Oleh : Naca Yana Haiya
Sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, islam
telah mengatur berbagai adab-adab serta batasan-batasan disetiap aspek
kehidupan salah satunya hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam hal ini
yaitu pergaulan. Pergaulan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang, untuk itu
wajib bagi setiap muslim untuk memilih dengan siapa kita berteman yang akan
membantu kita dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Dalam hubungan perteman kita akan dihadapkan pada
pilihan antara mempengaruhi atau terpengaruh, entah itu dalam menambah ketaatan
kepada Allah SWT atau bahkan sebaliknya. Apa yang akan menjadi tujuan kita
tentulah kita ingin mendapatkan teman duduk atau sahabat untuk menggapai apa
yang kita tuju tak lain dan tak bukan adalah surga Allah. Namun tak sedikit akibat salah pergaulan banyak yang
justru terjerumus dalam kemaksiatan, dan tak sedikit pula mendapatkan
hidayah dan banyak kebaikan darinya.
Perubahan sikap seseorang sangat bergantung pada siapa
yang kita jadikan sahabat, hal ini
sering terjadi pada kita sendiri atau bahkan orang terdekat kita. Misalnya
semasa sekolah orang tersebut dikenal nakal, kasar dan mudah mencaci, tapi
setelah kuliah dia mengalami perubahan total mulai dari berpakaian syar’i tutur
katanya lembut dan menjaga pandangan. Ternyata perubahan tersebut di alami
sebabdia bergaul dengan orang-orang sholeh, bersyar’i atau tergabung dalam
komunitas hijrah yang menuntunnya kejalan kebaiakan.
Sebaliknya, adapula teman semasa kuliah
keistiqomahannya pada syar’iat sangat dijaga kemana-mana selalu syar’i, tapi setelah
lulus dan kembali ke kampung halamannya berpakaian syar’i pun tidak dijalankan
tampil bertabaruj dan bahkan berikhalwat/berikhtilatpun dia tak hiraukan lagi. Hal
ini disebabkan akibat dia terpengaruh oleh teman-teman sepergaulannya, bermudah-mudahan dalam melakukan hal-hal tersebut yang tak mampu mempertahankan keistiqomahnnya
dan malah tidak mempengaruhi kebaikan kepada teman-temannya.
Dalam sebuah hadist Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda “permisalan teman duduk yang sholeh dan teman
duduk yang buruk seperti penjual misik (minyak wangi) dan pandai besi. Adapun
penjual misik, boleh jadi ia memberimu misik, engkau membeli darinya atau
setidaknya engkau akan mencium bau harumnya. Adapun pandai besi, boleh jadi
akan membuat bajumu terbakar atau engkau mencium bau yang tidak enak”. (HR.
Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Hadist diatas mengisyaratkan bahwasannya ketika kita
memperoleh sabahat sholeh maka kita pun akan
diberikan atau mendapatkan kebaikan, seperti perjual misik yang
memberikan atau mendapakan misik bahkan mencium
bau harumnya. Keutamaan lainnya
pun dia dapat mengajarkan dan mengingatkan
pada kebaikan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat dan lain-lainnya.
Sebaliknya, mendapatkan sahabat yang menjerumuskan pada kemaksiatan yang
sepintas didunia terlihat nikmat namun diakhirat justru kesengsaraan dan
penyesalan yang didapat.
Allah SWT berfirman yang artinya “Aduhai kiranya
(dulu) aku mengambil (jalam lurus) bersama Rasul. Celakalah aku! Sekiranya
(dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab ku. Sungguh dia telah
menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur’an), ketika(Al-Qur’an) itu datang
kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia” (QS. Al-Furqan 27-29)
Sebab diri merupakan cerminan dari siapa kita jadikan
sahabat, maka dari itu wajib bagi kita mencari sahabat sefrekunsi atau
sepemahaman yang membantu kita dalam ketaatan kepada Allah SWT dan wajib
menjauhi orang-orang fasik yang menjurumuskan kita pada kemaksiatan dan
kesesatan yang Allah murkai, Rasulullah
shalallahu’alaihi wa sallam bersabda
“seseorang itu atas agama (perjalanan) sahabatnya, hendaklah seseorang kamu
memerhatikan siapa harus dipilih menjadi sahabat” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi
dan Al-Hakim)
Maka dari itu mencari dan jadilah teman yang memberikan
banyak kebaikan atau minimal memperoleh kebaikan dari apa yang dilakukannya.
Pertahakanlah setiap kebaikan darinya, termasuk sahabat! Al-Imam Syafi’I rahimahullah berkata “apabila engkau miliki
seseorang teman yang taat dalam pandanganmu, maka peganglah erat-erat. Karena
mencari teman (yang baik) itu begitu sulit. Adapun untuk melepaskannya
sangatlah mudah”.
Wallahualambishawab