Oleh: Hamnah B. Lin
Semakin gencar ide yang berasal dari barat ini, telah merasuk dalam kalbu kaum muslimin, bahkan dalam sendi-sendi keluarga muslim. Ide keluarga moderat, terus diopinikan bahkan dibuatkan program secara formal oleh pemerintah dengan dalih melindungi keluarga kaum muslim dari paham radikalisme dan terorisme. Bahkan menjadi ancaman yang serius, sebagaimana yang disampaikan Pak Jokowi, "Saya perlu menegaskan bahwa terorisme dan radikalisme masih menjadi potensi ancaman yang serius. Perkembangan teknologi informasi ikut mendorong beragamnya potensi kejahatan di ruang-ruang siber," ujar Jokowi dalam upacara peringatan ke-73 Hari Bhayangkara di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (10/07). (https://m.dw.com/id/jokowi-terorisme-dan-radikalisme-masih-jadi-ancaman-serius/a-49534758)
Namun menurut Haedar Nashir dihadapan peserta forum Center of Southeast Asian Social Studies Universitas Gajah Mada (UGM), menyebut cap radikalisme yang selalu disematkan pada umat Islam Indonesia sudah sangat keterlaluan. “Kami juga melakukan kritik, Indonesia juga overdosis ketika mengeksplor radikalisme-ekstrimisme itu pada Islam. Dan itu kekeliruan besar sebenarnya,” kata Haedar Nashir, Sabtu 1 Mei 2021, dikutip dari situs resmi Muhammadiyah. ( https://www.gelora.co/2021/05/muhammadiyah-gerah-indonesia-overdosis.html?m=1 )
Ide keluarga moderat berasal dari ide Islam moderat, yakni pemikiran yang berasal dari Sekulerisme, sebuah pemikiran yang memisahkan kehidupan ini dari aturan Agama (red: Islam). Ide ini datang dari kebijakan global, yakni dari barat yang ingin mengokohkan keberadaannya untuk menguasai dunia dibawah aturan Kapitalisme-sekulerisme. Ide ini ingin merusak kaum muslim, hingga masuk kepada sendi-sendi keluarga. Keluarga dijauhkan dari ketaatan kepada Allah SWT dan RasulNya. Ide keluarga moderat ini ingin mensejajarkan peran suami dengan istri, orangtua dengan anak, dan sebaliknya, hingga tidak ada lagi siapa yang menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga. Aneh bukan?
Hingga suatu saat ada pemahaman bahwa anak-anak silahkan bebas memilih shalat atau tidak, puasa ramadan atau tidak, menutup aurat atau tidak. Bahkan yang paling berbahaya, orangtua dengan dalih menghargai pendapat anak, maka silahkan mau memilih agama apa saja karena kita sama. Miris dan prihatin.
Sungguh kemaksiatan yang telah teroganisir ini akan mengundang murka Allah bagi para penguasa. Lewat berbagai kebijakannya yang telah menyesatkan banyak kaum muslim hingga memurtadkan banyak kaum muslim. Tunggulah, Allah akan membalasnya.
Masih dalam bulan ramadan sepuluh hari terakhir ini, sudah saatnya kita merenung, dan menundukkan hati ini untuk mengingat Allah lebih. Mengingat Allah untuk sadar akan pentingnya keembali kepada Islam. Sebuah agama yang lengkap dengan seperangkat aturannya untuk mengatur aturan kehidupan ini. Mari belajar bagaimana profil keluarga muslim, yang tentu akan mendatangkan ridha Allah SWT. Profil keluarga muslim adalah taat syariat Allah SWT secara total, landasan dalam berkeluarga adalah syariat Islam, visi dan misinya adalah amar ma'ruf nahi mungkar yang mengikuti metode Rasulullah saw..
Sehingga ide keluarga moderat ini akan dibuang jauh, kemudian rajin mengkaji Islam ssbagai sebuah panduan dalam berumahtangga, dan sebagai wujud sayang kepada sesama anggota keluarga, maka ditumbuh suburkan sikap saling menasehati dan mencegah kemungkaran. Sikap ini kemudian ditularkan kepada keluarga-keluarga lain sebagai bagian dari masyarakat.
Dibawah kepemimpinan suami, istri menjadi ibu daan pengatur rumahnya, anak-anak pun taat kepada Allah SWT, Rasul saw., dan kepada orangtuanya. Maka akan berjalan kesinambungan dalam mengarungi bahtera kehidupan. Negara sebagai pelindung, akan berupaya menjaga akidah kaum muslim dari segala pemikiran yang menyesatkan, dari segala macam pemahaman yang berbahaya, dibawah naungan negara yang berlandaskan Islam. Karena Islam berasal dari Allah SWT Alkhalik Almudabbir.
Maka sekarang visi misi kita adalah memperjuangkan tegaknya syariat Islam agar anak keturunan kaum muslim menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, hingga dunia terwujud kesejahteraan dan kebarakahan dari Allah SWT. Sebagaimana doa yang senantiasa kita panjatkan ini. "Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yun, waja’alna lil muttaqina imama". Artinya, "Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-furqan: 74)
Wallahu a'lam bisshowab.