Oleh: Tri S,S.Si
Seolah menjadi sebuah kelaziman, jumlah pengunjung di berbagai pusat perbelanjaan kerap meningkat jelang lebaran. Seperti yang terjadi di kota Jakarta, beberapa pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan pasar swalayan mengalami peningkatan pengunjung hingga 30%. Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Budihardjo Iduansyah. Ia juga menjelaskan bahwa peningkatan pengunjung sesungguhnya telah terjadi sejak Maret 2021. Namun efek lebaran membuat pengunjung kian meningkat tajam. Kondisi ini terlihat sejak dua minggu jelang lebaran. Dan diperkirakan, keramaian di pusat perbelanjaan akan terus meningkat jelang lebaran dan selama sepekan setelah lebaran. Pengunjung akan menyerbu pusat perbelanjaan karena adanya larangan mudik seperti tahun lalu. (mediaindonesia.com, 5/5/2021)
Meningkatnya jumlah pengunjung di berbagai pusat perbelanjaan juga menuai sambutan hangat dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Dalam kesempatan pers APBN Kita, Sri justru mengajak masyarakat untuk berbelanja baju lebaran. Walau pernyataannya dianggap sebagai guyonan, namun Sri berharap kegiatan belanja baju lebaran dapat dijadikan jurus jitu untuk mendongkrak perekonomian yang kian lesu karena pandemi.
"Ada bagusnya juga lebaran tetap pakai baju baru, beli baju baru supaya walaupun Zoom nanti pakai baju baru sehingga muncul aktivitas di masyarakat bisa terjadi," tutur Sri Mulyani. (wartaekonomi.co.id, 24/4/2021)
Himbauan sekaligus guyonan Sri Mulyani agar masyarakat tetap sukacita menyambut lebaran dengan membeli baju lebaran, menuai pro kontra dari berbagai kalangan. Salah satunya pakar politik dan hukum Universitas Jakarta, Saiful Anam yang turut berkomentar. "Tentu masyarakat apalagi ibu-ibu mengikuti arahan Sri Mulyani, sehingga mereka semua meskipun dalam kondisi sulit berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya dengan berduyun-duyun membeli baju dan kebutuhan pokok lainnya". (rmol.id, 3/5/2021)
Dengan adanya arahan untuk tetap berbelanja menjelang lebaran, maka bukan hal yang mustahil bila di berbagai pusat perbelanjaan akhirnya menyebabkan banyak kerumunan. Alhasil, kenaikan jumlah pengunjung akhirnya berbanding lurus dengan kenaikan jumlah kasus baru Covid-19. Hal itu terjadi karena banyaknya masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan saat melakukan aktivitas di pusat perbelanjaan tersebut. Alih-alih menyambut hari raya lebaran, masyarakat justru kembali menjadi korban. Di satu sisi, negara yang seharusnya mencari solusi untuk menekan jumlah angka kasus pandemi, justru menjembatani dan seolah memprovokasi demi tujuan ekonomi.
Miris. Sistem kapitalisme memang telah merusak pemikiran karena berasaskan pada manfaat dan kepentingan materi. Adapun negara yang menganut ideologi tersebut orientasinya bukanlah untuk kemaslahatan umat, tetapi pada tingkat profit yang harus didapat. Maka kebijakan yang diterapkannya pun bukanlah kebijakan solutif, tetapi justru kebijakan yang kontradiktif. Pasalnya, potensi penyebaran virus Covid-19 ini tidak hanya bergantung pada kesadaran setiap individu masyarakat, tetapi perlu adanya ketegasan dari kebijakan pemerintah itu sendiri.
Maka jelas, hanya sistem Islam yang mampu memberikan solusi paripurna. Karena di dalam Islam, tidak ada pertimbangan apa pun dalam menjaga keselamatan nyawa umatnya. Nyawa umat menjadi prioritas utama. Karena keselamatan umat adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Adapun ekonomi, semua telah dikelola secara sempurna untuk menjamin kemaslahatan umat. Perekonomian negara Islam yang mandiri tanpa harus bergantung kepada negara lain, memungkinkan pasokan dana yang terorganisir dan terhimpun dalam dompet baitul mal. Dimana baitul mal bersumber dari pendapatan kepemilikan umum dan digunakan untuk kepentingan umum.
Adapun di tengah pandemi saat umat mengalami krisis ekonomi, negara bersegera memaksimalkan perannya sebagai perisai sekaligus peri'ayah kebutuhan umat. Selain itu, para pemimpin negara juga memberikan teladan terbaik pada umat dengan cara hidup sederhana dan senantiasa berhemat. Sebagaimana cara hidup Khalifah Umar bin Khattab yang hidupnya sangat jauh dari kemewahan bahkan lebih berkekurangan. Beliau betul-betul merasakan bagaimana penderitaan umat sehingga kebijakan yang dikeluarkan pun semata-mata hanya untuk kemaslahatan umat.
Inilah buah dari penerapan Islam secara total dalam konteks negara. Akan tercipta pemimpin dan masyarakat bertakwa karena kebijakan yang lahir berpedoman pada aturan syariat, hukum Allah Swt. yang paling sempurna.
Wallahu a'lam bishshawab.