Oleh :
Ummu Aqeela
14 Februari,momen tanggal dan bulan pasti dimana perayaan
momen kasih sayang digalakkan diberbagai pelosok dunia. Hari itu disebut dengan
istilah Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang. Banyak orang yang menunggu
kedatangan hari ini, sebab hari ini sebagian orang mempercayainya sebagai
hari yang tepat untuk mengungkapkan rasa kasih sayang kepada orang yang kita
sayangi. Tak hanya remaja, banyak bapak, ibu atau tante yang ikut merayakannya.
Mereka berlomba-lomba membuat Hari Valentine menjadi istimewa dan tak
terlupakan. Rangkaian bunga, makan malam mewah, pemberian bingkisan, ucapan
kasih sayang, semarak warna pink dan masih banyak lagi lainnya turut
memeriahkan setiap tahunnya.
Ada
banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun,
pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai
ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal
15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian
upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama,
dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love)
Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam
kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya
keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan
dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa
Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang
dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan
itu akan membuat mereka menjadi lebih subur
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan
para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan
nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus
atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory
I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih
mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan
upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14
Februari (The World Book Encyclopedia 1998).
Oleh karena itu Hari Valentine menurut beberapa literature ilmiyah dapat menunjukkan bagian dari simbol agama Nasrani. Sejarah awal mulanya pun dari Non Muslim. Sayangnya, masih saja ada umat Muslim yang turut merayakan Hari Kasih Sayang tersebut.
Islam tidak mengenal hari raya lainnya melainkan
2 hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Kedua hari raya tersebut
disyariatkan karena usai dari melakukan ibadah, Idul Fitri usai dari ibadah
puasa Ramadhan, sementara Idul Adha usai dari melaksanakan Ibadah Haji. Kedua
hari raya tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat kemampuan beribadah.
Cara bersyukur atau merayakan pun harus dengan menambah ibadah. Kalau Idul
Fitri dengan zakat fitrah dan sholat hari raya, sementara Idul Adha dengan
qurban dan sholat hari raya. Atas dasar itu, sebagian ulama tidak membenarkan
merayakan apapun kecuali sebagai rasa syukur atas nikmat ibadah.
Adapun Valentine Day atau Hari Kasih Sayang, konotasinya justru maksiat. Merayakan hubungan kasih sayang yang diharamkan. Yang merayakan justru anak-anak muda yang belum terikat suami istri. Caranyapun terkadang dengan cara yang haram, yaitu hubungan di luar nikah. Jika realita ini benar, maka jelas tidak boleh karena terkesan melegalkan perkara haram (pacaran dan hubungan di luar nikah).
Di samping itu, Islam melarang kita menyerupai budaya non Islam, dan Valentine Day adalah termasuk budaya Non Muslim. Saking dilarangnya kita menyerupai budaya Non Islam, umat Islam laki-laki diperintahkan memelihara jenggot karena di masa Nabi, orang Yahudi suka mencukur jenggot. Begitu juga puasa Asyura yang dianjurkan 2 hari karena orang Yahudi melakukan puasa Asyura hanya 1 hari.
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.”
(HR. Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany berkata dalam Shahih Abu Dawud, Hasan
Shahih no. 3401)
Untuk itu Sadarlah wahai umat bahwa barat sudah berhasil menjauhkan kita dari syari’at Islam yang semestinya kita pegang erat. Islam adalah agama akhir zaman, yaitu agama yang sempurna untuk menyempurnakan ajaran agama sebelumnya, agama bagi seluruh umat manusia yang membawa kedamaian dan kasih sayang sesuai fitrahnya.
Namun demikian, mengamalkan ajaran Islam sesuai yang diperintahkan
Allah SWT dan Rasul-Nya di akhir zaman, tidaklah mudah, harus melewati banyak
cobaan, penderitaan, kesengsaraan hidup dalam menghadapi fitnah akhir zaman, sehingga kunci utama untuk melewatinya adalah kesabaran terhadap berbagai ujian
Allah, agar tetap istiqamah dengan ajaran agama meskipun berat. Tanamkan dalam hati yang dalam, bahwa syari'at yang kita perjuangkan adalah bentuk kasih sayang Allah untuk umat manusia, menjaga dari segala hal yang menjerumuskan bahkan justru menyelematkan dari siksaan api neraka. Karena hanya dengan Islam Kaffah mengembalikan umat kedalam fitrah.
“ Say NO to
Valentine’s Day “
Wallahu’alam
bishowab