Oleh: Lutfiatul Ba'diyah
(Aktivis Dakwah Millenial)
Di era milenial saat ini, generasi anak muda sudah tidak asing dengan namanya ramalan zodiak. Ramalan ini sering sekali digunakan dan dikait-kaitkan dengan kehidupan nyata. Ada yang suka mencari nasib lewat zodiak dan ada yang sekedar iseng membaca zodiak.
Setelah membaca zodiak ini biasanya para pembaca akan menemui sisi positif atau yang relate sama kehidupannya. Kalau merasa cocok, ia akan menganggap benar ramalannya, tapi kalau tidak sesuai/buruk, biasanya tidak dihiraukan atau sekedar menyebutnya, “semoga tidak terjadi..”
Atau bisa jadi, seseorang membaca zodiak untuk mengetahui karakter atau sifat dari seseorang. Sifat baik atau buruknya tergantung zodiak apa yang ia miliki. Contohnya zodiak scorpio, zodiak ini masuk kategori tukang marah karena karakter mereka yang sangat sensitif dan suka marah gak jelas. Mereka yang menemui orang dengan zodiak scorpio tak jarang mengucap “pantes sih zodiaknya scorpio, sukanya marah-marah”.
Seseorang yang suka percaya dengan ramalan zodiak ini berarti mereka meyakini bahwa ada zat lain selain Allah yang megetahui tentang perkara ghaib. Hal ini terjadi karena adanya paham yang merusak pemikiran umat Islam, yaitu kapitalisme dan sekulerisme. Akibatnya, manusia akan gagal berfikir benar karena tidak sesuai dengan paham Islam, juga standar benar dan salah tidak berdasarkan syariat. Nantinya yang terjadi, para kaum Muslim pun tidak akan memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Dampak dari paham kapitalis dan sekuler ini memang sangat merusak akidah para Muslimin. Jadi, wajar saja sekarang banyak ditemui kepercayaan selain kepada penciptanya di lingkungan masyarakat. Ditambah negara yang menerapkan paham kapitalis dan sekuler membiarkan paham ini berkembang di tengah masyarakat dan tidak akan memperdulikan akidah para pemudanya akan jadi seperti apa. Padahal jika akidah rusak, akan melahirkan pemuda yang cacat dari segi pemikiran. Aturan Allah pun ikut diabaikan.
Zodiak adalah salah satu bentuk dari ilmu nujum yang Diharamkan Islam. Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari” (H.R Muslim)
Dalan At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid oleh Shaykh Sholih Ali Shayh pada halaman 349, beliau menjelaskan bahwa “Jika seseorang membaca halaman suatu Koran yang berisi zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya atau zodiak yang ia cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun. Akibat dari sekedar membaca semacam ini adalah tidak diterima shalatnya selama 40 hari. Sedangkan apabila seseorang sampai membenarkan ramalan dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur terhadap al-qur’an yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wasallam.
Apabila zodiak dikait-kaitkan dengan nasib baik atau buruk, maka Rasulullah sudah menjelaskan bahwa “Allah menuliskan takdir 50.000 tahun sebelum poses penciptaan” . Nah, jadi semua yang akan terjadi kepada kita adalah rahasia Allah semata, tugas kita adalah berusaha semaksimal mungkin dan bertawakal kepada Allah. Ingat, apapun yang Allah tentukan untuk kita adalah yang terbaik, meskipun menurut kita itu tidaklah baik. Hanya Allah yang tahu sedangkan manusia tidak tahu apapun.
Tapi, bagaimana sih caranya kita agar selalu terjaga dari pemikiran-pemikiran yang merusak tadi? Nih ada beberapa cara yang bisa dilakukan, di antaranya :
Pertama, Mengkaji Islam secara kaffah, dengan mengkaji Islam kita para pemuda akan lebih mengerti apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan, serta bisa membentengi diri dari paham merusak seperti kapitalisme dan sekulerisme.
Yang kedua, Peran negara dan masyarakat seperti para kekhilafahan, negara yang menerapkan Islam secara kaffah akan memberikan pendidikan gratis berbasis aqidah, sehingga para pemuda memilki aqidah yang cerdas dan taat para syari’at Allah. Bukan seperti generasi yang rapuh akidahnya dan malah paham ramalan zodiak.
Kita sebagai pemuda muslim tidak mau kan ibadah kita sehari-hari tidak diterima? Rugi banyak dong kitaa nantinya. Wallahua’lam bishawab.
Tags
Opini