Oleh Nailah
Teringat satu kejadian ketika presiden berdialog dengan seorang bocah dan memberikan quiz berupa nama-nama ikan, dan si bocah menyebutkan beberapa nama ikan dan pada satu nama ikan, si bocah salah sebut satu nama ikan , seharusnya ikan tongkol tapi disebutkan yang lain ( organ kelamin laki-laki ) yang membuat semua yang hadir dan yang nonton terdiam terkesima dan tertawa malu-malu. Pun diminta untuk diulangi tetap saja salah ucap. (detikNews, 26/1/2017)
Insiden salah omong atau salah ucap bisa terjadi pada orang dewasa bahkan sekaliber presiden, sebagai contoh : Insiden salah ucap Presiden Joko Widodo saat menyebut Blitar sebagai kota kelahiran Bung Karno dalam pidato peringatan Hari Lahir Pancasila tak mengundang reaksi Megawati dan Puan Maharani. Keduanya tetap duduk santai di bangku depan meski hal itu menjadi perbincangan tamu undangan. (Tempo, 6/6/2015) .
Bahkan demi untuk tidak salah bicara di depan umum, ada pula yang berniat untuk puasa bicara selama setahun sebagai mana yang dilansir dari kompas,l (29/2/2020) dimana Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, memutuskan untuk "puasa bicara" selama setahun guna menghindari kesalahan saat berbicara di depan publik. "Kira-kira setahunlah (puasa bicara), saya belajar dulu. Semua yang permulaan kan sulit ya. Harus belajar dulu, mengamati-amati dulu," kata dia, saat menolak permintaan wawancara sejumlah awak media di Kompleks Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Sabtu (29/2/2020).
Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka sehingga mereka mengalami kesalahan ketika bicara terutama ketika bicara di depan public pada khususnya dan ketika mereka bicara menyampaikan ide mereka pada sesame rekan dan kerabat pada umumnya. Apakah itu unsur kesengajaan untuk mengundang perhatian lebih dari public atau untuk membuat suasana menjadi lebih meriah saja. Namun alangkah ironisnya bila itu adalah alasannya terlebih lagi bila hal itu terjadi di sebuah forum resmi dan dihadapan tamu kehormatan.
Dalam dunia psikologi ada satu teori yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud yang dikenal dengan Freudian slip. Freudian-slip adalah kesalahan bicara yang terjadi ketika seseorang mengatakan sesuatu yang berbeda dari yang ingin dia katakan. Istilah teknis untuk Freudian slip adalah parapraxis. Parapraxis terjadi ketika seseorang mengatakan sesuatu yang berbeda dari apa yang ingin mereka katakan saat berbicara. Menurut psikiater Sigmund Freud, slip diartikan sebagai munculnya isi pikiran bawah sadar.
Misalnya, seorang wanita mungkin bermaksud memberi tahu temannya, "Saya sangat mencintai John." Tapi alih-alih menyebut nama John, dia mungkin menyebut nama mantan pacarnya. Temannya kemudian mungkin menafsirkan kesalahannya sebagai bahwa dia masih mencintai mantan pacarnya. Sigmund Freud mengemukakan bahwa isi pikiran bawah sadar disembunyikan oleh berbagai mekanisme represi. Terkadang dalam ucapan, perhatian, gangguan, atau emosi yang kuat dapat membantu keluarnya isi pikiran bawah sadar. ( https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/freudian-slip ).
Mengapa Freudian Slip ini terjadi belum diketahui secara pasti karena proses pengujian yang sulit untuk dilakukan dimana dibutuhkan kesalahan bicara yang dadakan dari pihak pembicara, namun ada beberapa kemungkinan penjelasan mengapa hal itu terjadi karena Thought Suppression / suppresi pemikiran.
Beberapa penelitian mendukung teori Freud bahwa pikiran yang tidak disadari atau bahkan ditekan dapat meningkatkan kemungkinan kesalahan verbal. Sementara bagian tertentu dari otak menekan pikiran yang tersembunyi, bagian lain dari pikiran kadang-kadang "memeriksa" untuk memastikan bahwa hal itu masih belum dipikirkan ironisnya membawa pemikiran yang coba disembunyikan ke garis depan pikiran. Alasan yang lainnya adalah karena Pemrosesan Bahasa. Kesalahan verbal mungkin juga terkait dengan cara otak memproses Bahasa. Orang membuat sekitar satu hingga dua kesalahan untuk setiap 1.000 kata yang mereka ucapkan. Jumlah ini mencapai antara tujuh dan 22 kesalahan verbal selama rata-rata hari, tergantung pada seberapa banyak seseorang berbicara.
Maka dari itu, dalam Islam ada adab bicara yang akan membawa Si pembicara dalam kebaikan dan mampu untuk menghindari salah bicara dan salah ucap. Diantara adab bicara yang ada adalah hendaknya sebelum bicara itu berpikir dulu dan memastikan bahwa apa yang akan disampaikan sudah disiapkan dengan baik dan sudah diperiksa kebenaran dan keakuratannya sehingga tak terjadi kesalahan seperti itu, bilakah tidak yakin dengan apa yang akan disampaikan lebih baik diam.
Sebagaimana hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ketika berbicara dengan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu.
« أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ». قُلْتُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ « كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا ». فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ « ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ »
“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda: “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2825. Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan shahih)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya.” (HR. Tirmidzi no. 2484).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
« إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ »
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahanam.” (HR. Bukhari no. 6478)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
« مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ »
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu a'lam