Oleh: Murdiati, S.P. (Aktivis Dakwah)
Dunia
pendidikaan tak hentinya mewarnai beranda-beranda pemberitaan dalam negeri
mengingat perannya yang begitu besar terhadap masa depan. Termasuk beberapa
waktu terakhir Kementrian agama meminta guru madrasah peengampu mata pelajaran
Sejarah dan Kebudayaan islam (SKI) untuk menyampaikan materi secara
komprehensif.
“Sampaikan
kepada peserta didik, fakta yang komprehensif agar siswa memahami sejarah Islam
secara utuh” pesan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan madrasah, Muhammad
Zain secara daring di Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah kebudayaan
Islam MA/MAK. Selanjutnya beliau menuturkan bahwa penyampaian Sejarah Islam
yang komprehensif memiliki andil untuk membentuk generasi muda yang moderat
(kemenag.go.id, 26/2/21).
Memang
bukan rahasia lagi, dunia pendidikan kini telah digiring pemerintah untuk
menanamkan bibit-bibit moderat atau washat. Hal tersebut bahkan tertuang dalam
salinan surat yang diterima oleh CNNindonesia.com ketika terkuak dalam
pemeberitaan Kemenag revisi konten Khilafah dan jihad di buku madrasah, minggu
(08/12/19), disana tercantum bahwa kemenag melakukan revisi terhadap kompetensi
dasar (KI-KD) untuk pengarusutamaan moderasi beragama serta pencegahan paham
radikalisme di satuan pendidikan madrasah.
Tidak dipungkiri, generasi hari ini dianggap
telah terpapar radikalisme dan ekstrismisme. Sehingga pemerintah mencanangkan
dengan serius agenda moderasi dalam pendidikan yang prinsip-prinsipnya lebih
ramah menurut mereka dari sikap radikalisme, intoleransi atau teror-teror yang
selalu mereka angkat ke permukaan publik.
Dengan
beradalih bahwa Islam washataniyah telah sesuai dengan tafsir surah Al-Baqarah
2: 143, “Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu..”. Washatan yang mereka maksud adalah
sikap sedang adalam semua urusan, tidak berlebihan dalam beragama dan tidak
kurang, serta sikap adil yang diartikam berada di tengah, tidak kurang dan
lebih.
Harus
kita akui, bahwa aksi teror atau sikap ekstrem memang terjadi di kalangan
sebagan peuda saat ini. Namun penafsiran ulang terhadap ayat-ayat yang berefek
pada makin menjauhnya masyarakat dari Islam yang sebenarnya adalah kesalahan
besar. Terlebih lagi Islam wshataniyah yang mereka maksud tersebut adalah Islam
yang sesuai selera kaum kafir, yakni terbuka dengan nilai-nilai Barat dan ramah
terhadap hegemoni kapitalis global.
Sejatinya,
agenda moderasi tidak jauh dari proyek penjajahan gaya baru mereka untuk
mengkaburkan dan mengubur karakter utama kaum muslim. Sehingga generasi muslim
kehilangan identitas mereka. Islam bukan lagi sebagai aqidah dan solusi bagi
setiap permasalan mereka, tapi sebagai identitas formalitas saja. Lewat semua
itulah manuver-manuver mereka untuk menjauhkan karakter kaum muslim sebagai
umat terbaik makin mulus dan semakin mudahnya mereka menjajah segala sumberdaya
yang dikuasai kaum muslim.
Maka
disinilah peran dakwah begitu diperlukan umat untuk menyatukan kembali persepsi
terhadap Islam yang sesungguhnya sesuai risalah yang telah dibawa oleh baginda
Rasulullah. Mengembalikan jati diri umat sebagai khairu ummah dengan menanamkan
aqidah Islam ke dalam-benak-benak kaun muslim hingga terbangun kesadaran mereka
akan hubungannya dengan Allah dan pentingnya mengemban syariah secara kaffah,
Sebab
jika kaum muslim, khususnya pengemban dakwah diam saja, membirkan wadah-wadah
pendidikan yang harusnya mencetak insan taat justru dicengkram kafir Barat,
maka tak ada lagi peran yang tersisa untuk kita dalam menjemput kebangkitan.
Karena musuh-musuh Islam takkan pernah diam melihat jalan kebangkitan makin
terbuka lebar, mereka akan terus mencari celah untuk menahannya.
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dngan
mulut (ucapan-ucapan mereka) dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai” (TQS. At-Taubah: 32).
Sehebat
apapun makar-makar mereka, Allah pasti akan menitipkannkebangkitan itu pada
kaun muslim yang jiwa dan raganya senatiasa terikat dengan syariat-Nya, hatinya
tak pernah luput dari kecintaan pada-Nya dan derap kakinya tak pernah lumpuh
meniti jalan dakwah.