Oleh : Ummu Aqeela
Bulan pertama awal tahun 2021, sederet bencana alam melanda Indonesia dan merenggut ratusan korban jiwa. Mulai dari banjir, gelombang pasang, tanah longsor, hingga erupsi gunung api. Dan ini terjadi di tengah Indonesia masih bergulat dengan kasus COVID-19 yang jumlahnya terus mengalami peningkatan. Layaknya peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga, masih terpuruk dengan wabah ditambah lagi bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat sebanyak 227 bencana terjadi sepanjang 1 hingga 27 Januari 2021. Bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung masih mendominasi sejumlah bencana menjelang akhir Januari tahun ini.
“Catatan BNPB, sebanyak 148 kejadian banjir terjadi di beberapa wilayah Tanah Air, sedangkan tanah longsor 37 dan puting beliung 31. Kejadian bencana lain yang tercatat yaitu gelombang pasang 5 kejadian dan gempa bumi 5 kejadian,” dari data yang diterima MNC Portal Indonesia, Kamis (28/1/2021).
Dari kejadian bencana sepanjang Januari 2021 ini, saat ini sebanyak 1.517.935 jiwa terdampak dan mengungsi. Sedangkan meninggal dunia 185 orang dan hilang sebanyak 8 orang dan luka-luka 3.654 orang. Sementara itu, dampak bencana sekitar 9.722 rumah rusak dengan rincian 1.567 rumah rusak berat, 7.593 rumah rusak sedang dan 562 rumah rusak ringan.
Sebanyak 85 fasilitas umum juga mengalami kerusakan dengan rincian 40 fasilitas pendidikan, 32 fasilitas peribadatan, dan 13 fasilitas kesehatan rusak, 4 kantor rusak dan 25 jembatan mengalami kerusakan akibat bencana.
(https://www.inews.id/news/nasional/227-bencana-terjadi-sepanjang-januari-2021)
Ada apa ini? Apakah semua ini berlangsung secara kebetulan dan seketika? Apakah hanya karena faktor alam saja? Dan alam lagi yang disalahkan dan dikambinghitamkan setiap bencana dan musibah menimpa. Sungguh keras dan membatunya hati kita manusia ini. Tidakkah kita berpikir memanfaatkan akal sehat terhadap setiap bencana dan musibah yang datang silih berganti tersebut. Sudahkah kita bermuhasabah atau mengkoreksi diri sendiri sejenak. Bisa jadi ini karena ulah tangan kita sebagai manusia dengan banyaknya dosa, ataukah murni dari Allah SWT sebagai ujian untuk kita agar lebih bertakwa.
Jika saat ini segala bencana dikaitkan dengan dosa-dosa kita sebagai manusia, bisa jadi itu benar. Coba lihat sekarang, kemaksiatan, keserakahan sudah menjadi kebiasaan, baik ditingkat struktural ( Pemerintahan ) ataupun kultural ( masyarakatnya ). Banyak ajaran Islam ditinggalkan, satu persatu ulama disingkirkan, bahkan syari’at islam dianggap sebagai gangguan atas kemajuan.
Maka ingatlah firman Allah:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (Al-Isra'[17]: 16).
Dalam pandangan hidup Islam, setiap apapun yang terjadi di atas permukaan bumi semuanya tidak terlepas dari takdir Allah,
sebagaimana firmanNYA:
وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata “ Lauhul Mahfudh.“ (QS: Al An’am : 59) .
Oleh sebab itu, sebagai seorang mukmin kita harus meyakini bahwa setiap bencana dan musibah adalah kehendak Allah SWT. Disamping itu kita juga harus meyakini bahwa dalam setiap bencana atau musibah dan apa saja yang terjadi itu merupakan takdir ilahi yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu, sebab tidak ada kejadian di muka bumi ini terjadi dengan sia-sia tanpa kebaikan dan tujuan tertentu. Demikian pula dengan setiap bencana alam yang terjadi, baik itu gempa, banjir, dan lain sebagainya, semua itu terjadi bukan sekedar kejadian alam semata-mata.
Dapat kita katakan bahwa bagi orang yang bermaksiat, maka bencana alam itu merupakan peringatan dari Allah SWT, sedangkan bagi orang yang ta’at, maka bencana itu merupakan ampunan dosa dan peluang pahala.
Dan bagi mereka yang berbuat maksiat dan kedzaliman, tetapi Tuhan biarkan dan tidak diberi peringatan, sampai suatu saat terakhir nanti Allaah SWT berikan balasannya secara langsung di akhirat, Allaah SWT hanya menunda azabNYA. Sedang bagi orang yang melakukan kemaksiatan dan diberi peringatan dengan musibah dan bencana, berarti Allah masih sayang kepada mereka, masih mengajak mereka agar kembali kepadaNya dan memberikan kesempatan untuk bertobat dan kembali ke jalan syari’at.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang berkata : Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah dan kembali kepadaNya “Inna lillahi wa inna ilahi rajiun. “ (QS. al Baqarah : 155-156).
Maka saat ini yang harus dilakukan adalah muhasabah lalu pembenahan, baik pembenahan secara lahir maupun batin. Korban bencana adalah saudara kita juga maka bantulah dengan kesanggupan yang kita punya. Di sinilah kesabaran dari ujian itu terlihat. Di balik bencana ada peringatan moral, termasuk maksiat yang masih terpelihara. Itulah mengapa Kahlifah Umar bin Abdul Aziz ketika terjadi gempa langsung menyurati para gubernurnya agar bertaubat dan banyak bersedekah di jalan Allah.
Ada pesan disetiap bencana yang ada, sentilan rasa kemanusiaan di balik bencana adalah persatuan dalam kepedulian nasib sesama. Tak peduli ormas dan pilihan politik, siapa pun berhak membantu dan siapa pun wajib ditolong. Sedangkan pesan bagi umat seluruhnya adalah bahwa kita adalah umat yang lemah dan tak berdaya, tak pantas sombong dengan menolak apa yang telah diperintahkan-Nya. Penting dalam setiap ujian tidak hanya alasan kedatangannya, juga sikap kita menghadapi ujian apakah disikapi makin mendekat dengan ketaatan atau makin menjadi bersama kemaksiatan.
Oleh karena itu, sebagai manusia kita haruslah menjaga sesuatu yang sudah dititipkan Allah yaitu alam ini, sebagai amanah untuk keberlangsungan hidup kita didunia. Alam dan manusia adalah dua hal yang bertumpu kepada Allah dan saling berkaitan, apabila salah satu rusak makan yang lainnya juga rusak.
Wallahu’alam bishowab