(Sabrina Nusaiba)
“Jika kita ingin
melihat masa depan sebuah Negeri maka lihatlah bagaimana keadaan pemudanya hari
ini”, begitulah bunyi nasehat Syekh Dr. Yusuf al-Qaradawi yang menunjukkan
betapa pentingnya peran pemuda.
Generasi muda hari ini akan menjadi penentu
baik-buruknya masa depan sebuah negeri di esok hari. Tapi tampaknya kita wajib bersedih melihat wajah
generasi muda hari ini. Meski
masih terbilang awal tahun, tetapi kekacauan dan kerusakan yang ditimbulkan generasi muda bangsa telah diwarnai
dengan tingkah-tingkah amoral yang berhasil
mencoreng nama baik negeri ini, bahkan semakin meroket.
Sebagai bukti yang sangat mengejutkan di mana terdapat data yang meningkat secara signifikan tentang jumlah kehamilan
diluar nikah menimpa para pelajar
putri, baik itu atas dasar suka sama suka ataupun diperkosa. Kenyataan ini
diperparah lagi dengan semakin banyaknya pekerja seks yang berstatus masih pelajar. Tak cukup sampai di situ,
lagi-lagi negeri ini mendapat sumbangsih perbuatan amoral para generasi muda dibelahan nusantara lainnya seperti tindak asusila melalui grup whatsapp. Juga maraknya eksplorasi LGBT yang semakin membahayakan moral generasi muda.
Sungguh fenomena luar biasa yang wajib di
tangisi. Kita dihadapkan pada peristiwa demi peristiwa yang memaksa kita untuk
mengakui betapa rusaknya generasi muda hari ini. Generasi yang miskin adab, terkotori oleh
pergaulan bebas, jauh panggang dari api. Ada apa dengan generasi muda kita?
Mengapa mereka tumbuh menjadi sosok yang bebas dan liar?
Regenerasi pasti terjadi, pemimpin hari ini
pasti akan terganti oleh generasi muda yang kini sedang bertumbuh. Generasi
muda adalah aset berharga, kontribusinya sangat diharapkan untuk membangun
negeri ini. Namun, melihat potret buram generasi muda yang sedang rusak
hari ini tentu membuat kita dihantui beribu tanya, bagaimana mungkin mereka
bisa memimpin negeri ini nanti?
Persoalan besar yang menimpa generasi
adalah persoalan sistemik yang tentu saja melibatkan berbagai aspek kehidupan. Hanya saja, paham sekulerisme (paham
pemisahan agama dari kehidupan) yang sedang diadopsi negeri ini menjadi aspek
krusial yang berkontribusi besar menghancurkan generasi.
Sistem pendidikan negeri ini yang
berlandaskan sekulerisme pun telah
berhasil menjauhkan agama sejauh-jauhnya dari diri generasi muda. Pendidikan agama hanya diajarkan dalam
bentuk ibadah ritual dengan waktu yang sangat minim, 3-4 jam perpekan.
Akibatnya, agama yang semestinya menjadi rambu hidup bagi mereka dalam
melakukan berbagai aktifitas kehidupan kini semakin tersudutkan..
Tak hanya itu, tontonan yang disajikan
berbagai media digital juga turut merusak pemikiran generasi muda hari ini.
Dampaknya, kehidupan sekuler ibarat santapan sehari-hari yang sudah mendarah
daging ke dalam nadi generasi. Selain
itu, diterapkannya ekonomi kapitalis yang mengharuskan keikutsertaan ibu rumah
tangga dalam dunia kerja semakin memperburuk keadaan ini. Akhirnya peran keluarga menjadi pincang,
anak-anak semakin kekurangan kasih sayang dan mulai mencari perhatian diluar.
Imbasnya, merekapun tumbuh menjadi pribadi yang liar dan bebas tanpa kendali.
Menyelamatkan generasi adalah tugas besar
negeri ini. Sudah saatnya dengan mencampakkan sistem
sekuler kapitalis yang telah merusak generasi muda negeri ini. Sudah saatnya kita menjadikan Islam sebagai solusi
tuntas menyelamatkan generasi yang kini sudah berada diambang kehancuran.
Mestinya keberadaan Islam tidak hanya
difungsikan untuk mengatur urusan akhirat saja, lebih dari itu Islam merupakan
sebuah sistem kehidupan yang mengatur dan memberikan solusi atas setiap
persoalan kehidupan manusia. Sudah
saatnya kita berkaca dan belajar pada eksistensi kejayaan Islam di masa lalu
yang telah terbukti mampu melahirkan generasi cerdas yang beriman dan bermutu.
Generasi yang telah berhasil membangun
peradaban dunia, generasi yang kontribusinya mampu dirasakan oleh orang-orang
yang hidup hingga detik ini. Mari
selamatkan generasi dengan kembali pada Islam, agar negeri ini dilimpahi dengan
keberkahan yang muncul dari langit dan bumi.
Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-a’raf
ayat 96 :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-A’râf/7:96).