Oleh: Desi Anggraini, S.Sos
(Aktivis Dakwah)
14 Februari tempat-tempat wisata, hotel, mall-mall, hingga minimarket bertabur cokelat dan pernak-pernik pelengkap menyambut hari yang katanya penuh cinta, penuh kasih, Valentine Day.
Setiap insan yang sedang dimabuk cinta, virus merah jambu, berlomba-lomba mengekspresikan nau' nya (naluri berkasih sayang) kepada kekasih hati.
Vasilitas pendukung disekitar seperti mall, hotel dan minimarket-minimarket seakan memberikan restu. Cokelat dan bunga bisa ditemukan di minimarket dan toko terdekat (potongan harga bagi yang bawa gandengan di hari spesial). Tempat wisata sebagai pelengkap agar suasana makin manis, makin romantis. Tidak cukup sampai disitu, bisikan halus kembali datang agar dua sejoli yang sedang dimabuk cinta melampiaskan syahwatnya. Akhirnya di booking lah hotel.
Tak berselang lama kabar "garis dua" mengemuka. Usia masih muda, jajan sekolah masih minta. Malu, klinik aborsi pilihannya.
Tak cukup sampai disitu, siapa sangka perayaan hari penuh cinta berujung duka. Isu keperawanan menjadi buah bibir dikalangan pertemanan. Stres melanda. Orang tua merana. Akhirnya hidup tak lagi bermakna. Mengakhiri hidup menjadi alternatifnya
Itulah Sepenggal kisah dinegeri antah berantah. Entahlah semakin banyak kisah serupa. Diperkuat hasil riset, berbagai lembaga ungkapkan, mayoritas remaja tak lagi perawan. Katanya wajar. Namanya anak muda. Masih mencari jati diri. Namanya anak muda. Wajar bila ingin coba-coba. Jangan dilarang, jangan dikekang itu bagian dari hak asasi manusia, bagian dari kebebasan berekspresi. Jika mereka menyimpang cukup diingatkan, dibimbing kembali ke jalan yang benar. Tak perlu di besar-besarkan nanti dijerat undang-undang.
Masih di negeri antah berantah, sebagai penyemangat bagi kaula muda petinggi negeri usulkan K-Pop sebagi budaya penuh inspirasi. Ah entahlah, padahal disekolah para guru berkoar-koar tanamkan cintai produk dalam negeri. Sampai-sampai yang kearab-araban, pakai jubah dan sorban di cap tidak mencerminkan budaya Nusantara. Yang muda pandai ceramah lagi good looking dicurigai. Katanya yang model begini sudah terpapar paham radikal, ekstrimis dan mengancam keutuhan bangsa serta kehidupan bernegara. Begitulah warning dari petinggi negeri yang begitu peduli dengan keselamatan rakyatnya. Karena begitu berbahayanya paham ini dan orang-orangnya.
Sesungguhnya ada apa dengan radikal ini sampai-sampai keberadaannya layak dijadikan musuh bersama ?
Baiklah agar tidak terkesan berat sebelah dalam melihat sebuah kisah. Marilah kita ungkap pula kehidupan para pemuda bergelar radikal ini. Sebagaimana kehidupan pemuda di negeri antah berantah tadi. Siapa tahu hati semakin yakin untuk tidak menjadikannya inspirasi.
Dialah Mush'ab bin Umair salah seorang radikalis asal negeri padang pasir, Makkah. Benar saja sebagaimana kriteria pemuda radikal, Mush'ab pemuda berpenampilan good looking. Tak hanya itu tampilannya pun modis, senantiasa mengikuti trend desainer terkini pada masanya. Tak ayal bila pakaiannya bermerek dengan harga selangit. Karena Mush'ab salah seorang anak dari keluarga Sultan. Parfumnya pun jangan ditanya. Bila melalui suatu jalan orang-orang akan tahu, jika Mus'ab telah melewati jalan itu, sekalipun dirinya telah jauh dari tempat tersebut.
Sampai suatu ketika Makkah di gemparkan dengan mengakunya seorang lelaki yang mengaku dirinya sebagai Rasulullah utusan Tuhan semesta alam. Dialah Muhammad Saw. yang mengajak manusia meninggalkan tradisi nenek moyang: penyembahan terhadap berhala, diskriminasi kepada perempuan, meninggalkan pengundian nasib, jual beli curang dan membawa berita akan adanya surga dan neraka (betapa ekstrim dan radikalnya paham ini bagi penduduk Makkah kala itu). Hingga akhirnya Kabar ini sampai ke telinga Mush'ab bin Umair.
Mengetahui bahwa rumah Arqam bin Abi Arqam menjadi base camp pembinaan Rasulullah Muhammad Saw, Mush'ab pun memberanikan diri menghadiri pertemuan yang bisa mereka lakukan. Mush'ab terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah Muhammad Saw. yang tepat menemui sasaran di kalbunya. Tak perlu berlama-lama, Mush'ab menyatakan dirinya beriman pada apa yang dibawa lelaki yang mendapat gelar Al-Amin (terpercaya) dari kaumnya itu.
Sontak tindakan ini mendapat penentangan hebat dari sang ibunda. Kabar berimannya Mush'ab yang ditutupinya karena beberapa pertimbangan itupun sampai juga ditengah-tengah keluargannya. Ancaman yang sudah ia bayangkan akan terjadi kini menjadi nyata. Sang bunda yang tak terima buah hatinya berpaling dari sesembahan nenek moyangnya, memutus semua fasilitas mewah yang sudah diterima Mush'ab. Namun apalah daya, bagi Mush'ab apa yang diyakininya lebih berharga dari semua kemewahan yang dirasakannya selama ini. Hidup melarat dengan jubah penuh tambalan, makan seadanya ia jalani setulus hati. Kehidupan Mush'ab seketika berubah drastis.
Dalam kehidupan imannya yang dianggap sebagian besar kaummnya adalah imannya orang-orang berpaham radikal ini, ternyata Mush'ab menjadi sosok yang cukup dipercaya oleh Rasulullah Muhammad Saw. Dirinya terpilih menjadi duta dakwah yang dikirim ke Madinah. Kecerdasannya dan kemahirannya dalam bernegosiasi membuatnya terpilih untuk menyampaikan amanah besar ini.
Benar saja, anak muda yang begitu piawai dalam bertutur kata ini nyatanya mampu mempengaruhi Sa'ad bin Mu'adz, pembesar Madinah kala itu untuk menerima apa yang ia bawa. Keberhasilan pun berpihak kepada Mush'ab, Sa'ad bin Mu'adz beriman atas apa yang dibawa Mush'ab. Apa yang dilakukan Sa'ad ini juga diikuti oleh kamummnya. Sampai-sampai dikatakan ketika itu, tak ada satupun rumah di Madinah kecuali disetiap rumah ada orang yang sudah beriman sebagaimana keimanan Mush'ab dan Sa'ad.
Begitulah kisah hidup seorang pemuda radikal, Mush'ab bin Umair. Dari kisah Mush'ab ini kita bisa menarik suatu kesimpulan, memang benarlah apa yang disampaikan petinggi negeri antah berantah, pemuda radikal memang mengancam eksistensi budaya lokal. Merubah tatanan nilai dan norma yang sudah final.
Pantas saja bila petinggi negeri begitu khawatir akan keamanan dan keutuhan kehidupan bernegara sehingga memberikan himbauan yang begitu massif kepada generasi muda agar jangan sampai termakan paham radikal ini. Karena pemuda radikal adalah pemuda baper, pemuda bawa perubahan. Luar biasa berbahaya bukan ?