Oleh : Wulansari Rahayu
Penulis dan Penggiat Dakwah Remaja
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah hampir 10 bulan berlangsung di Indonesia, akibat Pandemi covid 19. Hal ini pun membuat Menteri pendidikan, Nadiem Makarim mengeluarkan Kurikulum Darurat. untuk mengatasi Pembelajaran yang tak dapat dilakukan di sekolah. Namun Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan berdasarkan temuan dan pengawasan di lapangan, banyak sekolah di Tanah Air yang hingga kini tidak berani menerapkan kurikulum darurat.
Alasannya kesulitannya satuan pendidikan dan guru pengajar untuk mengelola dan memfasilitasi kurikulum pendidikan darurat di tengah pandemi yang membuat terjadinya batasan ruang gerak dalam pembelajaran bagi peserta didik.
Kurikulum darurat merupakan hasil pembahasan bersama antara Kemenag, Kemendikbud, dan KPAI. Tentunya dengan waktu darurat itu, diharapkan proses pembelajaran di rumah bisa berjalan lancar dan memudahkan semua pihak baik orang tua, siswa, maupun guru. Akan tetapi penerapan kurikulum darurat yang hanya diterapkan untuk sebagian sekolah saja oleh Kemendikbud amat disayangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Di sisi lain Kurikulum Darurat ini justru menciptakan masalah baru yaitu potensi adanya "Learning Loss" Selain para siswa, para guru juga terkena dampak yang cukup signifikan. Para guru dituntut memahami dan mengimplementasikan kurikulum baru, bahkan mengejar target kurikulum baru, sementara proses pelatihan guru tidak terjadi dengan optimal. ketidaksiapan teknologi dan sebagainya turut mewarnai kendala dalam kurikulum ini.
Perubahan kurikulum pada masa Pandemi yang menimbulkan banyak masalah ini, sebenarnya membuktikan sistem pendidikan produk sistem pemerintahan demokrasi kapitalisme memang penuh kelemahan. Inilah konsekuensi menerapkan sistem yang terlahir dari akal manusia semata. Sistem yang memisahkan aturan Sang Pencipta dalam kehidupan, termasuk dalam ranah pendidikan.
Akibatnya generasi pun akan menjadi korban. pergantian kurikulum dengan minim kesiapan ini membuat siswa kehilangan arah. Ketika banyak orang yang menginginkan perubahan atas kondisi pendidikan hari ini, sesungguhnya solusi terbaik hari ini adalah solusi Islami.
Tak hanya sekedar kurikulum pembelajaran, kondisi pandemi ini membuat kita berpikir ulang tentang sistem pendidikan di negeri ini. Para orang tua jadi tahu beratnya materi yang harus dipelajari anak-anak. Meski kurikulum 2013 yang telah direvisi diklaim menyederhanakan pelajaran, nyatanya pelajaran tidak makin ringan.
Kondisi pandemi yang entah sampai kapan, membuat kita merenungkan, apakah materi pelajaran yang ada di buku teks itu mendesak untuk diajarkan. Ataukah sebenarnya momen pandemi ini merupakan kesempatan emas untuk mengedukasi generasi agar tangguh menjaga diri, disiplin pada kebersihan dan kesucian, peduli kehidupan, pandai bersyukur pada Sang Pemberi Nikmat, ringan untuk berbagi, semangat beribadah, bergairah untuk mencari solusi atas masalah yang sedang terjadi, dan aneka aspek positif lainnya?
Semua aspek tersebut ada dalam kurikulum Islam. Bahkan kebiasaan baik di masa pandemi yaitu mencuci tangan, menjaga kebersihan, dan social distancing ada dalam ajaran Islam. Oleh sebab itu, kurikulum Islam akan menjadi bagian dari solusi terhadap pandemi, bukan perkara yang justru memperberat dampak pandemi. Ini karena Islam adalah ideologi yang memberi solusi sahih dari Sang Pencipta. Kurikulum Islam ketika diterapkan pada masa pandemi, tidak akan menyebabkan kecemasan massal. Karena tolok ukur keberhasilan siswa bukan jawaban di atas kertas.
Melainkan pemahaman siswa yang bisa diukur secara alami.
Orang tua dalam sistem Islam dididik untuk juga faqih dalam agama. Sehingga orang tua bisa menyampaikan pendidikan tsaqafah, syakhsiyah, dan life skill pada anak di rumah. Sedangkan aspek sains dan teknologi yang mutlak butuh tatap muka di sekolah bisa ditunda hingga pandemi berakhir. Waallahu 'alam bishowab
Tags
Opini