Larangan Tayangan Negatif Tidak Hanya pada Bulan Ramadan.



Oleh Maira Zahra*


Bulan Ramadan yang kita nantikan sebentar lagi akan menyapa. Bulan penuh berkah dan barakah terselimuti dalam bulan ini. Sesuai dengan keutamaan pada bulan Ramadan, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menghimbau kepada seluruh lembaga penyiar televisi untuk tidak menampilkan muatan yang mengandung lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), hedonistik, mistik/horor/supranatural, praktik hipnotis atau sejenisnya.

KPI juga mengimbau untuk tidak menampilkan muatan yang mengeksploitasi konflik dan/atau privasi seseorang, bincang-bincang seks, serta muatan yang bertentangan dengan norma kesopanan dan kesusilaan.
Tidak melakukan adegan berpelukan atau bergendongan atau bermesraan dengan lawan jenis pada seluruh program acara baik yang disiarkan secara live (langsung) maupun tapping (rekaman). 

Tidak menampilkan pengisi acara yang berpotensi menimbulkan mudharat atau keburukan bagi khalayak kecuali ditampilkan sebagai orang yang menemukan kebaikan hidup, insaf atau tobat. (Dikutip dari Tirto.id)
Panduan dari KPI, termaktub dalam Surat Edaran Nomor 2 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Siaran pada Bulan Ramadan.

Tidak semestinya surat edaran ini hanya berlaku pada bulan Ramadan saja. Kaum muslimin tidak hanya membutuhkan tayangan yang mendukung tercapainya tujuan puasa, tapi juga sistem yang benar-benar mewujudkan tujuan takwa.

Takwa tidak hanya diwujudkan dalam bulan tertentu. Secara total takwa harus terwujud sepanjang waktu, tidak terkekang oleh waktu tertentu ataupun takwa hanya terbatas pada bulan Ramadhan saja. Apalagi, larangan tayangan selama Ramadan semestinya berlaku sepanjang waktu, bukan hanya momen puasa.

Hanya kepadanya, sistem Islam mampu mewujudkan takwa secara totalitas dalam segala aspek kehidupan tanpa membatasi bulan tertentu saja takwa dapat dijalankan. Sistem Islam mampu menjadi penopang utama bagi umat seluruhnya sebagai penggerak menjalankan syariat Allah dengan sempurna.

Sistem Islam hanya terwujud dalam naungan Khilafah. Tentu sejarah sudah mencatat melalui tangan-tangan para sejarawan muslim maupun non muslim. Bahkan jiwa dan hati mereka membenarkan sejarah pada peradaban Islam dulu, terwujud kehidupan yang tentram dan damai.

Sungguh, kehidupan hari ini sangat jauh dari kata bahagia, tentram, dan damai. Karena kita bukan hidup dalam sistem Islam. Sistem yang mengatur saat ini merupakan sistem kufur yang jauh dari ajaran Al-Qur'an dan As-sunah. Dibuat berdasarkan nafsu manusia, tanpa melibatkan agama di dalamnya.

Wujud satu-satunya solusi sistemik dalam mewujudkan ketakwaan secara total adalah keberadaan Khilafah penanggung jawab ummat dan sistem Islam sebagai pengatur berjalannya negara. Di saat itulah kita akan temui suatu kehidupan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Dengan segala fasilitas yang memadai, termasuk dalam momen puasa. Takwa akan benar-benar tercapai.

Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah : 183).

Maka, sesuai dengan ayat di atas tujuan takwa itu sendiri akan terwujud dalam momentum bulan Ramadan yang penuh dengan keberkahan melalui sistem Islam dan Khilafah.
Wallahu a'lam bishowwab

*Komunitas Millenials Perindu Surga
Tulungagung

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak