Oleh Ratna Nurmawati
(Muslimah Peduli Umat)
Banjir kembali terjadi, sejumlah wilayah di Semarang terendam banjir sejak sabtu 6 februari 2021 dini hari usai diguyur hujan lebat dengan intensitas tinggi.
Menurut badan meteorologi, klimatologi dan geofisika ( BMKG ), banjir di Semarang terjadi karena hujan lebat yang berlangsung secara terus menerus.
Namun menurut Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, banjir yang terjadi di Semarang akibat permasalahan teknis karena sejumlah pompa penyedot banjir di Semarang ditemukan tidak berfungsi secara optimal.
Sayangnya para pakar berpendapat berbeda. Menurut Ahli hidrologi Universitas Gajah Mada ( UGM ) Pramono Hadi mengatakan, banjir di Semarang memang tidak bisa dihindarai karena penurunan muka tanah. Maka diperlukan revisi tata ruang, khususnya terkait air. Menurutnya, dengan sistem polder dan tanggul yang juga harus terintegrasi dan memiliki sistem klep atau pintu otomatis.
Masalah tata ruang kota pun semakin diperkuat dengan penilaian Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK). KLHK mengungkapkan, banjir di Jawa Tengah disebabkan oleh penyesuaian infrastruktur penampung air yang tidak berbanding lurus dengan laju pembangunan.
Memang benar jika intensitas hujan yang deras bisa berpotensi banjir. Namun daya dukung lingkungan yang tidak baik seperti pembangunan atau pembukaan lahan yang di eksploitatif akan menambah potensi itu semakin besar. Terlebih jika kebijakan - kebijakan negara justru memfasilitasi tindakan eksploitasi tersebut.
Beginilah tata kelola negara dibawah rezim kapitalisme, sebaik apapun rencana mitigasi yang ditawarkan tidak akan di eksekusi dengan optimal oleh negara. Terlebih jika mitigasi tersebut menghalangi bisnis para kapitalis. Karena negara terus menimbang provid di dasar kebijakannya tanpa memperhatikan keselamaran rakyat dan kelestarian lingkungan.
Menyoal peradaban manusia, hanya peradaban islamlah yang mampu mewujudkan perlindungan terbaik dengan sistemnya yang agung bagi warga - warganya, yakni Khilafah islamiyah.
Nyawa manusia adalah prioritas utama dalam sistem islam dalam membuat kebijakan. Karena hal ini bagian dari hifdzu an nafs atau penjagaan nyawa manusia yang menjadi bagian dari maqoshidu asy syariah. Terlebih lagi, perspektif negara dalam islam adalah institusi periayah ( pengurus) keperluan rakyat.
Pradigma ini yang menjadi perbedaan mendasar pemimpin dalam islam dan pemimpin sistem kapitalis. Pemimpin dalam islam atau khalifah tidak akan befikir berulang kali untuk merealisasikan tindakan - tindakan teknis mitigasi bencana.
Ditambah sistem keuangan negara islam yaitu Baitul Mal menjadikan negara memiliki penopang keuangan yang kuat dan stabil. Sehingga siap untuk menangani bencana. Negara bisa mengambil anggaran dari pos kepemilikan umum dan pos kepemilikan negara dari Baitul Mal. Maka permasalahan banjir akan mudah diatasi dalam khilafah.
Untuk mencegah terjadinya banjir, negara akan melihat penyebab banjir terlebih dahulu dan memetakan kawasan. Jika banjir disebabkan keterbatasan daya tampung tanah terhadap curahan air, curah hujan dan sebagainya. Maka khilafah akan membangun bendungan - bendungan yang mampu menampung curahan air dari aliran sungai, curah hujan dan sebagainya.
Bahkan bukti bendungan - bendungan yang dibangun semasa khilafah masih dapat ditemukan hingga sekarang. Bendungan yang dibangun pun berbagai macam tipe. Ada yang digunakan untuk mencegah banjir atau untuk keperluan irigasi. Salah satunya bendungan Shadravan, Kanal Darian, Bendungan Jareh, Kanal Gagar dan Bendungan Mizan yang berada di provinsi Khuzestan daerah Iran Selatan. Bendungan yang masih berdiri kokoh itu dibangun untuk kepentingan irigasi dan pencegahan banjir.
Di daerah Spanyol, khilafah juga berhasil membangun bendungan di Sungai Turia. Kehebatan konstruksinya pun membuat bendungan ini bertahan hingga sekarang. Bendungan ini mampu memenuhi kebutuhan irigasi di Valencia Spanyol, tanpa memerlukan penambahan sistem.
Selain itu, khilafah memetakan daerah - daerah rendah yang rawan terkena genangan air, baik akibat rob, kapasitas tanah yang minim dan lain - lain. Selanjutnya membuat kebijakan larangan masyarakat membangun pemukiman di wilayah tersebut atau jika ada pendanaan yang cukup, khilafah akan membangun kanal - kanal baru atau resapan agar air yang mengalir di daerah tersebut bisa dialihkan alirannya, atau bisa diserap oleh tanah secara optimal. Dengan cara ini, maka daerah dataran rendah busa terhindar dari banjir atau genangan.
Adapun daerah pemukiman yang awalnya aman dari banjir dan genangan, namun karena sebab - sebab tertentu terjadi penurunan tanah sehingga terkena genangan atau banjir. Maka khilafah akan berusaha semaksimal mungkin menangani genangan itu. Jika tidak memungkinkan, Khilafah akan mengevakuasi penduduk didaerah itu dan dipindahkan kedaerah lain secara berkala. Khilafah akan mengeruk lumpur - lumpur disungai atau daerah aliran air agar tidak terjadi pendangkalan.
Tidak hanya itu saja, khilafah juga akan melakukan penjagaan yang sangat ketat bagi kebersihan sungai, danau dan kanal dengan cara memberikan sanki bagi siapa saja yang mengotori sungai, kanal atau danau.
Khilafah juga akan membangun sumur - sumur resapan di kawasan tertentu. Sumur - sumur ini selain untuk resapan juga digunakan untuk tandon - tandon air yang sewaktu -waktu bisa digunakan terutama jika musim kemarau atau panceklik air.
Upaya teknis mitigasi lainnya adalah, khilafah akan membuat kebijakan tentang master plan pembukaan pemukiman atau kawasan baru harus menyertakan variable - variable drainase, Penyediaan daerah resapan air, penggunaan tanah berdasarkan karakteristik tanah dan topografinya.
Khilafah menetapkan daerah - daerah tertentu sebagai daerah hima sebagai cagar alam yang harus dilindungi. Khilafah menerapkan sanki berat bagi siapa saja yang merusak lingkungan hidup tanpa pernah pandang bulu.
Jika terjadi banjir, khilafah memiliki badan khusus siap bencana yaitu biro At Thawari. Cara ini sangat efektif dan efisien untuk menangani banjir. Mereka dilengkapi dengan peralatan - peralatan berat, evakuasi, pengobatan dan alat - alat yang dibutuhkan untuk menaggulangi bencana.
Demikianlah kehebatan siatem islam dalam menangani banjir yang tidak akan pernah bisa direalisasikan oleh rezim saat ini. Wallahu'alam bishowab.
Tags
Opini