Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Pandemi corona belum berakhir. Wabah yang terjadi di hampir belahan dunia ini masih menyisakan banyak berbagai persoalan. Dimulai dari kebijakan larangan mudik lebaran sampai lahirnya kebijakan yang kontra semisal dibukanya tempat wisata. Berbagai kondisi yang dialami oleh rakyat selama pandemi ini cukup menguras energi. Tak hanya itu perasaan lelah, bingung, was-was mungkin memenuhi hati masyarakat saat ini.
Bagaimana tidak? Di saat pemerintah melarang rakyatnya untuk mudik dan ziarah kubur dengan tujuan menghentikan penyebaran virus dan menghindari kerumunan namun di sisi lain membuka tempat wisata. Dan akhirnya terjadi lonjakan kerumunan di tempat wisata tersebut. Hal ini yang membuat Sebagian orang bertanya-tanya mengenai kebijakan yang ada seakan-akan saling bertolak belakang dengan kebijakan lainnya.
Dibukanya tempat wisata dimanfaatkan warga sejak hari kedua Idul Fitri, Jumat (14/5/2021) dan Sabtu (15/5/2021).
Sejumlah tempat wisata terpantau penuh sesak oleh pengunjung, yang tak menjaga jarak, dan bahkan tak mengenakan masker. Foto-foto yang memperlihatkan kepadatan sejumlah objek wisata selama masa libur Lebaran bertebaran di media sosial. Sebelumnya, para ahli kesehatan terutama epidemiolog, telah mengingatkan bahwa pembukaan tempat wisata pada masa libur Lebaran adalah kebijakan yang kontraproduktif terhadap upaya pencegahan penularan virus corona.
Diberitakan Kompas.com, 24 April 2021, epidemiolog Universitas Gadjah Mada Bayu Satria Wiratama mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah pemerintah melarang mudik Lebaran. Akan tetapi, membuka lokasi wisata penuh dengan risiko. “Hanya saja langkah untuk tetap membuka wisata itu penuh risiko juga,” kata Bayu. (https://www.kompas.com/, 16/05/2021).
Di sisi yang lain, tentu dengan adanya buka tutup tempat wisata ini berefek pada ekonomi dan kesehatan masyarakat. Tentu ada pihak yang dirugikan.
Pedagang, pengelola wisata hingga pengelola wahana permainan di Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten, berdemonstrasi menolak penutupan objek wisata. Mereka menilai kebijakan Pemprov Banten plin-plan. Saat bulan Ramadhan membolehkan destinasi wisata buka, namun di tengah jalan menutupnya. "Kesel, kenapa kebijakannya plin-plan. Kan sudah tahu mereka juga, sudah memprediksi kali akan ada lonjakannya seperti ini. Kenapa paksain buka? Maksud dan tujuannya apa seperti itu buat kita," kata Pengelola Pantai Pasir Putih Carita, Hilma, Minggu, 16 Mei 2021. (https://www.viva.co.id/, 16/05/2021).
Dengan melihat berbagai fakta yang terjadi, tentu sebetulnya masyarakat menginginkan sebuah aturan yang penuh kedisiplinan, tidak plin-plan dan tidak saling kontradiktif. Untuk menangani wabah ini sangat dibutuhkan pengaturan yang teratur dan fokus kepada kesejahteraan masyarakat termasuk terjaminnya ekonomi dan kesehatan di tengah wabah.
Namun apalah daya saat sistem kapitalisme-sekulerisme mengatur semua urusan masyarakat, maka yang terjadi hanyalah kekacauan belaka. Termasuk dalam penanganan pandemi. Aturan yang lahir seakan-akan tidak memprioritaskan kemaslahatan rakyat. Terkesan pilih-pilih sesuai dengan kepentingan dan keuntungan materi belaka.
Sistem hidup sekulerisme yang didasari dengan pemisahan aturan agama dari kehidupan, menjadikan manusia membuat aturannya sendiri untuk mengatur hidupnya. Sehingga aturan yang dilahirkan pun akan condong sesuai akal manusia yang serba lemah dan terbatas tak tahu yang terbaik untuk manusia itu apa. Salah satunya dalam hal menangani wabah. Seakan-akan keberhasilan dalam menghentikan wabah ini belum terlihat.
Tentu untuk menyelesaikan wabah diperlukan keseriusan tingkat tinggi serta keuletan dan tanggung jawab penuh dari seorang pemimpin negeri. Sehingga masyarakat akan lapang dada menjalani berbagai kebijakan yang tidak saling kontradiktif saat pemimpinnya pun serius dan berpikir mendalam untuk menghentikan wabah ini.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan yang Allah turunkan untuk mengatur umat manusia. Agar manusia bisa selamat dunia dan akhirat. Dalam hal penanganan wabah pun dalam Islam sudah diatur sangat jelas. Kapan pemberlakuan lockdown namun tetap menjamin kebutuhan primer rakyat dan kesehatannya. Serta akan senantiasa berpikir keras mencari jalan keluar untuk menyelesaikan wabah.
Jika kita ingin selamat tidak hanya di dunia namun di akhirat, maka kembalilah kepada aturan Islam secara menyeluruh. Karena setiap masalah yang dialami manusia dalam kehidupan akan selalu ada solusinya dalam Islam.
Wallahu’alam bi-showab.
Tags
Opini