Oleh: Kunthi Mandasari
Pegiat Literasi
Setiap tanggal 1 Syawal kaum muslim memperingati hari raya Idulfitri. Momen Idulfitri juga biasa disebut sebagai hari kemenangan. Sebab kaum muslim mampu menahan hawa nafsu selama sebulan penuh dan tunduk terhadap aturan Allah Swt. Keterikatan terhadap aturan Allah Swt. semata-mata dilakukan agar pahala selama bulan Ramadan tidak melayang sia-sia.
Ketundukan terhadap illahi seharusnya dilakukan di setiap waktu dan sepanjang tahun. Bukan hanya selama sebulan penuh saja. Hal inilah yang masih kerap dilupakan oleh masyarakat kita. Setelah puasa usai, maka usai pula ketaatan yang dilakukan. Kembali lagi ke keadaan semula. Bergelung dengan kemaksiatan.
Padahal seharusnya setelah hari raya Idulfitri ketaatan justru semakin meningkat atau minimal setara seperti saat bulan Ramadan. Inilah yang dimaksud kemenangan yang sesungguhnya, meraih derajat takwa. Bulan Ramadan dijadikan sebagai pembiasaan dalam melakukan berbagai kebaikan. Kemudian dilanjutkan kembali setelahnya.
Momen Idulfitri kerap kali dijadikan sebagai momen berkumpul maupun merajut kembali silaturahmi. Di Indonesia sendiri ada sebuah tradisi bernama mudik. Meski saat ini masih dicekam pandemi virus Corona yang berdampak pada sejumlah larangan mudik. Namun hal ini tidak menghalangi suana Idulfitri itu sendiri.
Jika di sejumlah daerah bisa merasakan nikmatnya hari raya Idulfitri. Ada pula sejumlah wilayah yang belum bisa merasakan indahnya hari raya akibat serangan tiada berkesudahan. Ialah Palestina salah satunya, yang digempur secara sporadis oleh Israel di jalur Gaza. Bombardir serangan Israel itu tak hanya dilakukan melalui udara. Tank hingga artileri zionis Israel itu siap mengepung Palestina.
Dikutip dari Aljazeera, Sabtu, 15 Mei 2021, militer Israel sepanjang Jumat terus memborbadir jalur Gaza. Israel bahkan sudah membidik titik daerah Palestina. Dari laporan itu, 122 warga Palestina termasuk 31 anak-anak tewas. Pun, lebih dari 900 mengalami luka-luka sejak konflik berkobar pada Senin, 10 Mei 2021 (viva.co.id, 15/05/2021).
Pendudukan secara paksa oleh Israel telah berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya. Tak terhitung darah para syuhada yang membasahi bumi Palestina. Meski begitu yang datang hanya sebuah kecaman dan bantuan dari LSM. Begitu terus hingga berulang-ulang. Tak ada satu pun pemimpin kaum muslim yang berani mengerahkan pasukannya.
Lagi dan lagi sekat negara bangsa menghambat penyelamatan Palestina. Hal ini dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Israel untuk memperluas pendudukan atas atas tanah Palestina. Keberadaan organisasi perdamaian pun tak lebih untuk menjaga perdamaian para golongannya, tetapi tidak bagi kaum muslim.
Palestina membutuhkan sosok pembebas seperti Shalahuddin al-Ayyubi. Jika hari ini belum ada sosok seperti itu. Maka yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan generasi pembebas tersebut. Hal ini bisa diwujudkan ketika kita mampu membangun generasi yang bertakwa. Dimulai dari individu, lingkungan hingga negara yang tunduk terhadap syariat.
Negara yang tunduk hanya kepada aturan illahi inilah yang akan tampil sebagai negara adidaya. Tidak sedikitpun gentar oleh negara manapun. Karena prioritasnya adalah Allah Swt. Tidak pula membiarkan tanah kaum muslim diambil meski hanya sejengkal. Menyatukan kaum muslim dalam satu kepemimpinan, yaitu khilafah. Serta menegakkan jihad fii sabilillah untuk mengusir para penjajah di tanah kaum muslim. Agar hari kemenangan bukan hanya milik sebagian kaum muslim, tetapi juga dinikmati oleh semua umat Islam, termasuk Palestina. Wallahu'alam bishshawab.