karena kaum muslimin belum dapat merasakan makna kemenangan seutuhnya. Namun hadirnya Ramadhan kali ini tidak dapat disambut gembira sepenuhnya, sebab dibelahan bumi yang lain yaitu palestina, merasakan kepedihan yang mendalam dengan adanya serangan yang memecahkan kekhusyukan ibadah di bulan ini.
Polisi melaporkan, bentrokan Israel dan Palestina pecah di dekat Masjid Al Aqsa sejak Sabtu pagi di kawasan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.Lebih dari 200 orang Palestina luka-luka dan 88 di antaranya dilarikan ke rumah sakit, setelah Masjid Al Aqsa diserang selama dua malam beruntun. Bentrokan di dekat Masjid Al Aqsa Palestina terjadi antara warga Palestina dengan polisi Israel, tepatnya di luar Yerusalem. Sebagian besar korban luka akibat peluru karet, granat kejut, dan pemukulan di tengah demo atas ancaman penggusuran, serta upaya mengekang kebebasan beragama di antara umat Islam di Yerusalem. (Kompas.com, 10 Mei 2021)
Padahal sejatinya Ramadhan adalah wadah bagi kaum muslimin seluruhnya dimanapun mereka berada untuk berlomba-lomba meraih kebaikan. Terlebih ketika kaum Muslimin harusnya berlomba-lomba meraih kemuliaan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, do’a dikabulkan, dan raihan kemenangan yang telah dijanjikan. Kemenangan yang sangat diharapkan, bukan sekedar momentum Idul Fitri namun sampai pada kemenangan hakiki. Kemenangan dimana tidak ada lagi penjajahan di negeri-negeri kaum muslim, kedudukan dan kehormatan terjaga, nyawa dan diri terpelihara, hak-hak dasar hidup seluruh masyarakat terjamin, kemudahan beribadah dengan khusyu’, dan yang paling terpenting menang karena terbebas dari hukum kufur buatan manusia.
Karena inilah Perang yang sesungguhnya, sebab syetan sudah bebas berkeliaran layaknya napi yang dapat asimilasi. Maka kemaanan iman muslim mulai terancam.Raih kemenangan dengan berislam secara kaffah jadi hakikat kemenangan itu kesungguhan berjuang dalam taat menjauhi segala yang dilarang dan melaksanakan segala yang diperintahkan dengan mengharapkan keridhoan Allah dan berusaha wujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan islam kaffah.
Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَاۤ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208)
Begitupun dengan momen saling memaafkan di Hari Raya, Apakah hanya dengan kesanggupan memaafkan maka kaum muslim akan menggapai kemenangannya atau justru sebaliknya? Tentu tidak! Jika yang dimaksud dengan pemaafan adalah menghapus segala kejahatan. Kemenangan dalam Idul Fitri haruslah tersusun dari dua aspek sekaligus: lahir dan batin, fisikal dan mental, eksterior dan interior. Kemenangan yang harus digapai kaum muslim tak boleh hanya berhenti pada ranah mental-individual, tapi juga secara material dalam kehidupan nyata. Kaum muslim akan mendapatkan kemenangan yang hakiki ketika mereka berjuang, berjihad dengan sungguh-sungguh mengubah sistem kapitalisme menuju sistem yang baru yaitu Islam Kaaffah, dan puasa adalah sebagai momen simbolik penggemblengannya.
Untuk itu hanya satu jalan dan cara dalam meraih kemenangan yang sesungguhnya, yaitu penegakkan syari’at Islam secara kaaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Ketika hal ini mampu diperjuangkan umat Islam, dengan visi misi yang satu mengembalikan aturan hidup hanya kepada Islam, menerapkan syariat dalam bingkai kepemimpinan negara khilafah yang berasaskan ideologi Islam, maka ini akan menjadi puncak kemenangan kaum muslim dan segala penindasan yang disandarkan kepada hukum manusia.
Wallahua’lam bishshawab