Oleh: Ummi Syauqi*
Serangan udara Israel di Jalur Gaza menghancurkan beberapa rumah dan menewaskan puluhan warga Palestina di Jalur Gaza. Ada 42 orang tewas, termasuk 10 anak-anak.
Saat Dewan Keamanan PBB bersidang untuk membahas agresi Israel ke Palestina, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kampanye di Gaza terus berlanjut dengan kekuatan penuh.
Netanyahu juga membela serangan udara Israel pada hari Sabtu(22/5) yang menghancurkan gedung 12 lantai tempat Associated Press dan jaringan TV Al Jazeera berkantor. Dia mengatakan struktur itu juga menampung kantor intelijen kelompok militan dan dengan demikian menjadi target yang sah.
"Kami bertindak sekarang, (dan) selama diperlukan, untuk memulihkan ketenangan dan ketenangan Anda, warga Israel. Ini akan memakan waktu," kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi setelah bertemu dengan kabinet keamanannya.
(detik.com/17/05/2021)
Tidak tau malu! Israel lupa bahwa tangan mereka masih berlumuran darah orang orang tidak berdosa yang tanahnya diambil dengan paksa.
Kesombongan Netanyahu itu jelas beralasan, bagaimana tidak PBB yang digadang gadang bisa memberikan kedamaian dunia itu justru tidak bisa berbuat apa-apa.
Lebih dari 2.700 rakyat Palestina terluka ketika tentara Israel menembakkan peluru tajam dan gas air mata,Sejak bulan lalu, tentara Israel telah membunuh 111 orang Palestina dan melukai lebih dari 12.000 orang lainnya.
Kalau memang benar PBB adalah lambang perdamaian, lalu apa saja yang sudah dilakukan, sehingga palestina tetap mendapatkan perlakuan keji dan mengeringkan,Sama sekali tidak ada rasa damai, ketenangan apalagi perlindungan.
Peran Negara Adidaya dalam Kemerdekaan Palestina
Peran Negara adidaya dalam kemerdekaan Palestina itu hanyalah isu,Yang sengaja dihembuskan agar seolah olah AS mendapatkan panggung kandidat negara adidaya yang membela keadilan.
Lembar fakta Departemen Luar Negeri AS menyebut AS adalah negara pertama yang mengakui Israel pada 1948, dan yang pertama mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017 di era Donald Trump.
"Komitmen Amerika Serikat terhadap keamanan Israel didukung oleh kerja sama pertahanan yang kuat dan Memorandum of Understanding (MoU) 10 tahun senilai US$ 38 miliar (Rp 543,8 triliun) yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan Israel pada tahun 2016," kata Departemen Luar Negeri AS di situs webnya, yang dirilis 20 Januari 2021.
Sesuai dengan MOU tersebut, Amerika Serikat setiap tahun menyediakan US$ 3,3 miliar (Rp 47,2 triliun) dalam Pembiayaan Militer Asing dan US$ 500 juta (Rp 7 triliun) untuk program kerja sama untuk pertahanan rudal.
Jadi bagaimana mungkin AS(Negara adidaya)itu berperan untuk kemerdekaan Palestina, Sedangkan sahabat karibnya Israel tidak akan pernah melepaskan Palestina begitu saja.
Solusi Palestina Merdeka Adalah Tegakkan Islam Kaffah
Keruntuhan Utsmaniyah yang disusul dengan berdirinya negara-negara nasionalis hanya menjadi bulan madu para elit politik. Arab Spring menunjukkan bahwa kemewahan politik demokrasi menyimpan api pergerakan arus bawah dalam sekam nasionalisme yang setiap saat dapat tersulut dan meledak menjadi revolusi.
Salah satu kunci keberhasilan Khilafah Utsmaniyah sebagai peradaban yang paling berumur panjang di dunia adalah sistem kekuasaan dan kepimimpinan yang sangat terpusat dan tidak terbelah dalam tiga struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Problem Krisis Palestina bukan hanya bisa diselesaikan dengan menghapus entitas Israel Zionis dari tanah kharajiyah Palestina, Membutuhkan kesatuan kekuatan politik dan militer negeri Islam,
Kesatuan, kekuatan politik dan militer Islam hanya bisa diraih dengan menegakan kembali sistem Khilafah.
Wallahu alam bi'ashowab
*(Penulis Asyik Cilacap)
Tags
Opini