Ada Apa Dibalik Terorisme Perempuan?



Oleh Anisa Alfadilah 


Isu terorisme dengan serentetan kasus bom bunuh diri kembali mencuat ke permukaan. Pada akhir bulan Maret lalu telah terjadi dua kasus terorisme. Aksi terorisme yang pertama terjadi di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3) pagi. Diduga pelaku merupakan anggota dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). 


Pada aksi pengeboman tersebut pelaku menggunakan bom high explosive yang memiliki daya ledak tinggi. Korban atas insiden tersebut sekitar 14 orang luka-luka dan kedua pelaku meninggal ditempat. Beberapa hari kemudian terjadi kasus serupa yaitu pengeboman di Mabes Polri pada Rabu (31/3). Pelakunya berinisial ZA (25) yang diduga berideologi ISIS. Sangat disayangkan kedua tersangka dalam aksi tersebut adalah wanita berkerudung.  


Aksi teror bom di Makassar dan Mabes Polri memiliki kemiripan. Selain terjadi dalam waktu yang berdekatan, para pelaku membuat surat wasiat yang isinya hampir sama dengan tulisan tangan yang hampir serupa. Karena kejanggalan tersebut berbagai spekulasi pun tersebar, ada yang mengatakan surat wasiat tersebut hanyalah rekayasa dan ada pula yang beranggapan bisa jadi para pelaku memiliki guru yang sama dan sudah dikomando terkait aksi teror yang dilakukan. Terlepas dari hoaks atau fakta tentunya hal ini membuat gaduh di masyarakat. 


Bisa jadi aksi terorisme hanyalah upaya adu domba terhadap umat Islam. Terlebih tren aksi teror masa kini menyasar kelompok anak millenial. Sebagaimana kita ketahui anak muda sangat berpotensi baik dari segi pemikiran, fisik maupun semangatnya. Terlebih Indonesia saat ini memiliki bonus demografi yakni rakyatnya rata-rata berusia produktif. Di negara mayoritas muslim terbesar di dunia dengan bonus demografi mungkin cukup mengkhawatirkan bagi para pembenci Islam. Hingga mengaitkan aksi terorisme dengan anak millenial. Sebab pemahaman agama anak muda sangat berpengaruh bagi kebangkitan Islam. Demikianlah jualan kasus terorisme selalu ada babak baru dan seolah tidak ada habisnya. 


Setiap terjadi aksi terorisme Islam selalu tertuduh sebagai dalang dibalik aksi tersebut. Karena pemberitaan di media pelaku teror selalu mengenakan simbol-simbol Islam. Seperti cadar, kerudung, jubah, aktivis dakwah dan istilah jihad.


 Sesungguhnya terorisme bukanlah ajaran Islam dan bukan bagian dari Islam. Maka, tidak dibenarkan jika ada yang mengaitkan aksi terorisme dengan agama tertentu, terlebih yang selama ini tertuduh adalah umat Islam. 


Isu terorisme saat ini dikaitkan dengan Islam, generasi millenial dan perempuan. Terlebih setelah terjadinya aksi teror di Makassar dan Mabes Polri yang melibatkan perempuan muda berhijab. Biasanya perempuan yang dikaitkan dengan terorisme selalu para muslimah yang memiliki pemahaman Islam yang jernih. 


Penggiringan opini terkait perempuan dan aksi terorisme ini sesungguhnya menjadi serangan terhadap Islam dan ajaran Islam sekaligus cara untuk melanggengkan Islamophobia di negeri ini. Serangan Barat terkait terorisme ini diduga menuding kelompok tertentu. Sebab tuduhan terorisme, radikalisme, Islam garis keras dan sebagainya selalu menyasar para aktivis dakwah islam kaffah. Hal demikian terjadi karena kaum kapitalis - sekuler merasa terancam dengan kebangkitan Islam dan penerapan syariat Islam dimuka bumi. 


Perlu kita ketahui semenjak terjadinya bom Bali pada 12 Oktober 2002 insiden bom bunuh diri marak terjadi di Indonesia. Mulai dari peristiwa tersebut  mencuat ke publik istilah terorisme dilekatkan pada paham “Islam Militan”,“Islam Fundamentalis” dan “Islam Radikal”. Semakin hari istilah terorisme selalu mengalami perubahan, tergantung waktu dan kondisi politik yang terjadi.


 Sebagaimana kita ketahui mengenai gagasan perang global melawan terorisme (GwoT) berubah menjadi perang melawan radikalisme. Ini merupakan agenda barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Yakni, upaya untuk menghalangi kebangkitan Islam dengan tegaknya hukum Allah Swt dimuka bumi. Mengingat Islam adalah ideologi yang anti penjajahan dan menjadi harapan umat ditengah rusaknya peradaban sistem buatan manusia yaitu kapitalisme neo liberal. 


Setelah terjadinya bom WTC (World Trade Center) tahun 2011 di New York, Amerika Serikat. Barat terus melancarkan aksinya untuk menghalangi Islam dengan berbagai fitnah dibalik aksi – aksi teror. Terbukti setelah aksi teror bom WTC pada (9/11) George Walker Bush presiden AS kala itu menyuarakan kepada dunia untuk memerangi yang disebutnya sebagai “ideologi setan” yang menurutnya diperjuangkan oleh gerakan Islam untuk  membangkitkan Khilafah Islamiyah. AS kerap melakukan adu domba dengan membagi umat Islam menjadi berbagai golongan diantaranya dengan sebutan radikalis fundamentalis, tradisionalis, sekuleris dan moderat. Barat juga terus melancarkan aksinya dengan mendukung moderasi dan deradikaisasi di negeri-negeri Islam.  


Islam selalu dimusuhi oleh orang-orang kafir karena Islam bukan sekedar agama tapi juga ideologi. Aturan di dalam Islam sangat lengkap baik dari segi kehidupan pribadi, rumah tangga, sosial dan bernegara. Itulah mengapa para pembenci Islam takut jika Islam bangkit. Karena kebangkitan Islam akan menyelesaikan segala bentuk penindasan, penjajahan, perampasan atas hak orang lain, mereka tak bisa lagi korupsi dan membuat undang-undang sebagaimana nafsu duniawi atau untuk memperoleh sebanyak-banyaknya materi.  


Ideologi hanya bisa dilawan dengan ideologi. Sedangkan musuh ideologi kapitalisme adalah ideologi Islam. Sampai kapanpun ideologi tidak akan pernah mati dan selalu ada para pengembannya. Para pengemban ideologi akan terus berusaha menyebarkan pemahamannya dan memperluas wilayah untuk menerapkan ideologi tersebut.


 Maka tidak heran jika ideologi kapitalisme terus berusaha dengan segala macam cara untuk menghalangi ideologi lain berkuasa. Sedangkan mereka tahu jika Islam bangkit Kapitalisme akan runtuh. Sebab idelogi yang lahir atas kejeniusan manusia akan kalah dengan ideologi dari Sang Pencipta. 


Dibalik isu terorisme yang meyangkut perempuan inilah hakikat dibalik kasus radikalisme perempuan. Kaum kapitalis-sekuler tidak ingin kaum muslimah dengan berbagai aktifitasnya sebagai anak, ibu, istri dan peran dalam masyarakat paham tentang tanggung jawab mereka terhadap Islam dan kaum muslimin.


 Mereka tak ingin kaum muslimah terpapar ide-ide Islam ideologis. Karena hal itu akan membuka wawasan berpikir dan kesadaran para muslimah tentang hakikat permasalahan umat akibat mencampakkan sistem Islam dan mengambil hukum selain Islam. Populasi muslimah yang cukup besar tentunya berpengaruh dalam dakwah dan aktifitas pergerakan. 


Para muslimah akan sadar dan memahami bahwa kebangkitan hanya dapat diperoleh dengan kembali kepada Islam dan mencampakkan aturan selain Islam. Dengan jalan dakwah pemikiran mengembalikan keterikatan akidah dan hukum-hukum Islam secara kafah atau yang sering kita sebut dakwah Islam ideologis. Sebab Islam menghargai perempuan dan menjaga hak-hak perempuan, islam juga memuliakan perempuan dengan peran strategisnya sebagai ibu, istri dan pengemban dakwah. 


Sesungguhnya perempuan hanya akan sejahtera dan mendapatkan haknya di dalam Islam. Sebagaimana kita ketahui peradaban sebelum Islam datang perempuan seolah tak berharga. Justru dalam sistem kapitalisme-sekuler masa kini perempuan dieksploitasi. Dengan berbagai potensi yang dimiliki muslimah tersebut para kaum kapitalis tidak rela jika perempuan memiliki pemahaman Islam ideologis. Sebab itu akan mempermudah jalan kebangkitan Islam. Maka dibuatlah propaganda isu-isu terorisme dan mengkaitkannya dengan terorisme perempuan. 

Wallahu a'lam bishshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak