Oleh Aisha Besima
(Aktivis Muslimah Banua)
Serangan brutal Israel terhadap Palestina telah memancing perhatian seluruh dunia, namun kekuatan Israel yg didukung AS tidak pantas hanya dihadapi dengan kecaman dan beragam resolusi. Termasuk apa yg dilakukan negara Arab dan dunia Islam lewat OKI hanya menunjukkan pembelaan setengah hati.Pertemuan luar biasa secara virtual oleh Komite Eksekutif Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada tingkat menteri luar negeri (menlu) dilaksanakan pada Ahad. (Republika, 16/5/2021).
Pertemuan pada 4 syawal 1442 H ini diketuai oleh Arab Saudi yang mengumpulkan negara-negara Islam dan lainnya dalam mengecam agresi Israel terhadap Palestina. Pertemuan ini menghasilkan resolusi yang diadopsi oleh sesi biasa dan luar biasa KTT Islam dan Dewan Menlu.
Setidaknya ada tiga poin dari hasil pertemuan OKI ini (Pertama, mengutuk sekuat tenaga serangan biadab yang diluncurkan oleh Israel yang melawan rakyat Palestina,Kedua, resolusi juga memperingatkan bahwa hasutan, provokasi, ancaman terhadap nyawa warga sipil yang tidak bersalah dan Ketiga, pertemuan tersebut juga menghasilkan resolusi yang memperingatkan Israel).
Dari ketiga poin kesimpulan dari pertemuan OKI inilah bisa kita lihat bahwa pembelaan kaum muslim melalui perwakilan OKI ini sangatlah setengah hati. Pernyataan OKI ini seolah elok didengar. Istilah “mengutuk”, “menegaskan”, “mendesak”, “memperingatkan” dan narasi sejenis disampaikan seolah akan membuat Israel ketakutan dan takluk pada pernyataan ini. Namun, nyatanya tidak demikian.
Inilah realita yang terjadi kepada umat muslim saat ini, ketidakberdayaan dan lemahnya kekuatan kaum muslim yang disebabkan sekat nasion state (sekat nasionalisme) ditambah lagi negeri muslim diikat dengan berbagai macam perjanjian internasional.Padahal kita tahu potensi kaum muslimin sangat lah besar.
Jika kita amati mengapa sulit sekali menghadapi Israel sementara disisi lain terdapat kekuatan yang sangat besar dari dunia Islam. Jika Umat Islam mau bersungguh-sungguh untuk membantu Palestina maka seharusnya mereka tidak segan untuk mengirimkan bantuan militer, persenjataan serta tentaranya kepada rakyat Pelestina.
Maka solusi atas persoalan ini adalah menghilangkan entitas Israel dari Bumi Palestina. Bukan dengan diplomasi atau narasi, tapi dengan pengiriman militer. Militer gabungan negara-negara muslim anggota OKI sudah lebih dari cukup untuk membuat Israel bertekuk lutut.
Namun, itu hanya angan belaka ketika kita melihat saat ini kondisi umat muslim yang tersekat nation state, negeri muslim dibawah tekanan negara adidaya seperti As dan lainya. Maka itulah yang membuat negeri kaum muslimin yang lebih terdiri dari 50 negeri muslim tidak ada yang menolong rakyat Pelestina dengan mengirimkan bantuan tentara militernya.
Problem krisis Palestina bukan hanya bisa diselesaikan dengan menghapus eksistensi entitas Israel zionis dari tanah kharajiyah Palestina , membutuhkan kesatuan kekuatan politik dan militer negeri islam. Kalau kita bandingkan kekuatan 5 negara adidaya (anggota tetap dewan keamanan PBB) didunia jika digabungkan untuk melawan kaum muslim maka secara jumblah masih banyak tentara Muslim sebanyak 5,59 juta personil militer aktif. Sedangkan As 1,47 juta personil militer aktif,Rusia 1,037 juta personil,Cina 2,27 juta, Inggris 0,24 juta dan Prancis 0.26 juta personil militer aktif.
Dengan demikian dunia Islam memiliki sekitar 0,4 juta personil militer aktif lebih banyak dari pada personil militer aktif yang dimiliki 5 negara anggota tetap dewan keamanan PBBbyang bertindak sebagai otoritas penjaga perdamaian dunia.
Nah jika kita meliha betapa besarnya potensi militer dunia Islam sangat mungkin ketika dunia Islam bersatu maka akan mudah mengalahkan Israel dan tentu saja negara yang berada dibelakang Israel. Inilah hasil penjajahan sejak runtuhnya daulah Islamiyyah diturki ,maka umat muslim dijadikan bersekat agar tidak ada lagi persatuan umat muslim dunia,tujuan tentu saja agar mudah diatur, dieksploitasi dan dikontrol oleh penjajah.
Ditambah lagi saat ini umat muslim seolah tidak kenal dengan sejarah kegemilangan Islam ,tidak paham lagi bahwa Islam harus diterapkan dalam kehidupan bahkan negara.
Karena umat muslim hari ini diatur dengan idiologi kapitalisme sekulerisme menjadikan mereka bertambah tidak paham bahwa pentingnya persatuan umat.
Maka problem Palestina ini harusnya membuat kita membuka mata, jika solusi atas Palestina dan Baitul maqdis adalah dihapuskan pendudukan zionis Israel atas tanah Palestina. Hal ini akan terwujud hanya dengan adanya persatuan umat muslim seluruh dunia.
Persatuan umat Islam dibawah satu kepemimpinan dibawah satu komando. Saatnya kita kembalikan kehormatan Islam,kejayaan Islam agar Islam rahmatan Lil alamiin terwujud.Kita sebagai umat Islam haruslah paham kemenangan Palestina dan keberkahan hidup umat ketika mereka hidup dalam aturan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah.
Konflik Al-Aqsa bukanlah konflik Palestina atau masalah Arab. Islam menolak pemisahan negara. Kitab kita adalah satu. Nabi kita adalah satu. Penderitaan kita adalah satu. Tujuan kita adalah satu. Hanya Khilafah yang akan membebaskan Al-Aqsa. Rasulullah bersabda,
“Imam adalah perisai, di belakangnya Anda berperang dan melindungi dirimu.” (HR Muslim).
Hanya seorang pemimpin yang tulus ikhlas di bawah naungan Khilafah, seperti Umar r.a dan Salahuddin, yang akan mengerahkan tentara kaum muslim untuk membebaskan Al-Aqsa dan kaum muslim di dunia pada umumnya.
Wallahualam Bissawab.[].