Oleh : Devita Nanda Fitriani, S.Pd (Freelance Writer)
“Kendari Kota Bertakwa” menjadi semboyan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Sederhananya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “Bertakwa” berasal dari kata “Takwa”, yakni terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga, bisa dijabarkan jika makna semboyan itu yakni Kendari adalah kota yang taat pada perintah-Nya.
Sayangnya, kini semboyan tersebut harus tercoreng. Bagaimana tidak, generasi muda di kota ini disinyalir terlibat dengan prostitusi. Dikutip dari media www.detiksultra.com (7/4/2021) sejumlah remaja di Kendari yang diduga terlibat prostitusi online, kepada polisi mengakui sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Kapolsek Baruga AKP I Gusti Komang Sulastra mengungkapkan, pelanggan belasan remaja ini tidak hanya warga lokal, namun ada juga warga negara asing (WNA). Dari hasil interogasi, mereka bahkan memasang tarif Rp. 500 ribu untuk pelanggan lokal, dan Rp. 2 juta untuk WNA. Naudzubillah min dzalik.
Penyebab Maraknya Prostitusi
Kasus diatas adalah realitas yang tidak bisa dibantah bahwa prostitusi semakin merajalela dan menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat. Terlebih, bisnis maksiat tersebut sudah merembet pada generasi muda yang diharapkan menjadi sosok penerus bangsa.
Pemecahan masalah terkait prostitusi ini menjadi ruwet tatkala para korban mengungkapkan alasan mengapa mereka sampai terjerat dalam lubang kemaksiatan tersebut. Paham kebebasan dan sulitnya kondisi ekonomi yang dihadapi menjadi penyebab utama jatuhnya mereka dalam lingkaran kemaksiatan.
Diera modern kini, dimana paham kebebasan (Liberalisme) menjadi panutan, mendapati individu-individu bertingkah diluar batas adalah hal yang lumrah. Bagaimanapun, ide mengenai kebebasan tersebut tidak hanya menyambangi kaum dewasa semata, generasi muda juga terkena dampaknya. Pacaran misalnya, merupakan fenomena nyata yang sering terjadi dikalangan remaja. Tidak sedikit dari para korban bisnis prostitusi terjun ke dunia kelam tersebut dengan keinginan sendiri, karena dampak dari kebebasan bertingkah laku tersebut.
Selain itu, sulitnya keadaan ekonomi juga menjadi salah satu alasan para korban nekat menjadi PSK. Terlebih dalam kondisi pandemi seperti sekarang, butuh usaha lebih keras untuk mengisi pundi-pundi rupiah. Bagi yang tipis iman, mencari rupiah dengan cara mudah serta instan adalah hal terbaik yang bisa dilakukan.
Komplit, masifnya paham kebebasan yang menggempur serta kesulitan ekonomi menjadi formula tepat penyebab pengancam masa depan generasi. Jika sudah seperti ini maka perlu usaha untuk menghilangkan penyebab prostitusi, jika tidak ingin generasi yang diharapkan bisa membangun peradaban cemerlang menjadi rusak.
Memberantas Tuntas Prostitusi, Melindungi Masa Depan Generasi
Bahaya yang ditimbulkan oleh prostitusi tersebut tentu tidak bisa didiamkan saja. Terlebih dampaknya sampai mengancam masa depan generasi. Kita semua mengetahui bahwa untuk menjadi bangsa besar, kuat dan terdepan harus ditopang oleh generasi yang berkualitas. Namun, bagaimanalah akan dibangun oleh generasi berkualitas ketika masa depan mereka terancam? Maka menghilangkan penyebabnya menjadi hal yang harus dilakukan, termasuk perihal prostitusi.
Lagi-lagi kita kembali pada akar utama penyebab adanya prostitusi tersebut. Jika ditelaah lebih dalam, maraknya bisnis prostitusi karena sistem yang diterapkan saat ini menciptakan peluangnya. Sistem buatan manusia yang berlandaskan akidah Sekularisme menelurkan ide mengenai Liberalisme yang menegaskan pola pikir dan pola sikap terserah individu, serta penerapan ekonomi Kapitalisme yang berlandaskan pada konsep kebebasan kepemilikan dan perihal sumber daya alam.
Dilihat dari sisi adanya paham Liberalisme semacam itu sama saja dengan melegitimasi kemaksiatan. Paham Liberalisme setidaknya memiliki empat derivat kebebasan, salah satunya kebebasan bertingkah laku (personal freedom). Atas ide ini, manusia berhak menentukan apa yang baik untuk dirinya sendiri, berdasarkan kebebasan, tanpa memperhatikan aspek halal-haram. Atas nama kebebasan tersebut setiap individu sah-sah saja jika ingin memenuhi naluri seksualnya dengan cara yang diinginkan, seperti melakukan seks di luar ikatan yang sah (Pernikahan) ataupun perilaku menyimpang lainnya semisal pasangan homo, lesbi, dan waria. Mereka pun tak segan menyebarluaskan pornografi, membela dan memuji seks bebas tanpa ikatan pernikahan. Tak heran, pemuasan seksual bertopeng bisnis prostitusi semakin menjamur, yang juga menyasar generasi bangsa.
Begitupun juga jika ditinjau dari sisi penerapan sistem ekonomi Kapitalisme saat ini, yang mengakibatkan ketimpangan sosial terjadi ditengah-tengah masyarakat akibat akumulasi kekayaan hanya berpusat pada kaum kapital saja. Dampaknya, untuk meloloskan diri dari kesulitan ekonomi akibat ketimpangan sosial tadi, masyarakatpun semakin “kreatif” mencari peluang untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Tidak peduli perkara halal-haram, ataukah akan merusak generasi, sebagaimana fakta mengenai bisnis prostitusi tersebut.
Oleh karena itu, guna menghilangkan bisnis prostitusi secara permanen agar masa depan generasi terlindungi, tidak ada pilihan selain memberantas akar penyebabnya secara menyeluruh. Otomatis, pemahaman-pemahaman seperti Liberalisme dan Kapitalisme yang bertahta dalam sistem buatan manusia harus dihilangkan. Dan menggantinya dengan pemahaman yang lebih baik, dari sistem yang lebih baik pula. Tentu saja, bukan sebuah sistem yang berasal dari akal manusia penuh keterbatasan seperti yang diterapkan sekarang. Wallahu a’lam.
Tags
Opini