Oleh : Eti Fairuzita*
Uni Emirat Arab (UEA) siap memfasilitasi perdamaian Palestina dan Israel, seusai keduanya sepakati gencatan senjata.
Kantor berita negara UEA, Minggu 23/5/2021) melaporkan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al-Nayhan siap mewujudkan perdamaian.
Komentar Sheikh Mohamed datang saat panggilan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi.
Dia memberi apresiasi ke Mesir yang telah berhasil menggerakkan gencatan senjata Israel dan Palestina setelah 11 hari pertempuran.
UEA, yang tahun lalu menandatangani perjanjian menormalkan hubungan dengan Israel, siap bekerja dengan semua pihak.
Khususya mempertahankan gencatan senjata.
Kemudian, menemukan cara baru untuk mengurangi eskalasi dan mencapai perdamaian, ucap Sheikh Mohammed.
Sedangkan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Sabtu (22/5/2021) mengatakan permusuhan Palestina dan Israel telah dihentikan dengan gencatan senjata.
Tetapi, untuk mencapai perdamaian abadi harus didasarkan pada solusi dua negara, dialog dan resolusi PBB yang relevan.
https://aceh.tribunnews.com/2021/05/23/uni-emirat-arab-siap-fasilitas-perdamaian-palestina-israel-oki-serukan-solusi-dua-negara
Gencatan senjata yg diusulkan berbagai pemimpin dunia Islam hanya menegaskan tiadanya pembelaan sempurna terhadap saudara muslim Palestina, membiarkan zionis berlindung dan memulihkan kekuatan di balik istilah gencatan senjata dan perdamain,
menegaskan keengganan dunia Islami mengirimkan militer dan memberi solusi menghentikan pendudukan dan mengusir zionis dari bumi palestina.
Karena terlalu banyak jerat negara besar dan Israel terhadap dunia Islam (berupa hubungan dagang maupun sudah terjadinya normalisasi hubungan diplomatik)
Sehingga rasa kemanusiaan itu harus berbenturan dengan berbagai kepentingan serta keuntungan materi semata.
Penjajahan fisik yang dilakukan oleh zionis Israel terhadap palestina sepertinya tidak akan pernah berakhir, hal itu bisa terjadi tidak lain karena tujuan utama mereka adalah untuk menguasai seluruh wilayah palestina seutuhnya.
Berbagai konflik justru mereka ciptakan untuk menekan rakyat dan pemerintahanya, namun sampai saat ini rakyat palestina masih berusaha bertahan demi menyelamatkan negaranya.
Masalah palestina merupakan masalah umat Islam yang seharusnya diselesaikan bersama, namun penjajahan atas negeri-negeri muslim oleh dunia barat membuat mereka justru lemah tidak berdaya. Dengan berharap kepada negara-negara timur tengah merupakan mimpi di siang bolong, dimana mereka tidak akan pernah serius ingin membebaskan palestina. Yang mereka lakukan tidak lain hanyalah mengutuk dan menyeru, padahal untuk menghentikan penjajahan Israel tidak akan pernah berhasil hanya dengan kutukan dan seruan.
Begitupun dengan kesepakatan abad ini sebagai solusi perdamaian juga tidak mungkin bisa mengatasi masalah palestina, apalagi kesepakatan tersebut tidak lain merupakan hasil pemikiran negara adidaya Amerika Serikat.
Tentu kita mengetahui, keberadaan zionis Israel di wilayah palestina sangat didukung oleh negara kapitalis utama itu. Israel tentu tidak akan pernah membangkang kepada tuannya, dimana Amerika Serikat-lah yang selama ini paling banyak mem-back up negara Israel dalam segala aspek baik politik, ekonomi, maupun dana.
Dengan disetujuinya kesepakatan damai yakni genjatan senjata tidak lain justru memberi legitimasi Israel untuk mengklaim wilayah Palestina lebih luas lagi serta terus memberikan kesempatan kepada Israel tetap menancapkan hegemoninya. Apa yang terjadi saat ini menunjukan realita bahwa negara-negara kapitalis kembali menampakan wajah buruk aslinya yang penuh dusta dan kebohongan.
Menggunakan demokrasi hanya untuk kepentingan pribadi mereka, namun apabila tidak sejalan dengan pemikiran mereka maka dengan mudahnya dicampakkan dengan dalih demi kepentingan nasional karena ancaman terorisme dan sejenisnya.
Kita juga harus mengakui bahwa pemerintahan palestina belumlah sepenuhnya berdaulat dan merdeka, dimana ketidakmampuan melindungi keamanan nasional dan ketiadaan dana untuk mengelola pemerintahan. Hal ini terbukti bagaimana Israel dengan gampang keluar-masuk daerah pemerintahan Palestina dan melakukan serangan militer.
Secara ekonomi, pemerintahan Palestina pun mengalami kesulitan yang luar biasa sampai hari ini belum mampu membuat rakyatnya sejahtera dan terbebas dari penjajahan yang tak kunjung reda.
Betapa semua ini menunjukan bahwa perjuangan lewat demokrasi melalui berbagai kesepakatan dan perdamaian tidak relevan lagi untuk membebaskan Palestina dari penjajahan. Kondisi sekarang ini tidak lain hanyalah dengan mengusir 'musuh' yakni negara zionis Israel dari tanah palestina dengan angkat senjata dan jihad fii- sabilillah.
Namun harus dipahami, melawan Israel bukanah hanya melawan negara kecil dengan penduduk yang sedikit, melainkan melawan negara pencipta dan pendukung buta yakni Amerika Serikat dan sekutunya. Perjuangan ini tidaklah cukup hanya mengandalkan rakyat palestina, tetapi dibutuhkan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Disinilah relevansi dan urgensi Daulah Khilafah Islam.
Institusi negara Islam inilah yang akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia, yang akan mampu membebaskan manusia dari penjajahan, sekaligus membebaskan tanah-tanah kaum muslim yang dirampas dan dieksploitasi oleh negara kapitalisme global.
Walhasil, hanya sistem Khilafah-lah yang benar-benar mampu akan membebebaskan Palestina serta negeri-negeri muslim lain yang dijajah Amerika Serikat dan sekutunya.
Sejarah telah membuktikan, Palestina ditaklukan oleh Umar bin al-khaththab ra, kepala negara Daulah Islamiyah ketika pasukan Salib menduduki Palestina, melalui panglima perang pasukan Khilafah Shalahuddin al-Ayyubi berhasil menyatukan umat Islam untuk membebaskan Palestina. Dengan demikian semangat jihad melawan penjajah harus terus dilakukan demi tercapainya persatuan umat dibawah naungan Khilafah Islamiyah.
Wallahu alam bish-sawab
*(Menulis Asyik Cilacap)
Tags
Opini