Oleh : Yuni Wahyu
Kembali berulang, kisah penistaan agama seperti yang diberitakan JAKARTA, iNews.id, 17 April 2021. Jozeph Paul Zhang mengaku sebagai nabi ke-26 membuat sayembara bagi siapa pun yang bisa melaporkannya melakukan penistaan agama. Hal ini dia lalukan secara terbuka dalam forum zoom yang diunggah melalui youtube.
Terlebih kejadian ini terjadi saat umat islam tengah menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Bulan yang penuh kemuliaan, saat umat islam khusuk menjalankan ibadah fokus untuk mendekat kepada Allah sang Pencipta.
Bagaimanapun mendengar hal penistaan tersebut tentu sedikit banyak menganggu keimanan umat. Marah, kenapa kejadian penistaan seperti ini terus berulang. Sedih, tidak ada yang bisa mengatasi bahkan menghentikan tindakan penistaan seperti ini.
Umat islam seperti menjadi bulan bulanan dalam penistaan agama. Seolah-olah, siapapun bisa bebas menghina islam tanpa ada sangsi atau resiko yang berarti, yang bisa membuat para penista itu jera. Dalam umat islam sendiri seperti ada sisi yang mendiamkan atau tidak terlalu peduli dalam hal penistaan agamanya. Miris.
Memang tidak bisa dipungkiri, dalam kehidupan sekarang ini agama hanya seperti lips servise, hanya sebagai status orang beragama tapi minim ruh.
Beragama terlihat saat ritual-ritual besar agama. Sebagai agama dengan penganut terbanyak tapi rendah semangatnya dalam membela agamanya. Mereka menganggap beragama dengan beribadah dengan baik, tidak menganggu orang lain, sudah cukup. Kalaupun diganggu cukuplah bersabar, tidak perlu dihiraukan. Dengan pemikiran seperti ini menyuburkan pelaku penista agama.
Ditambah tidak ada sangsi dari penguasa yang mengayomi umat. Sangsi yang bisa membuat jera pelaku. Kalaupun ada sangsi maka hal itu sangat ringan yang justru bisa dijadikan contoh yang lain. Inilah kehidupan jaman sekarang dengan aturan sekularismenya, agama hanya untuk kehidupan pribadi penganutnya bukan sebagai pengatur kehidupan. Islam telah lengkap mengatur kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat bahkan lebih luas yaitu dalam bernegara. Bahkan hal menghina Nabi, islam pun mengaturnya.
Menghina Nabi ﷺ adalah tindakan kekafiran, dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Baik dilakukan serius maupun dengan bercanda. Allah ﷻ berfirman, (terjemahan QS. At-Taubah: 65) ;
"Jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”
Saat orang-orang munafik yang menghina Nabi itu menyanggah, bahwa mereka melakukan itu hanya sekedar bercanda, Allah menjawab, (terjemahan QS. At-Taubah : 66)
"Tidak perlu kalian mencari-cari alasan, karena kalian telah kafir setelah beriman."
Islam mewajibkan umatnya untuk mengimani Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir. Maka hal-hal yang merusak kemuliaan nabi dianggap sebagai penghinaan kepada nabi. Apalagi penghina nabi bukan dari umat islam, bisa dianggap dia bukan muslim yang memusuhi islam.
Wallahu alam bi showab.