Oleh
: Yauma Bunga Yusyananda
(
Anggota Komunitas Ksatria Aksara Kota Bandung )
Rabu, 20 Januari 2021 Amerika
Serikat resmi melantik Presiden baru mereka Joe Biden bersama Kemala Harris
sebagai wakilnya. Joe Biden adalah Presiden Amerika Serikat ke-46 yang akan
menjabat selama empat tahun ke depan. Joe biden juga menjanjikan komunitas Muslim AS kehidupan yang lebih layak
di negara tersebut. (tirto.id 29/07/2020)
Pernyataan tentang perjanjian Joe
Biden pada komunitas Muslim Amerika Serikat dalam menjamin kehidupan yang lebih
layak, bagi penulis pernyataan tersebut merupakan perihal kemanusiaan bukan
condong kepada keagamaan ataupun kemenangan Islam. Karena Presiden sebelumnya
yaitu Trump sangat rasis jika urusannya terkait Muslim ataupun Islam.
Dimulai pada Desember 2017, Trump
mengakui Yerusalem yang merupakan bagian dari wilayah Palestina sebagai Ibu
Kota Israel. Meskipun dikutuk berbagai negeri muslim di dunia namun Trump tetap
melanjutkannya untuk seolah memberikan angin segar kepada Isarel dengan
memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat untuk Israel dari Tel Aviv ke
Yerusalem pada Mei 2018.
Tidak berhenti sampai disitu,
pada saat pemerintahan Trump sebelum 2018 berakhir, pendanaan rutin untuk Badan
PBB untuk Pengungsi Palestina dihentikan.
Ataupun bantuan untuk United States Agency for International Development
(USAID) untuk Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, juga dihentikan.
Namun sebenarnya, Palestina tidak
akan pernah menemu kebebasannya dipihak manapun saat sistem saat ini masih
memenangkan kepentingan pihak tertentu. Menuju akhir 2020, negeri-negeri arab
mulai melakukan normalisasi dengan negara Israel dan tentu hal tersebut
mencampakkan kemerdekaan Palestina.
Perpindahan rezim dari Trump ke
Biden sebenarnya tidak mampu menciptakan perdamaian berbagai konflik di dunia
termasuk di dunia Islam. Pada kenyataannya Biden pun masih menjaga stabilitas
keamanan Israel disamping menjamin kelayakan hidup mbagi komunitas Muslim AS.
Karena hal tersebut bukan berarti Biden menjamin kelayakan hidup bagi Muslim di
seluruh dunia. Tidak berarti demikian.
Seperti diwartakan Aljazeera,
beberapa kantor berita Palestina memuat pernyataan pejabat Palestina tentang
arti kemenangan Biden sebagai presiden terpilih. Bahwa kemenangan Biden hanya
untuk menyingkirkan keburukan perilaku Trump yang lebih pro Israel tanpa
memandang Palestina sedikitpun. (tirto.id 21/01/2021)
Maka, kita sebagai muslim tidak
perlu berharap terhadap siapapun kecuali kembali pada Islam. Bahkn dikatakan
haram jika kita berharap kepada rezim AS karena mereka adalah non Muslim dengan
berbagai kepentingan. Bahkan kita harus waspada pada pemerintahan yang tak
memihak Islam meskipun dia mengakui dirinya sebagai Muslim. Karena yang wajib
kita taati hanyalah Allah dan RasulNya dan wajib hukumnya mengembalikan segala
urusan kepda Islam termasuk urusan Palestina.
“Maha suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui” [Terjemah Qur’an Surat Al Israa’ ayat 1)
Pada ayat tersebut kata “berkahi
sekelilingnya” menurut Ibnu Abbas menyebutkan, yang dimaksud dengan ‘Kami
berkahi sekelilingnya’ dalam surah Al-Israa [17] ayat 1 itu adalah bumi
Palestina dan Urdun (Yordania). Abul Qasim As-Suhaily menyebutkan, bumi yang
diberkahi tersebut adalah Syam yang meliputi Yordania, Syria, Lebanon, dan
Palestina. Imam Asy-Syaukany menjelaskan bahwa negeri-negeri bahagian timur
bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya adalah negeri
Syam (Yordania, Syria, Lebanon, Palestina) dan Mesir.
Kemuliaan Palestina dan seluruh
tempat di dunia hanya bisa tercipta bukan melalui lembaga para kapitalis, namun
jika seluruh wilayah diatur Islam yang berasal dari Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Dengan Islam, manusia kembali pada fitrahnya dan mengelolanya sesuai apa yang
Allah inginkan. Wallohu’alam bi ash shawab.