Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd
(Lingkar Studi Muslimah Bali)
Ramadhan telah tiba, pertanda kewajiban puasa akan dilaksanakan selama sebulan. Kaum muslimin pun harus bersiap melawan hawa nafsunya selama sebulan. Tak boleh makan, minum, bersenggama dengan pasangan, dan lain-lain. Inilah tantangan yang harus dihadapi dan dilaksanakan.
Siap tidak siap, tantangan itu akan diwajibkan untuk semua muslim yang sudah baligh. Tantangan ini bukan bermaksud menyiksa, namun untuk meraih derajat takwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat al Baqoroh: 183 yang artinya “wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Jika ada tantangan, maka pasti akan ada reward atau punishment. Seseorang akan mendapat reward atau penghargaan jika ia mampu menghadapi seluruh tantangan, dan akan mendapat punishment atau hukuman jika ia gagal dalam menghadapi tantangan.
Bulan Ramadhan adalah bulan kemuliaan, karena di dalamnya penuh keberkahan. Bulan diturunkannya al-Qur’an, bulan diampuni dosa-dosa, bulan dimana pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat, bulan pengabulan doa, dan beberapa keistimewaan yang lain.
Sehingga jika ingin menghadapi tantangan-tantangan yang bersifat hawa nafsu tersebut, mudah saja caranya, tinggal siapkan diri dan sibukkan diri pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan tentunya jauh dari kegiatan yang mendekatkan pada hawa nafsu tersebut.
Pada bulan ramadhan ini, kebutuhan seorang hamba harus ditingkatkan lagi kepada Rabbnya. Naluri beragama/gharizah tadayyun harus kenceng dan kuat, sehingga akan mengalihkan diri dari naluri berkasih sayang yang bersifat nafsu/gharizah nau’ ataupun naluri mempertahankan diri dengan ego yang tinggi/gharizah baqa’.
Amaliyah di bulan ramadhan sangatlah beragam. Kaum muslimin berlomba-lomba untuk mengejar ridho Allah dan mengharap ampunanNya. Target-target sudah banyak dirancang, bahkan sebelum ramadhan. Mulai dari hafalan Qur’an, khatam al-Qur’an berkali-kali, sholat-sholat sunnah seperti tahajud, dhuha, witir ditambah kualitas kekhusyu’annya dan kuantitas rakaatnya, sedekah brutal, dan masih banyak lagi.
Demikianlah sikap muslim ketika berhadapan dengan bulan ramadhan. Ketika amalan tersebut mampu dilaksanakan sesuai target, maka kemenanganpun siap menyambut di depan mereka. Inilah yang membuat tantangan yang bersifat nafsu tak lagi menjadi beban bagi mereka.
Namun kemenangan itu bukan hanya ada setelah bulan ramadhan ataupun setelah menaklukkan hawa nafsu, namun kemenangan yang sejati adalah ketika semua syariat Allah terlaksana dengan sempurna. Tentunya tantangan-tantangan yang dihadapi bukanlah bersifat individu saja atau bersifat sementara. Justru tantangan ini akan lebih rumit dan butuh tenaga ekstra untuk menghadapinya juga butuh dukungan seluruh pihak, baik dari individu muslim, masyarakat, dan andil Negara.
Adapun tantangan yang kompleks ini tentu berkaitan dengan pengaruh asing, seperti penjajahan oleh kafir barat, baik bersifat fisik ataupun segi pemikiran. Jika tantangan itu bersifat fisik, maka kaum muslim akan mampu menghadapinya karena jelas jelas kelihatan. Namun yang lebih berbahaya yaitu dari penjajahan yang bersifat pemikiran, karena tidak nampak nyata dan terkadang mirip dengan pemikiran Islam, sehingga kaum muslimin banyak yang dikelabui oleh pemikiran asing itu.
Oleh karenanya, kaum muslim harus segera bersatu demi memecahkan seluruh problematika hidup. Tentu caranya adalah kembali kepada pengaturan Islam secara menyuluh. Aturan tersebut terdiri dari aspek sosial, ekonomi, pendidikan, politik, dan juga pemerintahan.
Adapun contoh penerapan dari pengaturan bidang sosial yaitu interaksi antara laki-laki dan perempuan. Islam sudah jelas membagi aktivitas antara laki-laki dan perempuan. Di dalam sebuah buku dengan judul “Nidzomul Ijtiima’i” karangan Syekh Taqiyyudin an-Nabhani dijelaskan tentang interaksi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Ada bab yang menjelaskan tentang kehidupan umum juga kehidupan khusus. Jika buku ini dibedah isinya, maka cukup bagi kaum muslim untuk mempelajari tentang interaksi sosial ini.
Adapun dalam bidang ekonomi, jelas contoh yang sering dipakai adalah perkara bank atau masalah riba. Islam pun juga sudah jelas mengatur tentang masalah keuangan ini. Islam sangat menganjurkan umatnya saling tolong menolong, termasuk menolong saudaranya yang kesusahan dalam bidang keuangan. Oleh karena itu, Islam membolehkan hutang, namun tidak boleh mengandung unsur ribawi. Islam juga menganjurkan umatnya untuk senang bersedekah dan infaq. Begitulah cara Islam membantu dalam perkara harta.
Adapun dari bidang pendidikan, Islam sangat menjunjung tinggi ilmu. Oleh karenanya ada hadist kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim. Namun Islam juga memberi batasan dalam hal ini, seperti menutup pintu pendidikan dari tsaqofah asing yang merusak aqidah kaum muslim, dan tidak membolehkan mendirikan sekolah dengan aqidah selain Islam.
Adapun dalam bidang politik, Islam juga mengaturnya. Ada politik dalam negeri dan juga politik luar negeri. Untuk politik dalam negeri, Islam memberlakukan segala hukum Islam untuk diterapkan di seluruh negeri, termasuk negeri yang telah tunduk kepada Negara Islam. Kemudian Islam juga akan mengatur muamalah yang terjadi di dalam negeri, memberlakukan hudud dan uqubat, dan tak lupa juga mensyiarkan Islam di segala penjuru negeri.
Adapun politik luar negeri, Islam pun telah mengaturnya. Politik luar negeri berarti hubungan Negara Islam dengan Negara yang lainnya. Selain berhubungan dalam bidang keduniawian seperti bidang pendidikan, teknologi, pembangunan dan lain-lain, Negara Islam juga memiliki visi misi yang cemerlang, yaitu mengemban dakwah keluar negeri. Negara luar akan di dakwahi tentang pengaturan Islam dan pelayanan Islam kepada rakyatnya, yang kemudian akan berlanjut kepada proses futuhat negeri-negeri yang mau tunduk kepada aturan Islam. Inilah cara Islam dalam membangun hubungan baik dan cara menaklukkan negeri tetangga tanpa adanya kekerasan.
Untuk bidang pemerintahan, Negara Islam memiliki sejumlah struktur kenegaraan. Mulai dari Khalifah, Muawin tanfidz, Muawin tafwidz, Amirul jihad, Qadhi, dan lain-lain. Semua struktur ini harus teruji keimanannya, mereka semua harus tunduk hanya kepada aturan Allah saja, karena mereka adalah pelaksana hukum syariat. Pertanggung jawabannya langsung kepada Allah swt.
Namun semua itu tidak akan terlaksana jika hanya menjadi konsep semata. Harus ada tindakan nyata dalam menerapkan semuanya. Apalagi tantangan di luar sana sudah berdatangan dan ingin mengoyak-ngoyak tubuh kaum muslimin agar kaum muslim benar-benar melupakan agamanya.
Oleh karena itu, untuk menghadapi segala tantangan ini, kaum muslim harus bersatu di bawah naungan daulah khilafah ‘ala min hajjin nubuwwah yang akan benar-benar menerapkan syariat Islam. Dengan menerapkan segala aturan Islam inilah yang akan membuat kaum muslimin benar-benar dalam keadaan menang.
Wallahu a’lam bish showab.