Oleh
: Yauma Bunga Yusyananda
(
Anggota Komunitas Kstaria Aksara Kota Bandung )
Nama Aprilia Santini Manganang selaku serda TNI Angkatan Darat saat ini, tengah
ramai diperbincangkan lantaran dulunya terungkap bahwa Manganang masuk ke dalam
Atlet Voli Putri berprestasi, padahal dia saat ini berjenis kelamin laki-laki.
Diketahui, tahun 2016 dia masuk
ke dalam Korps. Wanita Angkatan Darat, dan pensiun menjadi atlet voli di tahun
2020. Berdasarkan pemeriksaan medis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD)
Gatot Soebroto, Jakarta, Manganang didiagnosa mengalami hipospadia sejak lahir
dan kini sudah dinyatakan sebagai laki-laki tulen. (liputan6.com 11/03/2021)
Pada saat itu keluarga dan tenaga
medis yang menanganinya tidak begitu paham dengan jenis kelainan hipospadia,
yaitu kelainan bawaan sejak lahir bahwa lubang uretra ( saluran yang membawa
urin dari kandung kemih keluar tubuh ) bukan diujung penis namun di bawah
penis. Sehingga kelainan tersebut
membawa manganang dianggap berjenis kelamin perempuan (tirto.id 10/03/2021)
Menurut Centers for Disease
Control and Prevention (CDC), hipospadia bisa diakibatkan karena, ibu yang hamil di atas usia 35 tahun, ibu
yang hamil dengan obesitas, perempuan yang hamil dengan menggunakan bantuan
teknologi reproduksi, konsumsi hormon atau obat-obatan tertentu selama masa
kehamilan.
Pelajaran yang dapat kita ambil
saat menyimak kasus ini, bahwa peran individu, masyarakat serta negara perlu
memberikan pelayanan yang tidak asal sebelum masyarakat sendiri mengungkap apa
yang terjadi sebenarnya. Lolosnya Manganang masuk Korps Wanita Angkatan Darat
karena pemeriksaan medis tidak sampai bagian reproduksi, serta tenaga medis
yang mumpuni untuk mengetahui penyakit yang tidak biasa sekalipun.
Selain itu jika perihal kehamilan
tidak boleh diatas 35 tahun karena rentan, maka kita harus menyerahkannya pada
ilahi dan tentu dengan ikhtiar perencanaan fase hidup baik menikah lalu hamil
dan melahirkan. Jikapun, ada kuasa dan bukan kuasa manusia, maka kita hanya
bisa berikhtiar lagi dalam menjaga pola makanan kita sebagai manusia yang
menjaga kesehatan.
Karena penyakit-penyakit yang
tidak biasa, tergantung asupan dan teknologi yang belum tentu kita boleh
menggunakannya seperti hamil dengan bantuan teknologi reproduksi atau konsumsi
hormon dan obat-obatan yang kita awam dalam menggunakannya.
Sekali lagi, kita perlu
memberikan asupan diri kita berupa ilmu walaupun kita bukan orang-orang yang
ada dalam bidang medis namun setidaknya kita bisa lebih waspada diri kita
sendiri. Bukan keinginan kita untuk sakit, namun kita sebagai manusia bisa
mencegah dan mempelajari sebab akibat terjadinya penyakit.
Agar kita dijauhkan dari
penyakit-penyakit semacam ini, untuk tidak keliru menggabungkan kelompok gender
yang satu dengan individu yang lain. Agar ketidak tahuan ini, tidak terulang
berkali-kali sehingga perbaikan pengetahuan akan berbagai ilmu perlu
difasilitasi dengan baik. Dan bekali tenaga medis kita dengan ilmu syariat,
agar tidak asal dalam menetapkan kesimpulan. Karena dari kasus ini saja sangat
fatal jika kita menetapkan seseorang yang semula laki-laki menjadi perempuan
dan kini menjadi laki-laki. Karena Islam akan membekali individu tidak sembarangan
dalam perkara ilmu, akan secara tuntas agar ilmu yang diterapkan tidak keliru
di masyarakat.
Karena di awal kita ketahui bahwa
Manganang adalah laki-laki, karena posisi uretra nya saja yang berbeda dari
bayi laki-laki lain, seharusnya tidak mengubah dirinya menjadi gender yang
lain. Namun hanya didiagnosis saja penyakitnya, dan tetap menjadi bayi
laki-laki. Karena di dalam Islam, jikapun ada kelainan penyakit sampai Ambiguous
genitalia atau berkelamin ganda, maka Islam menyarankan untuk melihat mana yang
dominan dan menetapkannya hanya satu sebagai gender. Dan orang tersebut hanya
dianggap sebagai orang yang sedang diuji Allah dengan penyakit yang tak biasa,
bukan transgender ataupun interseks. Berbeda hukumnya jika sudah nampak dirinya
laki-laki namun, ingin berubah menjadi perempuan dan merubah seluruh
penampilannya sebagai perempuan, maka itu yang akan dilaknat Allah di akhirat
kelak selama dirinya tidak bertaubat hingga maut menyapanya.
Maha benar Allah dengan segala
pengetahuannya, kita manusia hanya bisa mengakui bahwa kita lemah dan terbatas
sehingga perlu Islam sebagai tuntunan bukan sekedar agama yang mempelajari
ibadah kepada Allah saja, namun memberikan solusi dari setiap permasalahan
manusia juga, termasuk kelainan penyakit.
Diriwayatkan dari musnad Imam
Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik, bahwasanya Nabi bersabda: Aku pernah
berada di samping Rasulullah, Lalu datanglah serombongan Arab Badui. Mereka
bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?' Beliau menjawab, 'Iya,
wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab, Allah tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan
meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.' Mereka bertanya, 'Penyakit apa
itu?' Beliau menjawab, 'Penyakit tua.'" (HR Ahmad).
Allohu Musta’an