Hari ini kesedihan kembali merebak di hati. Pasalnya, anak-anak binaan yang selangkah lagi hendak mengkaji lebih intensif menyatakan mundur. Mereka remaja putri yang beberapa bulan terakhir mengisi hati dengan buncahan harapan bakal menjadi pejuang syariah yang kesekian.
Allah berkata lain, pilihan tak jatuh pada mereka sebab ternyata masih muncul keraguan. Benarkah Islam solusi dan haruskah aku berubah bersama Islam?
Mereka menyebutkan mau mengkaji Islam biasa dan umum saja. Astaghfirullah..Mantra ini berkali-kali meracuni akal sehat. Sebab hingga kini tak ada yang mampu mendefinisikan Islam yang biasa saja itu yang mana.
Memang inilah akibat luncuran narasi para munafik , Muslim namun benci Islam demi sesuap nasi pengganjal lapar. Islam yang dibawa Rasulullah dibagi-bagi sesuka hati dengan definisi sesat, seperti Islam Wasathiyah, Islam radikal, Islam garis keras dan yang lainnya.
Hingga kaum Muslim yang dasarnya sudah jauh dari penggambaran Islam yang benar makin jauh terperosok dalam lubang kebodohan. Hoax mereka makan bak lalapan plus sambel dalam sepiring nasi. Tanpa ada hasrat untuk bertanya atau tabbayun.
Gadis-gadis itu kelak calon istri dan ibu, namun ketika hari ini datang tawaran untuk kajian yang akan memperkaya tsaqofah keIslaman mereka justru mereka mengatakan sibuk, tak ada waktu, sulit atur waktu dan yang lain.
Wahai gadis shaliha...kemana kalian disibukkan hari ini? Mengapa fokusmu bukan memperbaiki diri agar pantas mendampingi Arjuna salih yang sangat takut kepada Allah ketika meminangmu?
Kalianlah calon pencetak generasi cemerlang, lalu jika hari ini bukan Islam yang menjadi kesibukanmu akankah kelak Islam menjadi pegangan mu? Dengan apa kemudian kalian mengisi kanvas-kanvas putih generasi yang Allah izinkan lahir dari rahimmu?
Tak terasa bulir airmata mengalir, namun siapakah pemilik hati kecuali Allah SWT? Dan hal ini jadi muhasabah dalam hati, bisa jadi diri ini masih ada kemaksiatan yang terlupa hingga Allah menguji dengan hadir fakta ini. Allah hendak menegurku, fokuslah pada akhiratmu!
Kecanggihan teknologi, kemudahan akses interaksi di dunia Maya rupanya turut menggeser kepentingan manusia, bukan meraih maslahat lagi namun kepentingan pribadi semata. Padahal, kita butuh sangat dengan syariat, sebagai syarat perubahan yang lebih baik.
Namun semua tak akan terwujud jika kita hanya belajar Islam seputar ibadah Mahdo dan serangkaian tauziyah kebaikan. Hari ini musuh Islam adalah ideologi dalam bentuk negara super power. Maka haruslah kita lawan dengan Ideologi pula.
Allah hanya butuh keistiqomahan kita di jalan syariat, sementara kemenangan atas kaum kufar berikut sistem hidup mereka lenyapnya adalah hak prerogatif Allah SWT.
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik". (QS An-Nur :55)
Sebutan Allah fasik bukanlah main-main, namun benar hal itu akan ditimpakan kepada manusia yang hanya percaya dirinya lebih baik daripada Allah, naudzubillah..
Seandainya mereka sadar betapa berharganya usia muda mereka tentu mereka akan beralih dari gemerlapnya dunia dan ilusi . Wallahu a' lam bish showab.