Oleh: Ummu Abed
Manusia merupakan makhluk yang sempurna, dibekali dengan akal, nafsu, dan segala perasaan di hatinya. Salah satunya adalah perasaan cinta atau kasih sayang. Sifat kasih sayang ini termasuk dalam sifat yang dicintai Allah SWT.
Allah SWT bahkan membenci orang-orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang di hatinya. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadisnya, “Rasa kasih sayang tidaklah dicabut, melainkan hanya dari orang-orang yang celaka.” (HR Ibn Hibban)
Oleh karena itu, banyak cara atau momen yang dilakukan untuk menunjukkan perasaan cinta baik pada pasangan, orang tua atau saudara. Salah satu momen yang banyak dilakukan oleh seorang muslim adalah momen 14 Februari yang dikenal dengan Valentine yang ditunjukkan dengan cara memberikan hadiah berupa bunga, coklat ataupun apa saja yang bisa menunjukkan perasaan cinta. Tak peduli meskipun Hari Valentine berasal dari diluar Islam.
Valentine adalah salah satu kisah Kaisar Romawi Claudius II melarang para tentara muda menikah agar mereka tak "melempem" di medan tempur. Namun, Uskup Valentine melanggar perintah itu dan menikahkan salah satu pasangan secara diam-diam. Ia dieksekusi mati saat sang penguasa mengetahui pernikahan rahasia itu. Sebelum dieksekusi secara sadis, ia membuat surat cinta pada sang kekasih, yang ditutup dengan kata, 'Dari Valentine-mu'. Sungguh kisah yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sangat berbeda bagaimana Islam memandang kasih sayang dan cinta.
Dalam Islam kasih sayang memiliki makna dan momen yang tidak terbatas dengan waktu tertentu. Memiliki rasa kasih sayang pada makhluk lain merupakan fitrah yang dimiliki manusia. Maka, harus menempatkan rasa kasih sayang ini sesuai kodratnya, tidak melewati batas-batas hukum Islam. Sebagaiamana ajarannya yang sejak awal selalu menebarkan kasih sayang di muka bumi.
Firman Allah SWT:
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At Taubah ayat 128)
Dari ayat tersebut kita bisa mengetahui bahwa Islam sendiri diturunkan dengan penuh kasih sayang kepada semua umat manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya.” (HR Turmudzi)
Dari hadis tersebut yang disebutkan adalah ‘manusia’ bukan hanya saudara muslim. Maka, kita bisa mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk menyayangi semua manusia di bumi.
Tidak hanya di hadis tersebut, dalam hadis lain juga diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi”. Kemudian mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, semua kami pengasih”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kembali, “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia” (HR. Ath Thabrani)
Untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dalam Islam juga telah diatur dengan mengikuti ajaran yang telah dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bentuk kasih sayang ini dibungkus dengan iman.
Hal ini tercermin dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.
Oleh karena itu dalam mengungkapkan perasaan cinta atau kasih sayang tidak boleh hanya sekedar ikut-ikutan menyerupai orang-orang kafir yang bisa berakibat masuk dalam golongannya sehingga meninggalkan identitas kemuslimannya. Sebagaimana dalam hadits:
Dari Amr ibn Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya: Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan).
Tags
Opini