oleh Yury Purnama Indah
Wakil Bupati Bandung periode 2016-2021, Gun Gun Gunawan mengaku capek selama mengemban tugas menjadi orang nomor dua di Kabupaten Bandung. Pria yang kini menjabat sebagai Ketua DPD PKS Kabupaten Bandung itu mengaku bersyukur bisa diberi kesempatan untuk memimpin wilayah yang memiliki penduduk hampir empat juta jiwa. Dirinya juga tidak mempermasalahkan adanya pro kontra yang datang, karena menurutnya itu adalah hal yang biasa. Ia menyadari bahwa setiap pimpinan pasti dituntut bekerja lebih baik. Di tengah kinerja yang dilakukan, pasti ada pro kontra namun tetap kebijakan atau keputusan harus diambil dengan manajemen resiko yang harus dijalankan (POJOKBANDUNG.com, SOREANG).
Salah satu amanah terpenting adalah amanah sebagai seorang pemimpin. Rasulullah saw. bersabda:
فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْهُمْ
Pemimpin yang memimpin rakyat adalah pengurus dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari).
Sesuai dengan sabda Rasul saw. di atas, siapa saja yang memegang amanah kepemimpinan atau kekuasaan, pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. di Akhirat nanti. Oleh sebab itu, maka wajar sejatinya menjadi seorang pemimpin pasti lelah secara fisiknya, namun hal itu tidak akan terasa jika pemimpin memimpin rakyat dengan keadaan yang lillahi Ta’alaa.
Filosofi kepemimpinan dalam Islam adalah pengabdian kepada umat dalam rangka meraih ridho Allah Swt. dalam kerangka penerapan syariat Islam secara kaffah. Maka tak kan ada kata lelah atau capek yang diujarkan seorang pemimpin. Sudah sepantasnya pemimpin itu menjadi pelayan umat yang dapat mengutamakan kepentingan rakyatnya di atas kepentingan pribadi ataupun partainya.
Namun, berbeda dengan realita yang ada di negeri-negeri muslim kini. Sebagian besar pemimpin menjabat di kursi kekuasaan bukan untuk melayani dan mengurusi kepentingan rakyatnya, melainkan mereka hanya ingin mendapatkan harta dan jabatan dari kekuasaan itu sendiri. Tak jarang mereka menghalalkan segala cara agar mendapatkan keinginannya. Sedikit sekali pemimpin yang adil dan amanah dalam menjalankan kepemimpinannya. Hal ini terjadi karena sistem yang diterapkan saat ini adalah sistem kapitalisme liberal. Sistem yang berdasarkan kebebasan dan asas manfaat. Segalanya bisa terjadi dengan mudah asal ada uang dan bisa saling memberi manfaat. Tolak ukur yang ada pada sistem ini bukanlah halal dan haram, pahala dan dosa. Melainkan kesepakatan untuk mendapat manfaat dan keuntungan sebanyak-banyaknya, bahkan tak ragu jikapun harus menggunakan cara-cara kotor dan dzalim.
Jelas saja, sistem kapitalisme liberal yang diterapkan saat ini merupakan sistem yang rusak dan harus segera kita campakkan. Hanya sistem Islamlah yang bisa mendorong para pemimpin untuk selalu bersikap adil, amanah, dan menjalankan tugasnya sebagai pelayan rakyat dengan baik.
Pemimpin yang seperti itu hanya mungkin lahir dari sistem yang berlandaskan pada al-Quran dan as-Sunnah. Sistem itu hanya ada dalam institusi pemerintahan Islam, yakni Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah.
Wallahu a'lam bishshawab.
Tags
Opini