Oleh
: Dina
Laju penularan kasus Covid-19 masih belum
bisa dibendung hingga Selasa (23/2/2021) atau hampir satu tahun pandemi
Covid-19 terjadi di Indonesia.
Angka kasus baru Covid-19 masih bertambah
di 34 provinsi di Indonesia dengan rata-rata 9.000-10.000 kasus setiap harinya.
Data dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan
Covid-19 melaporkan hingga Selasa, total kasus konfirmasi positif Covid-19 di
Tanah Air mencapai 1.298.608 kasus, setelah ada penambahan kasus baru sebanyak
9.775 kasus.
Dalam data yang sama, sebanyak 9.775 kasus
baru positif Covid-19 didapatkan dari pemeriksaan 65.431 spesimen dari 55.576
orang yang diambil sampelnya selama 24 jam terakhir kemarin.
Sementara itu, kasus baru positif Covid-19
tersebut tersebar di 34 provinsi. Jawa Barat menjadi provinsi dengan kasus
tertinggi yaitu sebanyak 4.334 kasus baru.
Menyusul Jawa Tengah sebanyak 827 kasus
baru, DKI Jakarta sebanyak 782 kasus baru, Jawa Timur sebanyak 546 kasus baru
dan Sulawesi Selatan sebanyak 506 kasus baru.
Angka kesembuhan dan kematian bertambah. Di
sisi lain, angka kesembuhan pasien Covid juga bertambah sebanyak 7.996 orang,
sehingga total pasien sembuh kini 1.104.990 orang.
Sementara itu, angka kematian akibat
terpapar Covid-19 masih terus bertambah 323 orang. Dengan demikian, pasien
Covid-19 yang meninggal dunia menjadi 35.014 orang.
Dilansir dari ABC Australia, Jumat (29/01)
lembaga think tank Australia, Lowy Institute, telah mengumpulkan banyak data
untuk menghasilkan informasi interaktif baru yang menilai penanganan terhadap
virus corona di hampir 100 negara.
Para peneliti melacak angka kasus COVID-19
di setiap negara, serta kematian yang terkonfirmasi dan tingkat pengujian.
Selandia Baru menempati posisi teratas,
diikuti oleh Vietnam, Taiwan dan Thailand, yang masing-masing menempati
peringkat kedua, ketiga, dan keempat. Australia juga tampil kuat dan menduduki
peringkat kedelapan di dunia.
Sedangkan Amerika Serikat dihantam keras
pandemi dan merana di dekat bagian bawah tabel, di nomor 94. Indonesia dan
India tidak jauh lebih baik, masing-masing berada di nomor 85 dan 86 dari 98
negara.
Tes masal kerap dilakukan untuk mencegah
penularan virus corona. Umumnya, ada tiga jenis pemeriksaan atau tes Covid-19
yang sering digunakan untuk mendeteksi apakah seseorang trinfeksi virus corona
atau tidak. Setiap jenis pemeriksaan juga memiliki cara dan tingkat akurasi
yang berbeda-beda.
Tes molekuler (disebutjuga tes RNA atau
PCR). Tes ini dianggapp paling akurat untuk mendeteksi adanya virus aktif. Hasil
tes juga sangat akurat. Metode pengujian dilakukan dengan mengumpulkan sampel
lendir dari hidung atau tenggrokan dengan menggunakan kain penyeka khusus.
Tes antigen atau rapid test. Jenis test ini
juga disebut dnegan "rapid test" karena hasilnya bisa didapat dalam
hitungan menit. Biaya yang dibutuhkan juga lebih murah.
Test antibodi atau tes darah. Tes ini
digunakan untuk mencari antibodi terhadap virus corona. Antibodi adalah protein
yang diproduksi oleh sistem kekebalan untuk melawan penyerang asing, seperti
virus. Tes antibodi COVID-19 tidak dapat mendiagnosis infeksi virus korona
aktif. Jenis tes ini hanya mendeteksi apakah kita pernah mengalami infeksi di
masa lalu. Pasalnya, antibodi tidak dapat dideteksi sampai beberapa hari
setelah infeksi dimulai. Jenis test ini juga tidak disarankan untuk mendeteksi
Covid-19 hingga pasien mengalami gejala minimal dalam waktu 14 hari.
Namun jika dilihat dari biaya, berbagai
Tes tersebut masih memberatkan
masyarakat. Biaya tes corona atau Covid-19 yakni swab test dengan Polymerase Chain Reaction atau PCR terbilang
mahal. Sesuai aturan Kementerian Kesehatan, batas atas biaya test corona atau
covid-19 dengan test PCR maksimal Rp 900 ribu.
Meski sudah jauh lebih murah dibanding saat
muncul perdana, biaya tes PCR Rp 900 ribu atas paparan corona atau Covid-19
oyi bagi kebanyakan masyarakat masih
terbilang mahal, apalagi jika dilakukan secara mandiri.
Belum lama ini, muncul keberadaan alat tes
Covid-19 terbaru yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Eng Kuwat Triyana bersama tim
peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Indonesia. Alat tes
Covid-19 ini diberi nama GeNose.
GeNose ini memang baru, namun sudah mencuri
perhatian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Satuan Tugas Penanganan
Covid-19. Bahkan sudah mendapat izin penggunaan dari Kemenkes sejak 24 Desember
2020.Meski begitu, alat ini masih butuh pengembangan lebih lanjut lagi. Sebab,
GeNose belum dipastikan bisa screening virus Covid-19 dan bisa menggantikan
fungsi tes PCR, tes rapid antibodi dan antigen.
Harga yang ditawarkan dengan GeNose ini
Untuk tahap pertama, GeNose akan diproduksi masal sebanyak 100 unit. Bagi
perusahaan yang membutuhkan GeNose ini, bisa dibeli secara eceran dengan harga
tertinggi Rp62 juta. Harga tersebut hanya alatnya saja belum termasuk pajak.
Sementara, bagi orang yang ingin
menggunakan alat ini untuk mendeteksi virus Covid-19, harus mengeluarkan biaya.
Inventor GeNose, Prof Kuwat Triyana,
menjelaskan mengapa harga per tes corona GeNose Rp 20 ribu. Adapun harga itu
telah disesuaikan dengan harga alat dan juga plastik yang digunakan untuk tes.
"Harga alat kalau tidak keliru HET Rp
62 juta. Tapi yang di pasar online ada Rp 92 juta. Jadi 20 ribu itu rinciannya
dari peneliti begini, yang dibutuhkan plastik," kata Kuwat di Live Corona
Update kumparan, Jumat (5/2)
Inilah balada di negeri sekuler kapitalis.
Wabah tak kunjung mereda, masyarakat kian menderita, ingin berobatpun
dibayang-bayangi biaya yang terasa menyesakkan dada. Mengatasi laju penyebaran
virus Corona merupakan tanggung jawab pemerintah. Sehingga harusya dalam hal
itu pemerintah memberikan perhatian mendalam, salah satunya memudahkan
masyarakat untuk bisa mengikuti tes Covid sebagai upaya pencegahan penularan
virus.
Namun pada kenyataannya, masyarakat yang
sudah dihimpit dengan kesulitan ekonomi, dihantam dengan wabah Corona
diperparah dengan masyarakat harus berjuang sendiri untuk melindungi
kesehatanya. Maka kondisi seperti ini sejatinya layak untuk dirubah dengan
menerapkan sistem yang benar dan mampu menyejahterakan rakyat yakni dengan
kembali menerapkan sistem Islam.
Dalam sebuah negara yang menerapkan Sistem
Islam, negara dan pemimpin memiliki kewajiban untuk memastikan Kesejahteraan
rakyatnya termasuk dalam hal kesehatan. Karena kesehatan menjadi salah satu
kebutuhan pokok yang wajib dijamin oleh negara. Sehingga untuk memastikan hal
itu biaya berobat dalam Islam gratis. Maka sistem inilah yang layak untuk
diterapkan di negeri yang kita cintai ini.