Oleh: Endah Husna
Sederetan kasus anak yang durhaka kepada orangtuanya, sesungguhnya membutuhkan perhatian yang serius. Karena anak-anak adalah generasi penerus para orangtua. Bagaimana akan menjadi penerus jika kondisi mereka menjadi sosok yang rusak dan perusak. Mereka akan punah terlindas oleh semakin gilanya jaman, menuju kebebasan dan makin jatuh ke jurang kehancuran peradapan.
Jangan putus asa, sebagai sifat seorang Muslim yang pantang untuk berputus asa dari segala nikmat yang telah Allah berikan, termasuk nikmat mendapat amanah anak, maka orangtua harus punya tekat baja untuk bisa menjaga amanah ini sesuai dengan pesan yang punya, yakni didiklah anak-anak kalian dengan Al-Quran. Maka kita harus belajar untuk membentuk pemahaman anak agar benar sesuai Al-Quran dan Assunnah.
Masa yang tepat untuk menanamkan suatu pemahaman adalah saat masa anak-anak. Bila sejak dini anak-anak diberikan pemahaman yang benar, maka pemahaman tersebut akan mampu mengarahkan pemikiran dan sikap dia hingga masa yang akan datang. Namun sebaliknya, jika sejak dini diajarkan pemahaman yang salah, maka pemikiran dan pola sikapnya juga akan terbentuk salah hingga masa datang. Ibarat menanam, harus benar memilih pupuknya, jika salah, maka akan malah mati.
Disinilah tanggungjawab orangtua untuk membentuk pola sikap dan pola pikir anak-anaknya, memberikan penanaman pemahaman yang tentunya berproses bukan instant, maka dibutuhkan kesabaran, ilmu dan kekuatan doa kepada Allah SWT.
Sebagai keluarga Muslim, orangtua harus membentuk bangunan keluarganya atas dasar Ketaatan kepada Allah SWT. Yang artinya, orangtua harus membangun pemahaman seluruh anggota keluarganya untuk meraih keridhaan Allah SWT melalui jalan Taat kepada seluruh hukum-hukum Allah SWT. Maka tugas pertama dan utama setelah mengenalkan Aqidah Islam, seluruh anggota keluarga belajar bersama untuk mengenalkan hukum-hukum Allah kepada anak-anaknya. Orangtualah yang berpengaruh besar terhadap tumbuh dan berkembangnya pemahaman Islam yang utuh terhadap diri anak. Rasulullah saw. bersabda yang artinya: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani dan Majusi (HR. Al-Bukhari)
Maka sejak awal yang perlu ditanamkan adalah penanaman Aqidah. Proses ini bahkan dimulai sejak anak berada dalam kandungan ibunya melalui lantunan ayat suci Al-Quran serta doa-doa yang senantiasa dipanjatkan selama masa kehamilan. Kemudian sejak dilahirkan ke dunia, anak dibimbing menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Anak dibimbing untuk mengenal Penciptanya, hingga sampe ajal menjemput anak kelak, keimanannya kepada Allah tetap kokoh setegar karang. Dalam keseharian, mengajarkan pola sikap yang baik, berperilaku baik, memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain, semua akan anak dapatkan saat bergaul dengan orangtuanya. Kemudian anak diajari bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keinginan-keinginannya, agar dipenuhi dengan jalan yang benar dan halal.
Disinilah peran penting ibu sebagai sekolah pertama, yang dia bergaul intens setiap hari hadir membimbing, memberikan rasa aman, mencurahkan waktunya untuk mencetak generasi yang akan menaklukkan tantangan jaman yang makin liberal.
Pribadi yang memiliki idealisme artinya adalah pribadi yang tangguh, yang memilki kepribadian Islam, berpikir Islami dan berperilaku dengan standar hukum-hukum Allah SWT. Dalam rangka membentuk idealisme pada anak, utamanya ibu harus menanamkan kepada anak-anaknya diantaranya adalah:
1. Memahamkan anak bahwa satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT dan akan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah Islam ( QS. Ali Imran 3: 19 ). Penanaman ini oenting, agar tumbuh keyakinan yang kokoh bahwa Islam adalah agama yang harus diyakini dan diperjuangkan, hingga anak-anak akan yakin dengan kebenaran agama yang dipeluknya. Selanjutnya orangtua akan mengarahkan anaknya agar memahami hakikat hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana tujuan Allah menciptakan manusia.
2. Menanamkan pada anak bahwa konsekuensi mengimani Al-Quran adalah membenarkan semua isinya yang itu adalah petunjuk dari Allah SWT dalam menjalani kehidupan ini.
3. Memahamkan hakikat baik dan buruk, terpuji dan tercela, bahwa kebaikan adalah apa saja yang diridhai Allah, dan keburukan adalah apa saja yang Allah murkai.
4. Dengan sering melatihnya proses berpikir Islamnya, pemikiran anak akan semakin meluas. Kemudian seiring perkembangan usianya, orangtua akan mengarahkan pemahaman anak tentang persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat adalah karena tidak diterapkannya syariat Islam ditengah-tengah mereka. Selanjutnya anak didorong untuk gemar melakukan amar ma'ruf nahi mungkar dan bersama-sama berjuang demi tegaknya syariat Allah dimuka bumi.
Betapa bahagianya orangtua saat anak-anak bisa diarahkan menuju pemahaman dan sikap Islami. Hingga hal ini sejatinya juga membutuhkan peran negara untuk menjaga eksistensi mereka beramar makruf nahi mungkar menjaga umat agar tetap dalam fitrahnya dan terselesaikan seluruh permasalahan kehidupannya sesuai syariat Islam. Dan menjadi generasi yang memiliki idealisme yang benar, hingga patut menyandang gelar Khairu Ummah.
Wallahu a'lam bi ashawab.