Derita Umat Seratus Tahun Tanpa Perisai



Oleh : Melitasari



Seratus tahun sudah dunia tanpa junnah, umat Islam terpecah belah bagai buih di lautan. Jumlahnya banyak tapi tak berdaya sebab berada di tengah himpitan sejumlah kekuatan. Seperti kekuatan konunisme dan barat yang saat ini menguasai dunia. Kenestapaan terjadi di mana-mana sebab aturan yang diterapkan adalah aturan manusia.

Darah umat Islam bercucuran, aturan-aturan Islam dihapuskan sehingga menimbulkan banyak kesengsaraan dan pertentangan. Bak anak ayam kehilangan induknya, sejak runtuhnya khilafah seratus tahun silam umat Islam hidup tanpa suatu kepemimpinan, tanpa perisai yang menjaga dan melindunginya. Terasing di negeri sendiri, terjajah kafir harbi.
Ada banyak  kerugian yang terjadi saat khilafah tidak ditegakkan di muka bumi. Mengundang murka illahi sebab aturannya diganti dengan aturan birahi. Kerugian tersebut antara lain.

1. Umat Islam terpecah belah
Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda "Perumpamaan kaum Muslimin dalam urusan kasih sayang dan tolong-menolong bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak dapat tidur dan (merasa) panas."

Namun saat ini umat Islam terhalangi oleh sekat nasionalisme yang menjadikan mereka sulit untuk memperoleh keadilan yang sama. Dapat kita lihat betapa banyak umat Islam tertindas di berbagai negara minoritas, namun bantuan dan pertolongan dari sesamanya amatlah terbatas hanya sekedar bantuan sandang dan pangan seadanya. Tidak ada upaya yang bisa dilakukan untuk membebaskan mereka dari nestapa sebab tak ada perisai yang melindunginya.

2. Hilangnya kekayaan yang disebabkan kemiskinan
Hari ini umat Islam bagai unta yang kehausan di padang pasir, memikul air dipunggungnya namun tak bisa menikmatinya. Allah SWT berfirman  "Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rejeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kami dibangkitkan."

Pengelolaan sumber daya alam dalam negeri kapitalis hanya berorientasi kepada keuntungan yang dihasilkan. Penguasa bekerja sama dengan para pengusaha untuk bebas mengelola sumber daya. Akibatnya kekayaan negeri dikuasai oleh para oligarki, hal inilah yang kemudian menjadi penyebab tingkat kemiskinan dalam negeri semakin tinggi.

Kekayaan sumber daya yang seharusnya dikelola negara, kini dikeruk habis oleh para kapitalis. Rakyat tak dapat menikmati kekayaan bumi, sebab semua dikuasai oleh para cukong dan rezim tirani.

3. Munculnya para Ruwaibidhah 
Hilangnya junnah/seorang Khalifah yang adil akan menyebabkan munculnya penguasa boneka lagi dungu. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam  
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara.” Lalu beliau ditanya,Apakah al-ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab,“Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum” (HR Ibnu Majah). 

Dan sungguh zaman itu telah terjadi hari ini, di mana kebathilan lebih  berkuasa di atas kebenaran. Yang benar dianggap bertentangan sedangkan yang salah dibenarkan. 

4. Umat Islam kehilangan kewibawaan
Betapa banyak umat Islam saat ini yang dihinakan kafir barat Amerika dan sekutunya. Mereka menjadikan kaum perempuan sebagai alat komoditi untuk menghasilkan keuntungan, menjauhkan mereka dari peran sesungguhnya. Banyak juga yang dilecehkan, jilbab sebagai identitasnya dihinakan lagi  dipersoalkan.

Begitupun penerus generasi yang terus dicekoki budaya dan pemahaman-pemahaman mereka, sehingga moral dan perilakunya jauh dari aturan agama.

5. Tempat suci umat Islam ternodai
Dalam sejarah Islam, Masjid Al Aqsha dikenal berada di Baitul Maqdis, sebutan untuk kota yang suci. Pondasinya telah diletakkan oleh Allah SWT di muka bumi sejak Nabi Adam, as. Baitul Maqdis merupakan wilayah yang diberkahi oleh Allah. Diceritakan bahwa Rasulullah Saw melakukan perjalanan atau isra dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsha.
Tempat suci ini terletak di antara Palestina dan Israel, saat hilangnya pemimpin yang adil dunia, tanah Baitul maqdis menjadi sengketa. Nyawa umat Islam seakan tak ada harganya, derita umat tak ada akhirnya. Tanah suci pun ternodai.

6. Umat Islam terasing dari Islam
Kita jumpai saat ini jumlah umat Islam begitu banyak, namun keberadaannya amat terasing, terasing dengan agamanya sendiri. Mereka mengakui agamanya tapi tak mau diatur oleh aturannya, bahkan tak sedikit yang membenci dan memusuhi agamanya sendiri. Hal ini disebabkan adanya teror dan propaganda islamophobia.

7. Al-Qur'an dan Rasulullah dinistakan
Penistaan Al-Qur'an dan penghinaan terhadap nabi kerap kali terjadi di berbagai negeri. Dari mulai kalangan muda yang menganggapnya main-main hanya untuk memperoleh suatu ketenaran, hingga oleh mereka para pembenci Islam yang melakukannya atas dasar intoleran.

Negara sekuler memang menjadi lahan subur tumbuhnya para penista agama. Tiada iman di hati membuat mereka bebas menghina nabi. Hal ini juga didukung oleh sistem yang menganggap penistaan ini sebagai kasus biasa dan tak perlu hukuman untuk membuat para pelakunya jera.

Dari banyaknya kenestapaan yang terjadi dalam kurun waktu seratus tahun ini, sepatutnya kita menyadari bahwa hidup tanpa sistem Islam adalah kesengsaraan yang tiada berkesudahan. Tidak adanya junnah membuat umat Islam lemah dan berada dalam sistem pengaturan yang salah.

Maka dari itu kewajiban kita adalah mengembalikan kehidupan Islam agar dunia kembali damai dan tentram di bawah naungan khilafah ala minhajinnubuwah. Wallahu'alam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak