Oleh Cahaya Septi
Penulis dan Aktivis Dakwah
Bulan Ramadan sering disebut bulan Al-Quran. Sebabnya, pada bulan Ramadanlah Al-Quran diturunkan. Allah Swt. berfirman:
‘’Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda.“ (TQS al-Baqarah [2]: 185)
Sejak pertama Al-Quran diturunkan, yakni sejak awal mula dakwah Rasulullah saw., banyak fitnah dan makar telah ditimpakan pada Al-Quran. Beragam fitnah terhadap Al-Quran juga terjadi saat ini di mana bentuk dan pelakunya beragam. Al-Quran dalam sejumlah ayat menantang umat manusia untuk membuat yang serupa dengan Al-Quran. Tantangan ini berlaku sejak Al-Quran diturunkan hingga Hari Kiamat (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 23). Namun demikian, bangsa Arab, apalagi non-Arab, tidak ada yang sanggup menjawab tantangan Allah Swt ini. Bahkan sekadar memalsukan atau mengubah sebagian isinya, baik menambah atau mengurangi isinya tidak ada yang mampu. Sebabnya, Allah Swt. menjaga Al-Quran (QS al-Hijr [15]: 9)
Apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir pada masa Rasul saw. atau tindakan-tindakan semacam itu terus terjadi. Sebutan dan stigma negatif dijatuhkan pada Al-Quran dan ajarannya, yakni ajaran Islam. Ayat-ayat Al-Quran dituduh menginspirasi ekstremisme bahkan terorisme, seperti ayat-ayat tentang jihad dan perang. Al-Quran juga distigma bisa melahirkan radikalisme. Ucapan seorang pejabat pada tahun lalu mungkin termasuk bagian dari fitnah ini. Pejabat itu menilai bahwa cara masuk paham radikalisme di antaranya dengan munculnya orang yang berpenampilan bagus, menguasai bahasa Arab, bahkan penghapal Al-Quran.
Fitnah lain, ayat-ayat al-Quran harus ditafsirkan secara kontekstual dengan selalu dikaitkan dengan (dibatasi) konteks kala itu. Karena itu muncullah tafsir kontekstual atau tafsir hermeneutika atas Al-Quran.
Al-Quran secara bahasa memang artinya bacaan. Membaca Al-Quran akan mendatangkan pahala (Lihat: QS Fathiir [35]: 29). Bahkan Rasul saw. Menyatakan” bahwa siapa saja yang membaca satu huruf dari Al-Quran akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan yang semisalnya. “ (HR at-Tirmidzi)
Karena itulah para sahabat dan generasi salafush-shalih senantiasa bersemangat membaca Al-Qur’an. Para sahabat misalnya, ada yang sebulan sekali khatam Al-Quran, ada yang seminggu sekali, ada yang tiga hari sekali, bahkan ada yang sehari sekali khatam. Demikian pula para ulama terdahulu. Al-Quran tentu harus dijadikan sebagai petunjuk hidup agar manusia hidup sesuai dengan Al-Quran. Allah Swt. berfirman:
“Sungguh Al-Quran ini memberikan petunjuk ke jalan yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada kaum mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.“ (TQS al-Isra’ [17]: 9)
Menurut Imam al-Baghawi dalam Ma’alim at-Tanzîl, ayat di atas bermakna bahwa Al-Quran berisi penjelasan atas segala sesuatu yang diperlukan berupa perintah dan larangan, halal dan haram serta hudud dan hukum-hukum. Al-Quran juga memberikan penyelesaian atas semua problem yang dihadapi manusia di dalam kehidupan mereka. Mulai dari problem pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara yang meliputi ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, pemerintahan, politik ataupun berbagai problem lainnya.
Dengan demikian, tugas kita adalah menjaga kemurnian dan kemuliaan Al-Qur'an dengan mempelajari, mengamalkan serta mendakwahkannya di tengah-tengah masyarakat sehingga syari'at Islam dapat diterapkan dalam kehidupan secara sempurna saat tegaknya sistem pemerintahan Islam.
WalLahu a’lam bi ash-shawab
Tags
Opini