Anak Pengedar Sabu : Alarm Lemahnya Ketahanan Keluarga



Oleh : Devita Nanda Fitriani, S.Pd (Freelance Writer)

Keluarga adalah institusi terkecil dalam kehidupan. Darinya diharapkan akan melahirkan generasi berkualitas penerus bangsa. Yakni generasi yang akan  membangun bangsanya menjadi bangsa yang besar, kuat dan terdepan.

Saking pentingnya posisi institusi terkecil ini, maka problem yang melanda keluarga Indonesia masih menjadi sorotan utama pemerintah. Salah satunya persoalan generasi muda yang terjebak dalam kasus yang disinyalir menjadi ancaman bagi masa depan mereka. Seperti kasus seorang anak menjadi pelaku kriminal sebagai pengedar sabu-sabu.

Kasus terbaru, ada di Sulawesi Tenggara (Sultra). Dikutip dari www.kendariinfo.com (24/4/2021), seorang anak di bawah umur berinisial MN alias A (17) diamankan pihak Kepolisian Daerah (Polda) Sultra atas dugaan kepemilikan sabu seberat 35,69 gram. Hal tersebut dibenarkan oleh Kasubdit Penmas Humas Polda Sultra, Kompol Dolfi Kumaseh. 

“Dari tangan pelaku, berhasil diamankan 1 bungkus hitam berisikan narkoba jenis sabu, waktu diinterogasi pelaku mengaku mendapat barang haram tersebut dari seorang napi di Kota Kendari yang tidak diketahui identitasnya dengan cara sistem tempel,” ungkap Dolfi. 

Menilik lebih jauh, ada beberapa alasan mengapa seorang anak memutuskan untuk melakukan aksi kriminal. Bisa jadi karena kemiskinan, kurangnya tanggung jawab orang tua terhadap pola asuh anak, hingga faktor beban ekonomi. Karena anak adalah bagian dari keluarga maka bisa dipastikan jika faktor-faktor tersebutlah penyebab munculnya berbagai problem yang akan membuat institusi terkecil ini rapuh.

Keluarga rapuh, ketahanan keluarga pun otomatis akan melemah. Berbicara terkait masalah lemahnya ketahanan keluarga, tentu saja adalah hal yang harus diwaspadai. Bagaimanapun, ketahanan keluarga menjadi persoalan yang sangat penting karena merupakan salah satu pilar dalam membentuk ketahanan masyarakat dan bangsa.

Untuk menguatkan ketahanan keluarga, tentu tidak bisa jika hanya membenahi perilaku individu saja, misalnya dengan memberi edukasi pada anak bahwa yang dilakukannya itu salah. Faktor-faktor lain yang menimbulkan masalah juga harus dibasmi, agar celah untuk membuat lemahnya ketahanan keluarga dapat ditutup secara permanen. Seperti kemiskinan, faktor lemahnya ekonomi, dan perbaikan dalam sistem pendidikan. Tentu saja, hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh masyarakat, apalagi individu semata. Perlu adanya peran negara melalui tangan rezim untuk mewujudkan hal itu. 

Hanya saja, menilik rezim saat ini yang masih mengambil solusi dari sistem Kapitalisme, diprediksi tidak akan pernah memulihkan ketahanan kekuatan keluarga tersebut. Karena sesungguhnya penyebab hakiki mengapa ketahanan keluarga semakin melemah justru muncul dari sistem Kapitalisme sendiri. Sehingga, walaupun negara memiliki peranan penting dalam menguatkan ketahanan keluarga, jika masih berkiblat pada sistem Kapitalisme ini, maka ketahanan tersebut tidak akan terwujud. 

Mengganti sistem ini, menjadi solusi tuntas. Agar, masalah-masalah derivat yang melemahkan ketahanan keluarga juga dapat dihilangkan, dan menggantinya dengan sistem yang lebih baik agar peran negara dalam memperkuat ketahanan keluarga dapat terlaksana. Wallahua’lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak