Oleh: Neng Ipeh*
Pandemi virus corona yang berlangsung sejak tahun 2020 di negeri tercinta telah memberikan dampak pada semua sektor yang ada, dimana salah satunya adalah pariwisata. Begitu pula yang terjadi di Kota Cirebon dimana adanya pembatasan aktivitas di luar rumah tersebut berdampak pada menurunnya jumlah pengunjung.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP) Kota Cirebon Drs Agus Suherman menuturkan, kunjungan wisata di tahun 2020 memang mengalami penurunan. Hal ini bukan saja terjadi di Cirebon, namun juga secara global, kunjungan wisatawan turut menurun. “Di tahun 2020, dari target 2 juta, hanya tercapai satu juta kurang. Semua masih belum bisa kembali seratus persen. Untuk itu, perlu waktu perlahan untuk mengembalikan pariwisata seperti semula, tentunya hal ini akan terwujud dengan kerja sama stake holder dan masyarakat," ungkapnya. (radarcirebon.com/11/02/2021)
Di tahun 2021 ini pembangunan beberapa destinasi baru di Cirebon akan terealisasi. Seperti misalnya, Alun-alun Kejaksan, Kota Pusaka di BAT, hingga Taman Belajar Cikalong yang saat ini mulai banyak dilirik masyarakat.
Wajah baru Alun-alun Kejaksan diharapkan bisa menjadi salah stau ikon gerbang pariwisata Jawa Barat. Tak hanya itu, pembenahan Kota Pusaka di sekitar BAT pun sedang disiapkan. Taman Kebumen juga nantinya akan disiapkan sebagai pusat pariwisata, untuk menjadi salah satu destinasi baru yang bisa dikunjungi wisatawan.
Pembukaan tempat wisata di masa pandemi memang memiliki risiko besar. Yakni adanya penyebaran covid di daerah wisata atau tempat wisata justru menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Apalagi jika tidak ada pengamanan khusus, pengunjung bisa membludak. Secara otomatis aktivitas seperti social distancing tidak akan terealisasi.
Jika diperhatikan pembukaan tempat wisata ketika pandemi belum usai saat ini cenderung terburu-buru. Demi pertumbuhan ekonomi, pembukaan sektor wisata ini diharapkan akan menambah pendapatan. Ini merupakan hal yang wajar karena sektor pariwisata telah menjadi salah satu aspek penyokong ekonomi negara. Karena sektor pengelolaan SDA (sumber daya alam) tak mungkin bisa diharapkan secara penuh, maka pariwisata inilah yang digencarkan.
Tentu ini akan sangat berbeda jika Islam yang menjadi arah pandang dalam kehidupan bernegara. Islam memandang berwisata adalah sarana untuk mendekatkan diri pada Rabnya. Sekaligus sarana membangun keakraban keluarga dengan tetap berlandaskan hukum syara. Keindahan alam yang dijadikan tempat pariwisata seperti pantai, pegunungan, air terjun, dan yang lainnya, akan dijadikan sarana dalam menyebarkan Islam.
Dan hal ini akan dilakukan jika kondisi tidak membahayakan masyarakat. Dalam situasi pandemi yang masih berlangsung ini, Islam akan lebih mengutamakan seluruh rakyat dapat terpenuhi kebutuhan primer dan sekundernya. Mengingat berwisata termasuk kebutuhan tersier, maka tidak terlalu menjadi prioritas. Hal ini dikarenakan tugas seorang pemimpin dalam Islam teramat jelas, yaitu mengurusi urusan rakyat. Apalagi dalam Islam pendapatan negara bukan bertumpu pada sektor pariwisata tapi melalui pengelolaan SDA yang tepat sesuai syariat. Maka sudah selayaknya kita berusaha untuk mengembalikan Islam ke tengah umat agar kita mendapatkan berkah.
*(aktivis BMI Community Cirebon)
Tags
Opini