Oleh Ratna Nurmawati
(Muslimah Peduli Umat)
Beberapa bencana longsor terjadi di Kabupaten Bandung dan menyebabkan ratusan kepala keluarga harus mengungsi.
Kepala Bidang Kedaratan dan Logistik BPBD kabupaten Bandung Endang Wahyudin mengatakan, titik pertama longsor berada di Desa Wanasuka Kecamatan Pangalengan. Longsor di Wanasuka tersebut bahkan sempat menimbulkan percikan api karena adanya gesekan material longsoran yang didominasi oleh bebatuan.
Walaupun berjarak cukup jauh dari pemukiman warga, namun satu kampung terpaksa mengungsi karena khawatir longsor susulan kembali terjadi.
Di tempat yang berbeda, puluhan rumah di kampung Cikadu Desa Buninagara kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung mengalami retak, diduga karena adanya pergerakan tanah.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Akhmad Djohara mengatakan, setidaknya ada 20 rumah yang mengalami retak.
Bencana dan musibah yang terjadi saat ini, harus menjadi evaluasi terbesar bagi negara. Karenanya negara harus memiliki kesadaran pengelolaan tanggap bencana dan menyiapkan segala hal yang diperlukan.
Mulai dari perangkat kebijakan, pengorganisasian yang baik, sumber daya manusia yang handal dan terlatih. Anggaran besar khusus bencana serta sarana dan parsarana.
Bencana dan musibah yang berulangkali terjadi dan memakan banyak korban ternyata belum cukup menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk segera melakukan segala berbagai langkah strategis.
Masyarakat yang tak memiliki pengetahuan tetang peta wilayah rawan bencana, akhirnya tak punya pilihan untuk bermukim di tempat tersebut.
Terjadinya longsor dan banjir tak hanya faktor curah hujan yang tinggi. Namun juga akibt penyusutan lahan hijau sebagai daerah resapan air. Hal ini adalah konsekuensi yang wajar ketika sebuah negara menggunakan sistem sekuler kapitalis.
Abainya negara terhadap urusan rakyat seperti ini memang telah menjadi karakter yang melekat pada kepemimpinan sekuler ini. Langkah kebijakan yang dibuat tidak mengutamakan kepentingan rakyatnya.
Disamping itu, jika negara masih berkawan dengan ideologi kapitalis sekuler, maka bencana tetap disikapi sebagai fenomena alam saja yang tidak menggugah kesadaran masyarakat dan negerinya sebagai hamba Allah untuk melakukan perbaikan atau muhasabah. Sebab sistem sekuler akan mengundang bebagai bencana dan membuat hidup jauh dari keberkahan.
Semua bencana tentu harus dihadapi secara tepat oleh setiap muslim. Sejatinya semua itu merupakan bagian dari sunatullah atau merupakan qadha Allah SWT, tak mungkin ditolak atau dicegah.
Adab dalam menyikapi qadha ini adalah sikap ridha dan juga sabar, baik bagi korban maupun keluarga korban. Bagi kaum mukmin, qadha ini merupakan ujian dari Allah SWT. Selain sebagai ujian, bencana apapun yang menimpa seorang mukmin sesungguhnya bisa menjadi wasilah penghapusan dosa - dosanya.
Namun ada faktor diluar qadha yang mungin saja menjadikan bencana selalu datang dan bahkan menambah bencana baru yakni akibat dosa dan kemaksiatan manusia. Akibat mereka tidak mengamalkan dan menerapkan syariah-Nya.
Dalam hal ini, menyangkut kebijakan penguasa terkait pemanfaatan lahan dan perencanaan bagunan dikaitkan pengelolaan tata ruang kawasan. Namun penerapan sistem sekuler kapitalistik yang diadopsi penguasa negeri ini telah melegalkan eksploitasi sember daya alam secara serakah.
Alih fungsi lahan dan pembangunan infrastruktur atas nama meningkatkan investasi dan pertambahan ekonomi. Penebangan hutan dan alih fungsi lahan di dataran tinggi juga telah menyebabkan tanah tidak mampu menahan erosi sehingga laju sedimentasi tinggi dan berujung longsor.
Begitu pula gempa, wilayah indonesia yang rawan gempa harusnya bisa diantisipasi dengan konstruksi bangunan yang tahan gempa dengan berbagai riset teknologi.
Bahkan diantara ahli konstruksi berpendapat, gempa 7 SR sekalipun seharusnya tak mencelakakan. Namun hal ini diabaikan oleh penguasa.
Inilah bentuk kelalaian pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab dalam pencegahan dan penangulangan segala sesuatu yang berbahaya bagi masyarakat.
Kelalaian ini adalah bagian dari kemaksiatan, maka tak heran jika bencana terus menghampiri negeri Ini. Kezaliman penguasa ini bisa menyebabkan bumi terus berguncang.
Satu - satunya cara untuk mengakhiri ragam bencana ini tidak lain dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Taubat harus dilakukan oleh segenap komponen bangsa, khususnya para penguasa dan pejabat negara. Mereka harus segera bertaubat dari dosa dan maksiat serta ragam kezaliman.
Kezoliman terbesar adalah saat manusia terutama penguasa tidak berhukum dengan hukum Allah SWT. Taubat harus dibuktikan dengan kesediaan penguasa mengamalkan dan memberlakukan syariah-Nya secara kaffah dalam semua aspek kehidupan. Yakni pemerintahan, politik, hukum, pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya.
Jika syariah Islam diterapkan secara kaffah, tentu keberkahan akan berlimpah ruah memenuhi bumi. Sebab inilah wujud hakiki dari ketakwaan. Wallahua'lam bisowwab.
Tags
Opini