Oleh : Ummu Aimar
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, masih banyak anak muda yang tidak toleran dalam hal politik, dibandingkan intoleransi pada praktik ritual sosial keagamaan.
Hal ini menjadi temuan dalam hasil survei suara anak muda tentang isu-isu sosial politik bangsa pada Maret 2021. "Isu-isu politik jauh lebih tinggi tingkat intoleransinya ketimbang intoleransi pada tingkat keagamaan," ujar Burhanuddin dalam rilis hasil survei secara daring, Ahad (21 Maret 2021 https://m.republika.co.id)
Di era milenial saat ini, para kalangan pemuda
seharusnya merasa prihatin melihat kondisi negeri saat ini. Perlu adanya pemuda yang berpikir kritis terhadap politik saat ini dari berbagai kebijakan pemerintah saat ini. Hingga menjadi garda terdepan yang meyuarakan aspirasi rakyat terhadap keadaan negeri ini.
Karna di tengah jaman milenial saat ini, mungkin banyak para pemuda atau generasi yang acuh untuk memikirkan kondisi negeri ini. Mereka lebih sibuk dengan urusan dunia remajanya. Karna dianggap bahwa potilik urusan para pejabat dan dari kalangan tua. Bahkan Mereka abai terhadap kehidupan ke depan nya yang belum tentu memikirkan kondisi negeri ini yang banyak masalah.
Memang selama ini stigma mengenai politik sering dicitrakan sesuatu yang buruk, kotor dan penuh intrik, contohnya saja untuk mewujudkan hajat seseorang ataupun kelompok dalam mencapai tujuan yang dikehendaki, sering kali segala upaya dilakukan, bahkan bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
Akan tetapi, politik itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk, bahwa dalam kegiatan kita sehari hari pun itu adalah aktifitas politik. Karena, politik itu adalah usaha untuk mencapai kehidupan yang baik. Jikalau masih banyak paradigma sebagian orang yang menyatakan bahwa politik itu buruk, tersebut akan melebar dan membingkai pemikiran sebagian kalangan lain khususnya kalangan anak muda atau sering disebut dengan kalangan milenial sehingga sepakat bahwa politik itu tindakan yang kotor pula.
Maka saat ini generasi milenial membutuhkan ilmu politik secara menyeluruh. Bukan sebagian sebagian diterapkan. Maka, negara wajib menyelenggarakan pendidikan berbasis agama (Islam). Bukan seperti saat ini, sistem pendidikan cenderung sekuler. Islam dipisahkan dari dunia pendidikan. Berulang negara malah mencurigai remaja dan pelajar yang mendalami Islam dengan tudingan terpapar paham Islam radikal dan Khilafah. Bahkan sempat muncul tudingan bahwa rohis sekolah menjadi bibit-bibit kemunculan terorisme. Sekolah dan kampus lalu dijadikan sasaran program deradikalisasi ajaran Islam. Akhirnya, Islam makin dijauhkan dari dunia pendidikan. Dan akhirnya mereka anti politik.
Dalam islam pemuda adalah generasi peradaban menuju perubahan yang hakiki.
Islam akan mengasilkan cikal bakal para pejuang islam kaffah dan menerapkan sistem politik islam di negeri ini.
Generasi muda Islam harus mengenal dan melek politik Islam agar benar mendapat gambaran dan harapan perubahan hakiki yang sesungguhnya dan bisa diterapkan. Karna pemuda merupakan ujung tombak sebuah perubahan bangsa. Di tangan mereka kelak estafet kepemimpinan akan dititipkan dengan meneruskan cita-cita bangsa Indonesia. Karena itu, banyak harapan yang tersirat dari masyarakat kepada para generasi milenial saat ini agar paham politik islam yang sesungguhnya.
Tentunya kita mengharapkan para pemuda yang berkualitas secara intelektual, spiritual dan juga secara sosial. Wajib bagi pemuda islam paham politik Islam agar bisa menghadapi tantangan kekinian yang bisa membelokkan mereka dari perubahan hakiki yang sesungguhnya. Pemuda harus paham sistem politik islam yang telah terjadi pada masa Rasulullah SAW dan para khalifah dimasa Daulah khilafah.
Maka pemuda wajib melek politik, karna pemuda adalah harapan masa depan umat. Berkualitas pemuda hari ini, penuh ketaatan, cerahlah masa depan suatu kaum. Buruk kondisi kaum muda hari ini, suramlah nasib bangsa tersebut di kemudian hari karna acuh terhadap negeri ini. Karna mereka enggan untuk mengenal politik.
Karena itulah Nabi Saw. mengingatkan kaum Muslim untuk menjaga masa muda mereka sebaik-baiknya:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ…
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu…” (HR al-Baihaqi)
Sejarah emas Islam mencatat banyak pemuda yang harum namanya karena memuliakan Islam. Sejak Generasi Sahabat hingga Sultan Muhammad al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel yang menjadi gerbang tersebarnya Islam ke Eropa. Kejayaan Islam banyak digerakkan oleh barisan kaum muda.
Para ulama salafush-shalih mendidik kaum tunas muda ini agar kelak muncul generasi penerus umat. Mereka paham, menyia-nyiakan pembinaan kaum muda sama artinya dengan merencanakan kehancuran suatu bangsa.
Para remaja dan pemuda Muslim sudah saatnya sadar bahwa di pundak mereka kelak akan diletakkan amanah memimpin umat dan membangun negeri. Masa muda bukanlah masa untuk menceburkan diri dalam suasana hedonisme, bersenang-senang tanpa batas halal haram.
Untuk itu para pemuda harus menghujamkan keimanan bahwa Islam adalah agama yang paripurna; mengatur urusan dunia dan akhirat, bukan sekadar spiritual. Tak ada agama serta sistem kehidupan yang terbaik kecuali hanya Islam.
Bersegera untuk mengkaji Islam sebagai ideologi. Bukan sekadar ilmu pengetahuan. Mereka wajib terikat dengan syariah Islam. Dengan terikat pada syariah Islam. Para pemuda harus terus terlibat dalam dakwah Islam demi tegaknya syariah dan Khilafah Islam. Sungguh kemuliaan Islam hanya bisa tampak bila umat, khususnya kaum muda, senantiasa berdakwah untuk menegakkan Islam. Alquran telah merekam keteguhan iman dan kesungguhan perjuangan para pemuda Kahfi hingga mereka mendapat pertolongan dan perlindungan Allah SWT.
WalLâhu alam bi ash-shawab.
Tags
Opini