(Muslimah Pembelajar Islam Kaffah)
Masjid Istiqlal Jakarta menjalankan program kaderisasi ulama perempuan. Mereka akan difokuskan menjalankan kajian kesetaraan gender dalam persfektif ajaran islam.
Imam besar masjid Istiqlal Nasarudin Umar mengatakan, bahwa program ini merupakan bagian dari The New Istiqlal. Dengan program ini, Istiqlal berambisi mencetak ulama - ulama baru yang bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.
"Mungkin ini yang pertama dalam dunia islam. Jadi, takhasusnya para ulama perempuan akan mengkaji kitab - kitab sumber, terutama Alquran dan Hadis, dalam perspektif kesetaraan gender ". Kata Nasarudin dalam perayaan milad ke- 43 masjid Istiqlal, senin (22/2).
Rencana ini didukung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) di kampus Prayoga. Ia mengatakan bahwa diharapkan adanya andil masjid istiqlal dalam menciptakan pemberdayaan perempuan serta perlindungan anak.
Dikutip dari kemenpppa. go. id, 19/2/21. Kementrian PPPA menjelaskan, isu perempuan dan anak merupakan isu yang kompleks, multi sektoral dan sangat berkaitan dengan cara berfikir masyarakat. Oleh karena itu, saya mengapresiasi imam besar masjid istiqlal meluncurkan program untuk merubah cara berfikir dan cara pandang masyarakat agar ramah dan responsif terhadap perempuan dan anak.
Senada dengan menteri PPPA, KH. Nasarudin juga menyampaikan bahwa program kerja KEMENPPPA sangat dekat dengan program kerja BPMI, maka dari itu BPMI akan sangat serius memperhatikan permasalahan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, serta menjadikan masjid sebagai pusat pemberdayaaan perempuan dan anak. Sehingga mampu menginspirasi rumah - rumah ibadah lain untuk melakukan hal yang sama.
"Salah satu program BPMI adalah pendidikan ulama perempuan. Belum pernah ada pendidikan ulama perempuan secara khusus, yang ada adalah pendidikan kader ulama. Yang akan kita bikin di istiqlal ialah pendidikan kader ulama perempuan, mukayatnya adalah perempuan. Banyak ulama, tapi ulama perempuan sangat - sangat langka. Kita ingin perempuan itu punya kekuatan intelektual untuk mengkaji kitab juga hadis.
Karena itu salah satu nota kesepakatan yang telah ditanda tangani adalah peningkatan kualitas dan kwantitas ulama yang responsif gender dan pendidikan anak, khususnya kader ulama perempuan yang menguasai keilmuan islam yang berbasis gender melaluai pemahaman islam yang moderat".
Sesungguhnya kejadian ini bisa menyudutkan islam sebagai agama yang tidak berpihak pada perempuan. Karena itu tampak aroma kriminalisasi ajaran islam ynag kian menguat. Dan memang saat ini dunia barat sedang menjalankan imerialismenya dihampir semua dunia islam.
Sebagaimana diketahui, PBB telah meluncurkan General Recomendation 30 CEDAW yang menekankan negara untuk melindungi perempuan dari kekerasan berbasis gender akibat berbagai macam konflik, termasuk dalam konteks terorisme.
Ditambah lagi program pendidikan ulama perempuan untuk menghapuskan bias gender, sejatinya bisa menghantarkan lahirnya rujukan publik yang memperkuat moderasi dan penguatan sekularisme.
Padahal penderasan paham moderat ini justru akan menjauhkan islam dari hakikat sejatinya sebagai ajaran yang kaffah. Serta pemersatu hakiki antar seluruh golongan.
Islam memberikan nilai tak terhingga pada status perempuan. Ideologi islam tidak pernah memandang perempuan sebagai benda, melainkan sebagai kehormatan yang harus dijaga.
Islam telah memberikan peran strategis yakni umm wa rabbatul bayt dan pengurus rumah tangga. Ditangan para ibulah generasi dicetak memiliki kepribadian islam yang akan memimpin peradaban.
Tugas berat dan mulia yang disematkan pada perempuan ini menjadikan negara memiliki peran besar dalam melaksanakan hukum - hukum yang menjamin penjagaan kehormatan bagi perempuan. Negara beranggung jawab melahirkan keluarga ideal yang mampu melahirkan generasi - generasi berkualitas.
Tak terkecuali, negara menghadirkan atau mencetak ulama yang berkontribusi dalam pembentukan keluarga ideal dan perbaikan kualitas keluarga. Sebab ulama dan penguasa merupakan pihak paling bertanggung jawab atas terealisasinya syariah Allah SWT dimuka bumi.
Ulama dengan ilmunya adalah pewaris para nabi. Mereka memiliki peran khusus menghidupkan alam semesta. Mereka memiliki tugas mulia dan tanggung jawab yang besar yaitu meluruskan berbagai penyimpangan ditengah umat baik yang dilakukan penguasa atau yang lainnya. Serta meluruskan setiap pemikiran yang salah dan keliru.
Berkat ulama, umat benar - benar bangkit pemikirannya secara menyeluruh tentang alam semesta dan kehidupan. Yang membuahkan revolusi mengakar dan radikal, besar dan terus meningkat bagaikan bola salju.
Semua itu karena umat mengambil akidah islam dan hukum - hukumnya sebagai sebuah ideologi yang diterapkan dalam kehidupan nyata dan mengarah pada rekonstruksi terbaik bagi alam semesta.
Dalam kehudupan kapitalis sekuler saat ini, ulama memiliki tugas yang berat dan tanggung jawab besar dalam menolak dan menyangkal setiap ideologi batil dan setiap pemikiran yang alhir darinya. Termasuk pemikiran moderat yang bertentangan dengan islam. Hal ini dilakukan oleh ulama dengan menjelaskan kerusakan dan kepalsuannya.
Ide islam moderat pada dasarnya adalah bagian dari rangkaian proses sekulerisasi pemikiran barat yang diberi warna baru. Ide ini membangun islam insklusif bersifat terbuka, toleran terhadap ajaran agama lain, menyusupkan paham pluralisme yang memandang semua agama benar.
Hal ini karena islam moderat bersumber pada kaidah "qabulul akhar" menerima yang lain secara terbuka dan tidak mengkalim kebenaran diri sendiri, menganggap perbedaan adalah hal yang lumrah. Padahal sudah sangat jelas bahwa alquran pada quran surah ali imran ayat 19 menjelaskan "innaddiina indallaahi al islam ( agam yang mulia disii Allah hanyalah islam ).
Maka sangat jelas prulaisme haram bagi kaum muslimin. Dari sinilah kita mendapati menganut islam moderat, memberlakukan toleransi yang melampaui batas yang sudah digariskan oleh islam.
Oleh karena itu, jelaslah apa yang dilakukan penguasa yakni mencetak ulama perempuan yang akan mengaruskan moderasi islam tidak sejalan dengan islam.
Hanya penerapan Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyahlah yang mampu mengembalikan peran penguasa dan ulama dalam mencetak ulama - ulama yang berkontribusi dalam membentuk keluarga muslim berkualitas. Wallahu 'alam bisowwab.
Tags
Opini