Oleh Ainul Mufidah
Kenapa ada hari peringatan? Apa makna dari sebuah hari peringatan? Sepanjang bulan Maret ada puluhan hari peringatan, baik lokal, nasional maupun internasional. Salah satunya yang baru saja diperingati pada tanggal 8 maret kemarin yaitu Hari Perempuan Internasional atau International Women Day (IWD).
Tentu saja ada hal yang melatarbelakangi sebuah hari peringatan, contohnya adalah peringatan International Women Day. Ya, hari yang disepakati sejumlah perwakilan perempuan dari 17 negara yang kemudian disepakati masyarakat dunia dalam rangka memperingati sesuatu yang penting untuk diingat pada hari tersebut di masa lalu, yakni adanya perjuangan perempuan atas ketidakadilan yang mereka terima dari sistem di mana mereka hidup.
Perjuangan untuk mendapatkan persamaan hak dan kesetaraan. Demonstrasi yang mereka lakukan khususnya oleh buruh perempuan inilah tonggak awal diperingatinya IWD. Para perempuan yang hidup di negeri sosialis (barat) ini mendapatkan upah yang tidak sepadan dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Juga sejumlah perlakuan diskriminatif lainnya yang mereka terima baik di area domestik maupun area publik.
Perempuan di barat mempunyai pandangan bahwa potensi mereka kerap tenggelam karena harus menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat di sekitarnya, berada di sektor domestik. Perempuan kerap dibonsai sesuai definisi “perempuan” menurut pandangan masyarakat dan mereka akan didiskreditkan jika berlaku sebaliknya.
Perempuan Indonesia pun in group memperingatinya, meskipun sempat tidak populer di era Suharto, karena dianggap sebagai bagian dari gerakan komunis, sebab pencetusnya adalah Gerwani, sayap perempuan partai komunis.
Lalu bagaimana kita sebagai seorang muslimah menyikapi fenomena ini ?
Tak dipungkiri ada rasa diistimewakan dan dihargai dengan adanya hari peringatan ini, tapi apakah kita benar-benar memahami apa yang tengah kita peringati? Adakah yang bisa kita maknai dari peringatan tersebut. Seperti peringatan setiap tanggal 3 maret, merefresh kembali ingatan kaum muslimin akan sebuah peristiwa yang menjadi puncak terbukanya berbagai kemaksiatan dan kejahatan.
IWD yang muncul dari peradaban barat yang menganggap masih banyak perempuan yang didomestifikasi. Kesetaraan dimaknai mereka dengan berhak melakukan tugas lain selain tugas domestik juga berarti perempuan bebas memilih jalan hidupnya sendiri.Tentu saja hal ini tidak sejalan dengan prinsip Islam.
Barat dengan akidahnya, baik sosialis maupun sekuler mengukur segala sesuatunya berdasarkan kepentingan dan interaksi yang terjadi adalah interaksi transaksional. Mereka lebih banyak menuntut hak mereka dibandingkan fokus pada kewajiban. Akhirnya banyak kondisi yang tidak ideal yang terjadi karena banyaknya tuntutan hak. Hal ini dikarenakan pondasi mereka yang salah tentang kewajiban sebagai manusia.
Sementara Islam tidak mengajarkan kita paham sepenuhnya atas hak kita. Tapi Islam menyuruh kita untuk belajar dan melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawab atau kewajiban kita. Ketika ada kewajiban yang telah kita penuhi, sementara di sisi lain kita tidak mendapatkan timbal balik berupa hak yang harusnya kita terima, maka sebagai seorang akidah Islam mengajarkan untuk bersabar, atau juga mungkin akan mendapatkan dari yang lain, meyakini juga kelak mungkin Allah yang memberikan.
Dan berbeda nya kecenderungan dan peran antara laki-laki dengan perempuan adalah fitrah, hal ini tidaklah menghilangkan kesetaraan mereka di mata Allah
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.
Wallahua'lam bishshowab
Tags
Opini