Komersialisasi Air di Bawah Naungan Kapitalisme




Oleh : Susi Herawati
(Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah)


Sukses menempati Peringkat ke 2 tingkat Nasional yang diperoleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Kab. Bandung dengan kategori pelanggan terbanyak dibawah Kab.Tanggerang.

Pemeringkatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI mencatat, PDAM Tirta Raharja memiliki kelompok jumlah pelanggan diatas 100.000 tepatnya 105.800 pelanggan. (dilansir dari Bisnis.com)

Ya, air adalah sumber penghidupan bagi semua mahluk, baik itu hewan, tumbuhan, apalagi manusia. Kebutuhan air tidak bisa diukur setiap harinya. Kebutuhan rumah tangga misalnya, setiap orang menggunakan air bersih untuk minum, memasak mencuci piring, mencuci baju, mandi, untuk berwudhu, aktivitasnya ibadahpun memerlukan air. Air merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan.

Namun apa yang terjadi saat ini? Kini kebutuhan yang sangat mendasar ini diperjualbelikan oleh para penguasa. Dengan predikat banyaknya pelanggan dianggap "prestasi". Pelanggannyapun warga sendiri, semua tidak gratis dan rakyat tetap harus membayar untuk mendapatkan air bersih. Di satu sisi standar prestasi pandangan bisnis (Surplus PAD), padahal air adalah kebutuhan dasar rakyat, di sisi lain masih ada warga yang kesulitan air bersih. Itulah pengelolaan dalam sistem kapitalisme. Sudah menjadi tabiat kapitalisme untuk mengasaskan kehidupan pada manfaat semata. Ada tidaknya manfaat materi menjadi standar dalam melakukan suatu tindakan. Untung rugi menjadi pertimbangan utama negara kapitalis. Keuntungannya semata-mata diraih hanya untuk para penguasa.

Berbeda dengan Islam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa "Kaum muslimin berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api." (HR. Abu Dawud)

Makna dari hadist tersebut, berserikat adalah milik rakyat milik umum dan milik kaum muslimin sehingga negara berkewajiban untuk mengelolanya dan mengembalikan kepada rakyat secara gratis. Rasul pun menegaskan dalam hadist lain bahwa pemimpin adalah pelayan yang akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya. Tanggung jawab melayani umat dengan mengurusi seluruh urusan mereka dengan penuh kasih sayang memenuhi seluruh kebutuhan mereka seperti sandang papan pangan, pendidikan dan kesehatan dan keamanan. Tidak abai dan lalai membebani dan menzalimi rakyat termasuk juga dalam pengadaan dan pengelolaan air.

Pemimpin wajib bertanggung jawab agar semua rakyatnya dapat menikmati dan memanfaatkan air setiap kondisi. Sejatinya kehidupan sekarang ini akibat jauhnya kaum muslim dari sistem Islam, Negeri-negeri Islam sekarang hidup menghadapi sistem kapitalisme sekuler dimana kebutuhan dasar rakyat semisal air sudah dikomersilkan,negara menjadi pihak yang mendukung dan mendorong BUMN menjadi koorporasi yang berorientasi propit akhirnya rakyatlah yang menjadi korban.

Sudah semestinya agar terwujud Islam Rahmatan lil alamin yang mampu memberikan kesejahteraan hidup masyarakat maka segera campakan sistem kapitalis sekuler dan beralih ke sistem islam yang bersumber dari Allah Swt.

Wallahu'alam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak