Melautkan Istighfar Di malam Lailatul Qodar



Oleh : Ummu Hanif (Pemerhati sosial Dan Keluarga)

             Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Menjadi malam terbaik bagi kaum muslimin. Karena sebagaimana yang kita pahami, di sana ada malam yang lebih baik dari seribu bulan

Dituturkan dalam hadis: 
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana petunjukmu, jika aku mendapati salah satu malam Lailatulqadar, apa yang aku panjatkan?’ Baginda saw. menjawab, ‘Ucapkanlah: Allahumma innaka afuwwun tuhibbu al-afwa fa’fu anni (Ya Allah, Engkau adalah Maha Pemaaf. Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah hamba).’” (HR At-Tirmidzi)


Ini adalah doa dan tawasul kepada Allah. Zat yang Maha Mengampuni ini menyukai ampunan, maka Dia memberikan balasan dengan pahala yang luar biasa. Dan yang terakhir, kita minta ampun atas buruknya perbuatan kita, “Ampunilah keburukan amal perbuatanku.”

Baik keburukan karena meninggalkan kewajiban, termasuk juga kelalaian di dalamnya. Serta keburukan karena menodai kesucian, baik kesucian darah, harta dan kehormatan. 

Ketika Allah memaafkan manusia, menggugurkan dosanya, maka Dia akan memperbaiki seluruh urusannya, baik di dunia dan akhirat. Kadang manusia melakukan takarub dan ketaatan di bulan yang mulia ini, tetapi dia melakukan kelalaian, melampaui batas, atau kurang ikhlas. Inilah hal yang mendorong kita untuk meminta mapun kepada Allah sang pencipta. Melautkan istighfar di saat malam lailatul qodar. Karena jiwa manusia sering tertipu, sehingga mengira dia telah memberikan hak Allah, seperti puasa, qiyamul lail, dan zikir. Namun nyatanya, kita hanya hamba yang penuh aib dan kelalaian kepada Allah Swt.

Demikianlah yang telah dicontohkan oleh baginda yang mulia. Nabi menangis sepanjang malam ketika mengisi malam-malam sepuluh hari terakhirnya, baik saat di rumah maupun saat peperangan.

Pun pula para ulama salaf begitu peduli dengan sepuluh hari terakhir bulan Ramadan ini. Demi menyambutnya, mereka pun mandi tiap malam sebagaimana yang dilakukan Imam an-Nakha’i. Begitu juga Ayyub as-Sakhtiyani mandi pada malam 23 dan 24, lalu memakai baju baru dan wewangian. Anas bin Malik juga diriwayatkan melakukan hal yang sama pada malam 24. Mandi, memakai kain dan sorban. Tsabit al-Banani dan Humaid at-Thawil juga memakai pakaian terbaiknya, memakai wangi-wangian.dan masih banyak lagi yang lainnya.

Demikianlah tuntunan terbaik bagi kita di akhir bulan Ramadhan yang mulia. Semoga kita termasuk orang – orang yang mudah meminta ampun terhadap kekurangan dan kehinaan kita. semoga kita menjadi orang yang akan mendapat lailatul qodar. Aamiin.
Wallahu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak