Merindukan Perisai yang Hilang



Oleh Fithry Assyahidah 
(Muslimah Peduli Umat)

100 tahun sudah perisai itu hilang. Selama itu pula kaum muslim dunia teraniaya. Mudah diadu domba. Aturan Allah yang sejatinya harus berlaku dalam seluruh aspek kehidupan, kini hanya tumpukan seremoni keagamaan dan aktivitas ritual spritual belaka. Ya, tepatnya setelah Mustafa Kemal Attaturk berhasil meruntuhkan Khilafah, pemersatu umat Islam dunia. Sejak saat itu, Daulah Islam tidak lagi ada, bahkan sejarahnya seolah dikubur dalam-dalam agar kaum muslim tidak mengetahuinya. 

Padahal kaum muslim dahulunya hanya memiliki satu kepemimpinan. Lalu, dipecah oleh kaum kafir imperialis menjadi dunia Arab dan dunia Islam non Arab. Tidak hanya sampai disitu, dunia Arab kemudian dipecah menjadi 23 negara, sementara itu dunia Islam dikerat-kerat menjadi belasan negara kecil. Negara yang kecil itupun kini dipotong-potong lagi. Contohnya, dulu Melayu dipecah menjadi Indonesia dan Malaysia. Malaysia pun kemudian dipecah menjadi Indonesia dan Singapura. 

Padahal umat Islam itu ibarat tubuh yang satu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim). 

Namun sayang, tubuh itu kini terpotong-potong dan dikungkung oleh paham nasionalisme. Kaum muslim di seluruh penjuru dunia tak berdaya dan terpenjara oleh sekat-sekat batas-batas teritorial dan kebangsaan.  Setelah itu, kaum imperialis juga menjajah mereka dari berbagai macam penjuru. Ada yang melakukan penjajahan fisik maupun non fisik. 

Harga darah kaum Muslimin di negara dengan jumlah umat Islam minoritas pun terasa begitu murah. Dibantai secara brutal. Apa yang terjadi di Selandia Baru pada tahun 2019 adalah sebagian contohnya. Pilu, sedih dan marah. Teroris membantai lebih dari 40 nyawa dengan bangga, menyiarkannya secara langsung

Kita juga masih ingat bagaimana tangisan anak-anak dan perempuan di Palestina. Peluru-peluru Yahudi kapan saja menghantam mereka. Bagaimana kejamnya komunis Uyghur, Xianjiang melecehkan para muslimah. Mereka ditahan dikamp-kamp. Diperkosa dan dianiaya. Dipaksa untuk mengaborsi janinnya. Dipaksa menikah dengan  pria Cina yang beragama atheis. Semua dilakukan untuk menekan pertumbuhan kaum muslim disana.(bbc..com ). Mereka menjerit, berteriak meminta tolong pada kita, namun kita tidak bisa berbuat apa-apa. Mengharapkan pada penguasa negeri juga tak bisa. Begitu juga pada penguasa negara-negara muslim lainnya.

 Ah, air mata seolah mau menetes ketika membayangkannya. Dada serasa sesak. Sakit tak terkira. Mereka disana rela mengorbankan nyawa untuk mempertahankan akidah dan kehormatannya. Sedangkan kita disini tak berdaya dan malah masih disibukkan dengan kemaksiatan dan kelalaian.
Belum lagi ajaran Islam selalu dipersekusi. Dianggap radikal dan intoleran. Dicap memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa. Merusak kebhinekaan. 

Padahal Islamlah yang paling baik mengatur keberagaman. Sebab Islam, saat pertama kali dibawa oleh kaum Muslim dari Jazirah Arab, sama sekali tidak memperlihatkan arogansi kesukuan. Islam justru membawa semangat persaudaraan dan persamaan. Tentu karena Islam mengakui adanya keragaman suku-bangsa. Islam meletakkan kemuliaan manusia bukan pada suku-bangsa, pendatang atau warga asli, warna kulitnya; tetapi pada ketakwaannya kepada Allah SWT (Lihat: TQS al-Hujurat [49]: 13).

Bahkan kaum Muslim dengan beragam suku-bangsa hidup rukun dan damai hampir selama 14 abad sebagai satu umat. Wilayah kekuasaan Khilafah Islam yang terbentang dari Afrika sampai Asia berhasil menata persatuan dan kerukunan antar umat manusia.  Pemimpin juga pada saat itu menerapkan seluruh aturan Ilahi tanpa terkecuali. Tidak hanya itu saja, Khalifah juga menjalankan fungsinya dengan penuh sebagai junnah bagi umat. Memenuhi semua kebutuhan umat, termasuk menjaga kehormatan mereka.  

“Sesungguhnya al-Imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang Imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka dia (Khalifah) mendapatkan pahala kerananya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka dia akan mendapatkan seksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad)

Ah, jadi rindu dengan Khilafah. Semoga saja bisyarah Rasulullah akan kembalinya persatuan kaum muslim dalam bingkai negara segera terwujud. Agar penderitaan kaum muslim di seluruh dunia terhenti. Aturan Allah SWT kembali diterapkan secara keseluruhan tanpa tapi. Aamin

" Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudian Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud ath-Thayalisi dan al-Bazzar).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak