SAMBUT RAMADHAN DENGAN SEMANGAT PERJUANGAN



OLEH : HJ.PADLIYATI SIREGAR,ST

Setiap kali menjelang datangnya Bulan Suci Ramadhan, Allah pun menghiasi surga-surga-Nya dengan berbagai cahaya keindahan. Dari berbagai redaksi hadits tentang keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan.

Salah satu hadits meriwayatkan bahwasanya Allah memerintahkan para malaikat serta bidadari-Nya untuk menghiasi surga-surga dengan cahaya gemerlapan demi memuliakan bulan suci Ramadhan.

“Kita bisa membayangkan sekiranya kita menghiasi rumah kita dengan berbagai hiasan tentunya menunjukkan tamu itu orang yang sangat kita dambakan dan muliakan. Bukan hanya sekedar hiasan dekorasi, boleh jadi kita akan menyajikan makanan dan minuman terbaik dan terlezat yang mampu kita hidangkan,” kata Ustaz Dr Miftah el-Banjary dalam tausiyah singkat yang diterima SINDOnews, Jumat (11/5/2018)

Ada yang berbeda dengan Ramadan tahun ini.Dia hadir di tengah suasana kehidupan sedang dilanda bencana wabah. Namun ancaman wabah tidak boleh menyurutkan kita dalam menyambut kedatangan bulan Alquran ini, juga jangan sampai melemahkan semangat kita untuk menggapai hikmahnya.

Di tambah,Jika melihat kondisi umat Islam di masa sekarang, tantangan kaum Muslim sebenarnya tak kalah beratnya. Kaum Muslimin di seluruh dunia menghadapi berbagai persoalan pelik. Kondisi umat Islam amat menyedihkan. Ini terjadi terutama sejak keruntuhan Khilafah Islam pada 1924. Di atas puing reruntuhan Khilafah, kafir penjajah berhasil memecah-belah kaum Muslim menjadi lebih dari 50 negara-bangsa.

Di negara-negara mayoritas berpenduduk kafir, kaum Muslim terus-menerus ditindas secara fisik. Kaum Muslim Kashmir disiksa oleh Hindu India. Kaum Muslim Uighur ditindas habis-habisan oleh komunis Cina. Kaum Muslim Rohingya oleh Budha Myanmar.

Kaum Muslim lainnya bernasib serupa di berbagai belahan dunia. Bahkan di Timur Tengah, minoritas Yahudi Israel—di tengah-tengah mayoritas kaum Muslim yang tersekat dalam banyak negara-bangsa—sangat leluasa menjajah Muslim Palestina.

Begitu dengan negeri Islam lainnya yang terjajah secara pemikiran, politik maupun ekonomi. Kesempitan hidup dalam sistem Sekuler-kapitalis telah membuat umat Islam ada dalam penderitaan yang tiada berkesudahan.

Kenyataan itu menjadi ujian ketakwaan kita kepada Allah SWT. Apa yang harus kita lakukan untuk membuktikan ketakwaan kita kepada Allah SWT? Tiada pilihan lain selain berjuang bersama mengembalikan Islam sebagai solusi kehidupan.

Memperjuangkan Islam

Ramadhan sebagai afdhal asy-syuhûr (bulan paling utama), yang di dalamnya terdapat afdhal al-layl (malam yang paling utama), tentu akan lebih sempurna jika diisi dengan afdhal al-qurbât (pendekatan paling utama kepada Allah). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan:

فَالْوَاجِبُ اِتِّخَاذُ اْلإِمَارَةِ دِيْناً وَ قُرْبةً يَتَقَرَّبُ بِهِا إِلَى اللهِ: فَإِنَّ التَّقَرُّبَ إِلَيْهِ فِيْهَا بِطَاعَتِهِ وَ طَاعَةِ رَسُوْلِهِ مِنْ أَفْضَلِ الْقُرْبَاتِ

Wajib menegakkan kepemimpinan, baik karena alasan menegakkan agama maupun pendekatan diri kepada Allah. Sebab sesungguhnya pendekatan diri kepada Allah dalam hal kepemimpinan ini, yaitu dengan menaati Allah dan Rasul-Nya, adalah pendekatan paling utama kepada Allah (Ibnu Taimiyah, Asy-Siyâsah asy-Syar’iyyah, hlm. 161).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga menegaskan:

يَجِبُ أَنْ يُعْرَفَ أَنَّ وِلاَيةَ أَمْرِ النَّاسِ مِن أَعْظَمِ وَاجِبَاتِ الدِّيْنِ، بَلْ لاَ قِيَامَ لِلدِّيْنِ إِلاَ بِهَا

Wajib diketahui bahwa wilâyah amri an-nâs (Imama/Khilafah) adalah kewajiban agama yang paling agung karena agama tidak akan tegak tanpa Imamah/Khilafah.

Imam al-Haitami juga berkata, “Ketahuilah bahwa para Sahabat ridhwânulLâh alayhim telah berijmak bahwa mengangkat imam setelah masa kenabian usai adalah wajib. Mereka  bahkan menjadikan hal itu sebagai kewajiban paling penting. Buktinya, mereka sibuk mengangkat pemimpin (khalifah)_ daripada mengurus pemakaman Rasulullah saw. (Al-Haitami, Ash-Shawâ’iq al-Muhriqah, hlm. 7).

Inilah urgensitas tegaknya kepemimpinan bagi umat Islam, yakni Khilafah. Di dalam Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, Imam al-Ghazali juga telah mengungkapkan pentingnya kekuasaan dan agama:

وَالسُّلْطَانُ تَوْأَمَانِ، اَلدِّيْنُ أُسٌّ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لاَ أُسَّ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لاَ حَارِسَ لَه فَضَائِعٌ

Agama dan kekuasaan itu ibarat saudara kembar. Agama adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu yang tanpa pondasi niscaya runtuh dan sesuatu yang tanpa penjaga niscaya lenyap.

Dengan adanya Khilafah, khalifah akan menerapkan syariah Islam secara kâffah. Dengan penerapan syariah tersebut akan tercipta kemaslahatan bagi seluruh umat manusia, tidak hanya bagi umat Islam semata. Kemaslahatan tersebut yakni terpeliharanya agama, harta, jiwa, akal, keturunan, kehormatan, keamanan dan negara.

Oleh karena itu, jika kita telah tahu bagaimana Rasulullah saw., para sahabat serta generasi berikutnya  bersikap saat Ramadhan tiba, maka begitu pula seharusnya kita, umat Islam, yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad saw.

Alhasil, mari kita menjadikan Ramadhan ini sebagai momentum kita untuk terus bersemangat berjuang dan berdakwah agar kehidupan Islam tegak kembali. Sebuah kehidupan yang diatur dengan syariah Islam secara kâffah. Kita berdakwah untuk mewujudkan tegaknya syariah Islam adalah implementasi dari ketakwaan yang juga ingin kita raih di bulan Ramadhan ini. 

Sebab ketakwaan sejati adalah ketika terikat dengan syariah Islam. Tegaknya syariah Islam secara kâffah hanya akan terwujud dengan tegaknya Khilafah Rasyidah Islamiyah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak