Idul Fitri: Momentum Kembali pada Syariah

 

Hari Raya idul fitri
(Sumber gambar: pixabay) 


Oleh : Citra Amalia, Pendidik


Tanpa terasa semakin dekat saatnya umat muslim di seluruh dunia merayakan hari raya idul fitri, 1 syawal 1442 Hijriyah. Hari dimana Allah SWT berfirman,“Dan sempurnakanlah puasa kamu mengikut bilangan dari dalam bulan Ramadhan (29 hari atau30 hari) dan bertakbirlah (membesarkan Allah s.w.t.) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu, semoga kamu bersyukur.” (Surah al-Baqarah:185)”


Suara takbir akan segera menggema, “allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, laa ilaaha illaallaahu wallaahu akbar, allaahu akbar walillaahil hamd...”. untaian kalimat memuji Allah yang segera terdengar hingga sudut kota. Di lafadzkan oleh anak-anak hingga lanjut usia. Semua merayakan kemenangan atas perang hawa nafsu selama 30 hari penuh di bulan suci Ramadhan.


“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)


Secara bahasa, Hari Raya Idul Fitri berasal dari kata ied yang berarti kembali dan fitri yang berarti berbuka atau pendapat lain yang mengatakan artinya adalah fitrah. Jika digabungkan pengertiannya adalah kembali berbuka atau tidak lagi melakukan puasa Ramadhan.


Setelah berperang melawan hawa nafsu, kita telah tiba di hari kemenangan. Meskipun tahun ini masih berbeda dengan tahun umumnya dengan pandemic covid-19 yang belum kunjung usai, namun hikmah yang kita dapatkan akan tetap sama. Seluruh kebiasaan baik yang kita munculkan di bulan Ramadhan, kita harapkan agar terus bergulir di bulan-bulan lainnya. Karena manusia pada fitrahnya adalah makhluk ciptaan Allah, sebagai hamba yang memiliki tugas di dunia untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56). Tugas manusia di dunia adalah menaati aturan-Nya dan menjauhi larangan-Nya sambil menyadari bahwa manusia yang berasal dari al Khaliq pasti akan kembali pada al Khaliq. Dengan memperhatikan hubungan manusia dengan Allah (habluminallah ) dan  hubungan manusia dengan sesama (Habluminannas) maka manusia akan berusaha untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga Allah swt selalu memberikan naungan kepada kita semua, aamiin…

Namun sayangnya, sebagaimana hadits Rasulullah saw yang menyatakan bahwa akan tiba masa dimana menggenggam islam akan terasa sangat berat, “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan), dan 

“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145). Kondisi ini sudah dapat kita lihat dan rasakan di sekitar kita. Dimulai dari hukum-hukum islam yang semakin asing di tengah hukum-hukum buatan manusia. Kemudian fitnah terhadap islam yang semakin dalam dan merajalela dimana-mana seperti pengkaitan islam dengan teroris. Sehingga golongan masyarakat yang mengikuti Al quran dan as-sunnah seringkali disebut ekstrimis, kaku serta ketinggalan jaman. Sedih dan miris sekali memang, ketika manusia menggadaikan keimananannya atas nama tuntutan zaman. Karena sungguh aturan dan harga yang harus kita kerahkan dan keluarkan untuk mendapat surga-Nya Allah tidaklah murah dan mudah.


Dapat kita saksikan secara langsung bahwa saat ini di bagian negara lain untuk melaksanakan hubungan manusia dengan Allah saja bahkan sangat sulit, hingga berhadapan dengan hidup dan mati.  Semoga Allah segera menurunkan bala tentara penolong pejuang islam di sana, aamiin. 


Di sisi lain, negeri kita tidak mengalami perang fisik, namun al quran yang semakin lama semakin di jauhkan dari kita membuat masyarakat dalam menjalankan hubungan antara manusia dengan sesama dan dengan dirinya sendiri menjadi sulit atau semakin tabunya hukum islam. Contohnya adalah hubungan manusia dengan sesama yaitu berdagang (muamalah) dimana sekarang riba telah bertebaran dimana-mana, padahal Allah SWT berfirman “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imraan: 130) banyak lagi contoh lainnya dalam berpakaian dan makanan misalnya, yang akan sangat sulit kita pertahankan sendiri tanpa ada hukum yang mengatur. Kita sebagai muslim pun pasti sudah mengetahui bahwa Allah telah mengirimkan kitab pedoman kehidupan kita yaitu Al quran yang di dalamnya juga terdapat aturan-aturan kehidupan.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (TQS al-Baqarah [2]: 208-209). 


Sungguh, kita sebagai hamba Allah harus berusaha untuk menjalankan syariah islam secara kaffah. Sungguh, dunia adalah persimpangan sesaat atas kehidupan kita selamanya di akhirat. Sungguh, islam adalah rahmatan lil alamin sebagai rahmat bagi seluruh alam, seluruh manusia, berbagai suku hingga yang berbeda agama.

Sehingga, dalam momen bulan syawal ini, marilah kita kembali pada fitrah dan kembali paa syariah.


Semoga Allah menaungi kita semua.aamiin..

Wallahu A'lam Bishawab

45Zahra

Ibu, Istri, Anak, Pribadi pembelajar yang sedang suka menulis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak