Oleh: Nisaa Qomariyah, S.Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Muslimah Peduli Negeri)
Ibu adalah madrasatul 'ula. Tak ada kasih sayang yang sempurna terkecuali dari seorang ibu. Cinta dan kasihnya tak dapat tergantikan oleh siapa pun, sebab ketulusanlah yang tumbuh. Sebagai anak, seharusnya bisa membalas segala sesuatu yang ibu berikan. Walaupun belum dapat mewakili dari apa yang ibu berikan.
Namun, pada bulan ini terdapat perbincangan hangat seorang anak gadis berinisial A (19) yang berani melaporkan ibu kandungnya kepada pihak berwajib. Hal ini terjadi lantaran sang ibu membuang baju-baju si A. Si A tidak terima dan marah kemudian mendorong ibunya, dengan reflek sang ibupun menahannya hingga tak sengaja kuku ibunya melukai pelipis si (A). Meski enggan mengungkap secara terang-terangan, tapi si anak (A) menyebut dirinya hanya ingin mencari keadilan atas tindakan sang ibu terhadap dirinya, (m.tribunnews.com, 11/1/ 2021).
Inilah gambaran salah satu potret keluarga pada masa kini. Adanya ketidak idealan dalam relasi antara ibu terhadap anak. Hingga permasalahan yang serupa terus terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Menambah segunung masalah yang menimpa sebuah. Tak ayal, banyak keluarga yang tercerai berai akibat tak mampu mengatasi berbagai persoalan tersebut. Alhasil, semakin sulit mewujudkan sebuah keluarga yang di dalamnya penuh dengan kehangatan dan keharmonisan pada masa kini.
Beragam problematika keluaraga tidak lepas dari sistem kapitalisme-sekularisme yang diemban dan diterapkan oleh negeri ini. Kapitalisme yang berorientasi materi, menjadikan keluarga dibangun di atas pondasi unrung-rugi. Sedangkan sekulerisme yang memisahkan agama dengan kehidupan berhasil mengikis fitrah setiap anggota keluarga. Kondisi ini semakin parah sebab sistem pendidikan yang diselenggerakan negara, justru mencetak generasi durhaka yang jauh dari taat.
Sistem pendidikan negara yang sekuler menyebabkan terjadinya disfungsi dan disorientasi dalam sebuah keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi pondasi peradaban dan pencetak khoiru ummah. Tempat anak tumbuh dan berkembang. Mendapatkan kasih sayang dan pendidikan dari orang tua. Tujuannya agar anak memiliki kepribadian Islam untuk bekal masa depan.
Islam sendiri itu memiliki kriteria tertentu untuk membangun pondasi dan menjalankan fungsi dari keluarga apalagi dalam pendidikan anak. Lalu bagaimana sebenarnya agar menghasilkan anak yang baik menurut Islam?
Pendidikan dalam sebuah keluarga pasti memiliki tujuan yang akan dicapai. Dalam naungan Islam, pendidikan di desain sesuai fitrah manusia, yakni sebagai makhluk dengan Allah Swt sebagai Al-Khaliq Al-Mudabbir. Maka penyelenggaraan pendidikan ditujukan tidak lain untuk meraih rida Allah Swt. sebagai puncak kebahagiaan seorang hamba.
Anak merupakan anugerah terbesar yang Allah Swt. amanahkan kepada orang tua. Dalam hal ini posisi orang tua yakni pendidik utama bagi anak sekaligus orang yang bertanggung jawab penuh didalam sebuah keluarga. Sehingga perbuatan baik dan buruknya seorang anak, tidak terlepas dari bagaimana cara orang tua dalam mendidik dan membina sejak dari kecil hingga dewasa. Meskipun perbuatan anak juga dapat dipengaruhi dari latar belakang lingkungan sekitar tempat anak tinggal dan bersosial. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits bunyinya :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya :"Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”
Pendidikan Islam diarahkan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt, serta membentuk kepribadian Islam dalam diri anak. Yakni membentuk pola pikir dan pola sikap yang berstandarkan pada syariah Islam. Kepribadian Islam inilah yang menjadi bekal bagi anak untuk menyelesaikan seluruh problematika kehidupannya dengan Islam sebagai solusi. Kepribadian ini pula yang membentuk adab dan akhlak pada diri anak.
Jelas, orang tua sangatlah berperan dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya di dalam keluarga. Orang tua yang salih pasti menjalankan peran dan tanggung jawabnya sesuai fitrahnya. Sehingga ia bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi peranannya, maka orang tua itu akan memimpin, mendidik dan memberikan teladan bagi keluarganya dalam segala hal.
Keluarga yang harmonis dan ideal tentu tak dapat tegak sendiri. Tentu butuh peran negara sebagai soko guru keluarga. Untuk itu penting bagi negara menghidupkan amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Serta menjalankan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Sehingga kewarasan ekonomi keluarga dapat tetap waras. Semua ini dapat terwujud jika aturan Islam diterapkan secara komprehensif dalam naungan khilafah. Insya Allah.
Wallahu a'lam bi ash-shawab.