Oleh Cahaya Septi
Penulis dan Aktivis Dakwah
Bulan Rajab termasuk di antara empat bulan haram (suci) yang telah Allah Swt. tetapkan di (QS at-Taubah [9]:36). Rajab adalah bulan istimewa, salah satunya tentu Isra' Mikraj Rasulullah saw. pada tahun ke-10 kenabian. Peristiwa agung ini diabadikan Allah Swt. dalam al-Qur'an ( QS. al-Isra'[7]:1).
Rangkaian peristiwa Isra' Mi'kraj memang di luar akal manusia sendiri. Karena sebagian orang yang imannya lemah berbalik murtad karena perisitiwa Isra' Mi'kraj ini.
Namun, ketika diprovokasi oleh kaum musyrik soal isra' Mi'kraj Abu Bakar ra. malah mempertanyakan sikap kaum musyrik Quraisy yang masih tetap mengingkari kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Setelah itu Abu Bakar ra. mendatangi Rasulullah saw. Ia lalu meminta beliau untuk menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis. Setelah Nabi saw. menjelaskan dengan lengkap, Abu Bakar berkata, “Engkau berkata benar. Aku bersaksi, engkau adalah utusan Allah!” Rasulullah saw. menjawab, “Engkau, Abu Bakar, adalah ash-shiddiq (yang selalu membenarkan)!”
Peristiwa Isra’ Mi’raj yang telah membuat kegoncangan hebat masyarakat Makkah justru menemukan urgensitasnya bagi tonggak berdirinya peradaban Islam. Peristiwa agung ini terjadi setahun sebelum hijrah.
Dua masjid disinggahi dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah saw., yaitu Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid al-Aqsha di Palestina, sebelum ke langit menghadap Allah Swt. Makkah tempat Ka’bah berada merupakan tanah suci. Palestina tempat Baitul Maqdis berada merupakan bagian dari negeri Syam yang Allah Swt. berkahi. Allah Swt. berfirman:
”Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam" (TQS al-Anbiya’ [21]: 71).
Allah Swt. memberkahi Syam karena kebanyakan nabi dilahirkan di negeri ini. Tanahnya pun subur. Ibnu Abbas ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Para nabi tinggal di Syam. Tidak ada sejengkal pun kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana” (HR. at-Tirmidzi).
Dalam pandangan Islam, Tanah Palestina (Syam) adalah tanah milik kaum muslim. Di tanah ini berdiri al-Quds, yang merupakan lambang kebesaran umat ini. Al-Quds menempati posisi yang sangat mulia. Umat Islam jangan sampai melupakan sejarah penting ini.
Terkait posisi Palestina, Khalifah terakhir Turki Utsmani, Sultan Abdul Hamid II, mengatakan, “Sungguh aku tidak akan melepaskan Bumi Palestina meskipun hanya sejengkal. Tanah Palestina bukanlah milikku, tetapi milik kaum Muslim. Rakyatku telah berjihad untuk menyelamatkan bumi ini dan mengalirkan darah demi tanah ini. Hendaknya kaum Yahudi (yang berambisi membeli Tanah Palestina) menyimpan saja jutaan uang mereka. Jika suatu hari nanti Khilafah terkoyak-koyak, saat itulah mereka akan sanggup merampas Palestina tanpa harus mengeluarkan uang sedikit pun. Namun, selagi aku masih hidup, goresan pisau di tubuhku terasa lebih ringan bagi diriku daripada aku harus menyaksikan Palestina terlepas dari Khilafah. Ini adalah perkara yang tidak boleh terjadi" (Dr. Muhammad Harb, Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II, Pustaka Thariqul Izzah, 2004).
Pernyataan dan sikap Sultan Abdul Hamid II kini terbukti. Tanah Palestina lepas begitu saja dan jatuh ke tangan Yahudi secara ‘cuma-cuma’. Tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Kaum Zionis itu tak harus mengeluarkan banyak uang untuk menguasai Palestina.
Sejarah membuktikan, dalam naungan Khilafahlah wilayah Syam termasuk Palestina di dalamnya, berhasil dibebaskan dan dikuasai selama berabad-abad lamanya.
Karena itulah, ketika pada faktanya hari ini Bumi Palestina berada dalam pendudukan kaum Zionis selama puluhan tahun, diperlukan upaya untuk membebaskannya kembali. Hal itu tidak mungkin kecuali dengan mengembalikan penjaga dan pelindungnya yang sejati, yakni Khilafah Islamiyah. Di sinilah urgensitas Khilafah Islamiyah bagi kaum muslim.
Dengan demikian, peristiwa Isra’ Mikraj seharusnya menjadi spirit yang bisa menjadi pijakan dakwah dan perjuangan umat hari ini. Pasalnya, pasca Isra’ Mikraj lah terjadi transformasi kepemimpinan di tangan Rasulullah saw. Transformasi kepemimpinan tersebut ditandai dengan tegaknya Daulah Islamiyah di Madinah.
Selama kurang lebih 14 abad pula Khilafah Islamiyah sukses menciptakan peradaban yang agung. Khilafah mampu melindungi dan menebarkan rahmat bagi seluruh manusia, bukan hanya umat Islam. Pada masa Khulafaur Rasyidin misalnya, keberkahan telah mereka rasakan dengan amat luar biasa. Di antaranya dalam bentuk kemakmuran hidup.
Sayang, sejak keruntuhan Khilafah tahun 1924 M/1342 H, umat Islam selama 100 tahun terakhir tak lagi memiliki kekuatan dan pelindung. Sejak itu pula hingga kini umat Islam di berbagai belahan dunia dirundung nestapa. Tak terkecuali Bumi Palestina, negeri yang Allah Swt. berkahi, sejak lama berada dalam cengkeraman penjajahan Zionis Israel.
Sudah jelas bulan Rajab adalah termasuk empat bulan yang haram, semoga dengan adanya peristiwa Isra’ Mikraj ini kita senantiasa lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. serta meningkatkan semangat perjuangan mengembalikan kejayaan Islam di bawah naungan Khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah agar tidak terulang kejadian yang sama.
WalLahu a’lam bi ash-shawwab.
Tags
Opini