Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Sekolah kembali dibuka. Selama pandemi sekolah memang terkena imbasnya. Pembelajaran daring terpaksa harus dilakukan. Tentu dengan berbagai macam kendala. Saat sekolah dibuka dan pembelajaran tatap muka dimulai kembali, ada perasaan senang dari beberapa siswa. Karena bisa merasakan sekolah normal seperti biasanya. Dan pembelajaran pun bisa dipahami dengan mudah dibandingkan harus daring.
Namun ada kekhawatiran saat sekolah mulai dibuka kembali. Munculnya cluster baru penyebaran virus di sekolah menjadi hal yang ditakuti oleh berbagai kalangan. Dari sini sangat diperlukan persiapan yang matang sebelum pembelajaran mulai kembali tatap muka.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai bulan April dan Juni 2021 bukanlah momentum tepat untuk melakukan uji coba terbatas sekolah tatap muka. KPAI mengatakan seharusnya bulan-bulan tersebut digunakan untuk mempersiapkan infrastruktur dan protokol kesehatan di lingkungan sekolah. "KPAI berpandangan seharusnya April-Juni adalah waktunya melakukan penyiapan, bukan ujicoba secara terbatas. Ujicoba PTM terbatas seharusnya dilakukan pada Juli 2021," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti, dikutip dari siaran persnya, Sabtu (3/4/2021). (https://www.liputan6.com/, 03/04/2021).
Tentu ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan saat sekolah kembali dibuka. Terutama harus ada persiapan yang matang saat memikirkan dan merencanakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan setidaknya ada lima hal yang harus disiapkan sebelum sekolah tatap muka dilakukan. Kelima hal tersebut adalah pemerintah daerah, sekolah, guru, orang tua, dan anak. "Seluruh penyiapan infrastruktur dan protokol kesehatan di satuan pendidikan harus dilakukan terlebih dahulu, bukan berjalan secara paralel. Kita wajib melakukan perlindungan berlapis untuk keselamatan anak-anak saat sekolah tatap muka," kata Retno, dalam keterangannya, Sabtu (3/4). (https://www.republika.co.id/, 03/04/2021).
Persiapan yang matang sangat diperlukan saat berencana untuk membuka kembali sekolah. Tentu seharusnya pemerintah yang memiliki wewenang lebih harus berpikir keras bagaimana caranya agar para peserta didik tetap bisa merasakan pendidikan dengan kualitas bagus walaupun di masa pandemi. Namun harus dipikirkan juga bagaimana agar kesehatan tetap bisa terjaga.
Kebijakan yang lahir seharusnya dilandasi dari sebuah kesadaran dan tanggung jawab penuh bahwa apapun kebijakan yang dilahirkan itu akan sangat berefek pada masyarakat. Tentu pertimbangan lahirnya sebuah kebijakan bukan dilihat dari desakan siapapun namun lahir dari sebuah tanggung jawab yang besar.
Sistem buatan manusia yakni sistem kapitalisme-sekulerisme yang erat kaitannya dengan pemisahan agama dari kehidupan ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah yang ada. Bahkan hanya bisa melahirkan sebuah kerusakan belaka. Sistem hidup buatan manusia ini tidak pernah berpikir bagaimana untuk melahirkan sebuah kemaslahatan saat mengatur urusan masyarakat. Standar materi yang disandangnya membuat siapa saja yang memegang sistem hidup sekulerisme ini hanya melahirkan suatu kebijakan yang berbau materi. Menguntungkan ataukah tidak. Tidak melihat apakah hal ini efektif dan aman untuk masyarakat ataukah tidak.
Sekolah tatap muka banyak hal yang harus dipersiapkan. Semisal infrastruktur yang memadai, penjagaan protokol kesehatan. fasilitas yang nyaman untuk guru dan peserta didik, jauh dari itu semua harus betul-betul memastikan kesiapan sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tatap muka selama pandemi.
Begitulah saat manusia menggunakan aturannya sendiri. Sifat manusia yang serba lemah hanya bisa melahirkan aturan yang tak jauh beda sifatnya dengan manusia. Aturan yang lemah dan terbatas tidak bisa menyelesaikan masalah kehidupan.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan yang Allah turunkan untuk umat manusia di muka bumi ini. Jika aturan Islam diterapkan maka hanya kemaslahatan yang dirasakan. Manusia pun tidak hanya selamat di dunia namun juga di akhirat.
Dalam islam semua masalah bisa diselesaikan termasuk dalam hal pendidikan. Pemerintah tentu akan sangat bertanggung jawab dan sadar untuk mengatur urusan pendidikan rakyatnya. Karena pendidikan ini adalah kebutuhan dasar bagi siapapun. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan dengan layak. Keimananlah yang menjadi modal utama seorang pemimpin bisa memimpin suatu negeri. Ketakutan dia kepada Allah yang membuat seorang pemimpin sungguh-sungguh dalam mengelola urusan rakyatnya.
Pemerintah pun akan memikirkan sekeras mungkin agar rakyatnya bisa tetap mengenyam pendidikan dengan aman dan nyaman walaupun di saat pandemi. Selain itu memikirkan juga fasilitas, dan penjagaan protokol kesehatan yang optimal agar semua peserta didik dan guru yang terlibat dalam pendidikan bisa merasakan aman dan nyaman. Itulah perbedaan sebuah sistem buatan manusia dan buatan Pencipta manusia, Allah swt.
Oleh karena itu jika kita menginginkan selamat dunia dan akhirat serta bisa lepas dari permasalahan yang ada maka kembalilah kepada aturan Allah.
Wallahu’alam bi-showab.
Tags
Opini