TONTONAN DAN TUNTUNAN BERKUALITAS DALAM ISLAM




Oleh. Mauli Azzura

Apa yang ada dalam pikiran kita saat mendengar tentang tontonan anak yang berkualitas ? Yakni pasti tontonan sehat sesuai umur, yang mendidik dan memberikan contoh kebaikan terutama bagi pertumbuhan anak. Usia anak-anak adalah usia berkembang dalam bentuk jasmani dan rohani. Anak-anak lebih cepat menyerap dan mudah mengingat bahkan menirukan apa saja yang ia perhatikan, apalagi pada zaman era milenial seperti sekarang, lengkap dengan berbagai kecanggihan gadget dan elektronik lainnya.

Dengan mudah berita,info,film bahkan bermacam video bisa kita tonton dan unduh dengan bebasnya di jejaring media sosial, terutama untuk kaum remaja dan anak-anak yang di masa pandemi lebih menggunakan gadget, untuk mendukung sarana pendidikan yang dimana pandemi tidak membolehkan sekolah dibuka. Pandemi menjadikan anak-anak lebih menghabiskan waktu luang dirumah , jadi..tentu saja selain gadget, elektronik lain pun jadi bahan untuk mengisi waktu dirumah seperti televisi. Dipastikan televisi menjadi hiburan berkumpulnya keluarga selama masa pandemi. Di elektronik ini (televisi), anak-anak dan orang tua disajikan berbagai macam tontonan bervariasi mulai dari film, gosip infotainment, film kartun, sinetron, sampai drama-drama luar negri.

Berbagai acara televisi menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu selama pandemi yang masih mengharuskan untuk stay at home. Oleh karena itu orang tua pastinya mengharap anak-anak mendapatkan tontonan berkualitas yang bisa mendidik dan menghibur. Adapun akhir-akhir ini masyarakat di pertontonkan dengan film anak yang menjadi kontroversi, karena diberhentikan tayang di televisi yang dianggap tidak sesuai dengan budaya anak negri, dan masih belum diketahui dengan jelas, apa alasan sebenarnya diberhentikan tayang. Baca https://m.liputan6.com/news/read/4449137/nussa-berhenti-tayang-felix-siauw-ada-fitnah-memuat-konten-radikal-dan-intoleran

Dari sini para orangtua banyak mempertanyakan, film seperti apakah itu sampai diberhentikan tayang ? Dan jawabanya adalah lagi-lagi karena sistem kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan, itulah alasan dibalik berhentinya tayangan film anak yang memperkenalkan agama sejak dini dinilai menuntut anak untuk menerapkan islam di dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini sudah terlihat jelas, bahwa sistem kapitalis adalah sistem yang berakidahkan sekulerisme. Sehingga, tayangan yang berbau agama mulai diusik. Bukankah wajib bagi kaum muslimin untuk menciptakan generasi islam yang berkualitas ?. Adapun Rasulullah mencontohkan cara Islam dalam mendidik anak, Yakni :

1. Usia 0-7 tahun
Rasulullah memerintahkan untuk memanjakan, mengasihi, menyayangi, dengan kasih sayang tiada batas, tanpa adanya perbedaan sikap.
Hendaknya tidak mendidik dengan cara pukulan jika mereka melakukan sebuah kesalahan, tapi cukup menegur dan memberi tahu mana yang benar dan mana yang salah.

2. Usia 7-14 tahun
Tanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab.
Perhatikan urusan akhirat anak, baru urusan dunia. Misal, apa anak sudah sholat dan mengaji Al-Quran ?. Pahamkan tanggung jawab ketika mereka berbuat sesuatu yang melanggar, maka ia harus mempertanggung jawabkan seperti meninggalkan sholat 5 waktu, hendaklah orang tua itu memukul, tetapi memukul itupun ada syarat-syaratnya.

3. Usia 14-21 tahun
Orangtua sebaiknya mengadakan pendekatan yang bersifat perkawanan, diskusi, dan membicarakan tentang sesuatu yang membahayakan dan sesuatu yang bermanfaat.

4. Umur 21 tahun lebih
Orangtua memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada anak-anak dengan memberikan kebebasan sehingga dapat menimbulkan percaya dalam dirinya dan mampu mengatasi masalah yang dihadapi.
(Sumber. Alfina GenerasiQur'an)

Demikianlah cara islam dalam memberi bimbingan terhadap anak-anak. Karena generasi berkualitas hanya akan terlahir dari peradapan islam, dengan membiasakan anak sedari dini mengikuti ajaran-ajaran islam. Maka tontonan yang sehat dan mendidik sesuai usia dapat memberi pengaruh pada anak terlebih diusia yang masih dini.

Sebagai orangtua pastilah kita akan memberikan ajaran yang terbaik untuk buah hati. Sepatutnya orangtua memperbaiki keshalihan anak-anak dan ingin menyampaikan pada Allah, bahwa kita sudah menunaikan kewajiban atas semua usaha dalam mendidik dan membimbing titipan-Nya yakni anak-anak. Seperti dalam firman Allah

.....وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

"....dan shalihkan anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
(QS. Al-Ahqaf 15)

Dijelaskan dalam surat tersebut bahwa peran orangtua menentukan masa depan anak. Maka segeralah bertaubat dan secepatnya memperbaiki kesalahan-kesalahan kita dan anak kita hari ini, dengan tetap memberikan pendidikan terbaik, memperkenalkan dan mengajarkan islam sejak usia dini.

Wallahu a'lam Bishowab



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak