Oleh : Eri*
Cerita pilu kaum muslim Rohingya belum berakhir. Perjalanan panjang mencari perlindungan masih berlanjut. Tak satu pun negeri yang bisa menjadi junnah untuk mereka. Ketakutan selalu mengiringi langkahnya.
Mirisnya kaum muslim Rohingya terus berlari ketakutan dari satu negeri ke negeri lain. Belum lama ini, para pengungsi Rohingya melarikan diri dari pemerintah India. Ratusan orang Rohingya sudah tinggal di Bengal Barat selama beberapa tahun. Hampir semuanya hilang bulan lalu setelah beberapa Rohingya ditangkap di negara bagian itu. Banyak yang bersembunyi di negara-negara bagian India lainnya. Sebagian lain pergi ke Bangladesh,” ujar pengungsi Rohingya, Nizam Uddin, yang menyeberang ke Bangladesh bersama ibunya, istri, dan tiga anaknya bulan lalu. (voaindonesia com 17/2/21)
Selain itu, masalah turut datang dari negeri asal mereka. Kudeta yang terjadi membawa dampak secara tidak langsung atas keselamatan kaum muslim Rohingya. Mereka khawatir dipulangkan paksa dan dianiaya. "Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan, membersihkan desa Rohingya adalah urusan yang belum selesai dari Perang Dunia Kedua. Jadi, kami khawatir jika kami kembali ke Myanmar akhirnya dia akan menyelesaikan masalah ini," kata seorang pengungsi Rohingya dan salah satu pendiri dari Koalisi Bebas Rohingya, Ro Nay San Lwin, dilansir dari The New Arab, Senin (22/2). (detikNews.com 23/2/21)
Nasib mereka menjadi pengungsi di negeri orang terombang-ambing. Para pemimpin muslim yang acuh dengan kondisi mereka, memilih berlepas tangan. Tidak memberikan perlindungan, tempat yang layak atau sekedar memenuhi kebutuhan mereka pun tidak. Tak jarang mereka menerima kekerasan, pemerasan dan pelecehan dari penduduk sekitar. Padahal mereka saudara se-akidah yang butuh pertolongan. Namun, dianggap beban negara. Begitu memilukan nasib pengsungsi Rohingnya.
Penderitaan kaum muslim Rohingya, tidak lain disebabkan sistem demokrasi yang melahirkan nasionalisme. Sayangnya, nasionalisme bercokol di negeri-negeri muslim yang membuat sekat wilayah-wilayah mereka, mementingkan urusan mereka tanpa peduli penderitaan saudara sesama muslim. Bahkan melarang mencampuri urusan atau kebijakan negeri lain. Inilah bahaya dari nasionalisme yang merusak ukhuwah Islamiyyah.
Sepanjang permasalahan Rohingya muncul, lembaga internasional pun tidak berkutik. Baik OKI maupun PBB hanya mengecam tanpa berani mengintervensi tindak kejahatan pemerintah Myanmar. Solusi yang diberikan bersifat parsial tidak mampu menyelesaikan akar masalah secara tuntas.
Kegagalan negeri muslim dan lembaga internasional karena mengemban sistem demokrasi kapitalis. Sistem yang mendepankan asas materi -untung rugi. Maka, tidak heran setiap hubungan antar negara selalu dibangun berdasarkan asas manfaat. Sehingga negeri-negeri muslim tidak bisa memutus sepihak hubungan internasional dengan negara kafir.
Kasus kaum muslim Rohingnya salah satu dari penderitaan umat muslim seluruh dunia. Nasibnya sama seperti yang dialami etnis Muslim Uighur, Palestina, Suriah, Yaman dan lainnya. Banyak umat muslim yang kini tertindas dalam negerinya, terusir, terjajah, disiksa dan segala macam tindak kekerasaan. Penyelesaian masalah umat muslim di seluruh dunia hanya dengan mewujudkan kekuasaan yang berlandaskan akidah dan menerapkan syariat Islam. Satu-satunya institusi yang mampu menerapkan Islam secara kaffah hanya Khilafah.
Khilafah adalah junnah (perisai/pelindung) umat Islam. Tentu menjamin keselamatan umatnya dan mencegah musuh menyerang serta menjaga keutuhan umat Islam. Rasulullah Saw, bersabda :
وَإِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Kaum Muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai seorang pemimpin, ia harus bertanggung jawab dan meriayah umatnya. Dalam hal ini dibutuhkan seorang pemimpin yang kuat, berani, bukan pengecut atau penakut. Sehingga seorang pemimpin tidak mudah diintervensi asing, baik melalui kebijakan atau hubungan luar negeri. Untuk itu, institusi negara yaitu Khilafah dan pemimpinnya dibangun berlandaskan akidah Islam.
Sejarah membuktikan hanya Khilafah yang bisa menjaga harta, nyawa dan kehormatan umatnya. Khilafah era Abbasiyah, Khalifah Al-Mu'tasim Billah mencatat tinta emas sejarah Islam. Khalifah Al-Mu'tasim menyahut seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang dilecehkan tentara Romawi. Ia segera mengirim ratusan ribu pasukan kaum muslim untuk menyerang Amuriah. Mengakibatkan takluknya Amuriah dalam beberapa bulan dan ribuan tentara Romawi terbunuh. Semua dilakukan karena Khalifah adalah junnah umat.
Maka upaya mengembalikan kekuatan umat dalam satu sistem pemerintahan Islam adalah kewajiban. Sebab, Khilafah lah pelindung umat, penjaga agama dan persatuan umat muslim di setiap wilayahnya. Saatnya umat bangkit dari keterpurukannya selama seratus tahun. Menata dunia dengan Islam sebagai aturan hidup dibawah naungan Khilafah Rasyidah 'ala Minhajin Nubuwah.
Waallahu a'lam bis shawwab.
*(Pemerhati Masyarakat)
Tags
Opini