Oleh: Sri Yana
Belum lama ini banjir terjadi di Semarang, sejumlah wilayahnya terendam pada hari sabtu, 6 Februari 2021, hujan terjadi dengan intensitas tinggi menurut BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika) dikarenakan hujan lebat dan terjadi terus menerus. Namun menurut Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bahwa sejumlah pompa penyedot banjir di Semarang ditemukan tak berfungsi optimal lantaran permasalahan administratif. Gubernur mengingatkan problem semacam ini mestinya harus segera diselesaikan mengingat kondisi darurat penanganan banjir. (m.indonesia.com,7/2/2021)
Menurut penilaian KLHK (Kementrian Lingkungan hidup dan Kehutanan) mengungkapkan banjir di Jawa Tengah disebabkan penyesuaian infrastruktur penampung air yang tidak berbanding lurus dengan laju pembangunan memang intensitas hujan deras bisa berpotensi banjir. Namun daya dukung lingkungan yang tidak baik seperti pembangunan atau pembukaan lahan yang eksploitatif akan menambah potensi banjir semakin besar. Ditambah kebijakan-kebijakan negara yang menfasilitasi tindakan eksploitatif yang dilindungi oleh rezim saat ini, membuat semakin parah keadaannya.
Permasalahan banjir di Indonesia sudah semakin parah, dari tahun ke tahun pemerintah belum juga menyelesaikan permasalahan ini. Ini menandai bahwa problem mendasar karena orientasi pembangunan yang tidak memprioritaskan keselamatan rakyat, yang dipikirkan, yaitu untung rugi.
Beginilah profil negara di bawah rezim kapitalisme. Sebaik apapun mengeksploitasi yang ditawarkan, tidak optimal dijalankan oleh negara. Apalagi yang dikejar keuntungan, pasti apa-apa yang menguntungkan akan diambil, walaupun mengorbankan keselamatan rakyat.
Oleh karenanya, perlunya umat sadar untuk kembali menerapkan sistem yang agung, yaitu khilafah Islamiah yang mampu mewujudkan perlindungan terbaik bagi rakyatnya. Khilafah akan melindungi nyawa manusia yang merupakan prioritas utama, karena negara merupakan institusi yang bertugas meri'ayah umat (mengurusi keperluan umat). Memang jauh beda dengan sistem saat ini dirasakan, umat harus bisa mengurusi dirinya, jika ingin bertahan di sistem kapitalisme ini.
Sudah sejatinya kita menanggalkan sistem kapitalisme ini, dan beralih ke sistem Islam. Dimana akan ada pemimpin Islam yang akan tegas memberlakukan aturan-aturan agar dapat merealisasikan mitigasi bencana dan ditopang dengan sistem keuangan negara Islam yang baitul mal yang menjadikan negara yang kuat dan stabil di dalam perekonomiannya. Sehingga siap untuk menangani bencana negara dengan mengambil anggaran dari pos kepemilikan umum dan pos kepemilikan negara, bukan dari hutang kepada korporasi asing, yang suatu saat akan menimbulkan adalah baru. Sehingga permasalahan banjir akan teratasi dengan baik.
Khilafah pun akan melihat penyebab banjir terlebih dahulu dan memetakan kawasan jika banjir disebabkan curah air yang memiliki keterbatasan daya tampung. Maka khilafah akan membangun bendungan-bendungan yang mampu menampung curah hujan dari aliran sungai. Bukti bendungan-bendungan yang dibangun dimasa khilafah dan masih ada hingga sekarang, yaitu bendungan Shadravan, kanal Darian, bendungan Jareh, kanal Gargar, dan bendungan Mizan yang berada di provinsi Kesehatan daerah Iran Selatan. Yang mana bendungan yang kokoh tersebut untuk kepentingan irigasi dan pencegahan banjir di daerah Spanyol.
Dengan begitu, tiada keraguan bahwa sistem Islam akan memberikan solusi-solusi kehidupan, baik untuk mengatasi banjir atau bencana-bencana lainnya.
Wa'allahu a'lam bish shawab
Tags
Opini